Kinerja Penjualan Eceran Maret Tumbuh 5,5 Persen, Ini Penopangnya

- Penjualan eceran Maret 2025 tumbuh 5,5% YoY, didorong oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau; Barang Budaya dan Rekreasi; serta Subkelompok Sandang.
- Peningkatan signifikan secara bulanan sebesar 13,6% MtM, terutama pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau; Barang Budaya dan Rekreasi; serta Subkelompok Sandang.
Jakarta, IDN Times – Bank Indonesia melaporkan kinerja penjualan eceran pada Maret 2025, yang tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR), tumbuh sebesar 5,5 persen secara tahunan.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Ramdan Denny Prakoso, menyampaikan IPR per Maret mencapai 248,3, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Februari 2025 yang sebesar 2 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
“Peningkatan IPR tersebut terutama didorong oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau; Barang Budaya dan Rekreasi; serta Subkelompok Sandang,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (14/5/2025).
Ketiga kelompok tersebut masing-masing tumbuh sebesar 6,8 persen, 9,2 persen, dan tertinggi pada Subkelompok Sandang sebesar 12,4 persen (YoY).
1. Peningkatan permintaan ditopang momen Ramadan dan Lebaran

Penjualan eceran juga mengalami peningkatan signifikan secara bulanan, yaitu sebesar 13,6 persen month to month (mtm), dibandingkan Februari 2025 yang hanya tumbuh 3,3 persen.
Peningkatan tersebut didorong oleh mayoritas kelompok barang, terutama Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang tumbuh sebesar 15,1 persen (mtm); Barang Budaya dan Rekreasi sebesar 8,3 persen; serta Subkelompok Sandang yang mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 35,7 persen.
“Peningkatan tersebut sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat selama Ramadan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri, serta strategi para peritel yang menawarkan potongan harga,” tegasnya.
2. Peningkatan penjualan eceran terjadi di sejumlah kota

Denny menjelaskan peningkatan kinerja penjualan eceran terjadi di beberapa kota, dengan pertumbuhan tertinggi tercatat di Makassar sebesar 11 persen, diikuti Surabaya sebesar 10,8 persen (yoy), dan Bandung sebesar 6,1 persen (yoy).
Sementara itu, Denpasar masih mencatat pertumbuhan yang terjaga, yakni sebesar 6,5 persen (yoy), atau relatif stabil dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,9 persen (yoy).
“Secara bulanan, seluruh kota berada dalam zona ekspansi, dengan peningkatan tertinggi terlihat di Jakarta, Makassar, dan Bandung, yang masing-masing tumbuh sebesar 20,5 persen (mtm), 15,7 persen (mtm), dan 27,6 persen (mtm),” jelasnya.
3. Penjualan eceran April diprediksi menurun

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan kinerja penjualan eceran akan mengalami kontraksi atau penurunan pada April 2025 mencapai 231,1, lebih rendah dan mencatat kontraksi sebesar 2,2 persen secara tahunan (yoy), setelah sebelumnya tumbuh 5,5 persen pada Maret 2025.
Adapun kinerja penjualan eceran yang mengalami kontraksi pada April 2025 terjadi pada sejumlah kelompok barang, yakni: Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi yang terkontraksi sebesar 20,4 persen (yoy); Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya sebesar 11,3 persen; serta Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 1,7 persen (yoy).
“Perkembangan penjualan eceran pada periode laporan turut dipengaruhi oleh faktor base effect dari kinerja penjualan tahun sebelumnya, di mana periode HBKN Idulfitri jatuh pada 9–10 April 2024,” tutur Denny dalam keterangan tertulisnya, Rabu (14/5/2025).
4. Sejumlah sektor yang masih menopang laju penjualan eceran April

Sementara itu, sejumlah kelompok yang tercatat mengalami peningkatan dan masih menopang penjualan eceran pada April 2025 antara lain Kelompok Suku Cadang dan Aksesori yang tumbuh sebesar 10,2 persen (yoy), serta Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang tumbuh 4,1 persen (yoy).
Subkelompok Sandang juga tetap mencatat pertumbuhan sebesar 6,4 persen (yoy), meskipun mengalami moderasi dibandingkan bulan sebelumnya.
Denny mengungkapkan bahwa dari sisi harga, tekanan inflasi untuk tiga dan enam bulan ke depan yakni pada Juni 2025 dan September 2025 diperkirakan menurun. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) untuk Juni dan September 2025 yang masing-masing tercatat sebesar 146,4 dan 153,1, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang masing-masing sebesar 148,3 dan 155,5.