Kredit Perbankan Naik Tipis, BI Sebut Pelaku Usaha Masih Wait and See

- Fasilitas pinjaman yang belum dicairkan tembus Rp2.509 triliun
- Pertumbuhan kredit UMKM kontraksi 0,64 persen
- Hasil stress test BI, ketahanan perbankan tetap kuat
Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI)
menyoroti laju kredit perbankan pada November 2025 tercatat 7,74 persen secara tahunan (year on year/yoy), meningkat tipis dibanding Oktober sebesar 7,36 persen. Meski ada kenaikan, capaian ini mencerminkan permintaan kredit masih relatif lemah.
"Permintaan kredit terindikasi belum kuat dipengaruhi oleh perilaku wait and see dari pelaku usaha, optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi, serta penurunan suku bunga kredit yang masih lambat," ungkap Gubernur BI, Perry Warjiyo, Rabu (17/12/2025).
1. Fasilitas pinjaman yang belum dicairkan tembus Rp2.509 triliun

Ia menjelaskan, fasilitas pinjaman yang belum dicairkan (undisbursed loan) juga tetap tinggi, mencapai Rp2.509,4 triliun atau 23,18 persen dari plafon kredit yang tersedia.
Artinya, ada “jarak” antara kapasitas bank menyalurkan kredit dengan realisasi pencairan oleh debitur. Dari sisi perbankan, kondisi ini tidak mengkhawatirkan secara likuiditas karena bank masih memiliki kemampuan pembiayaan yang memadai.
Hal tersebuy tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 29,67 persen dan pertumbuhan DPK yang cukup tinggi, yaitu 12,03 persen yoy. Dukungan tambahan datang dari ekspansi likuiditas moneter, pelonggaran Kredit Lembaga Moneter (KLM) Bank Indonesia, serta penempatan dana pemerintah di beberapa bank besar.
"Minat penyaluran kredit perbankan umumnya juga masih baik yang tecermin pada persyaratan pemberian kredit (lending requirement) yang semakin longgar, kecuali pada segmen kredit konsumsi dan UMKM akibat peningkatan risiko kredit pada kedua segmen tersebut," tuturnya.
2. Pertumbuhan kredit UMKM kontraksi 0,64 persen

Namun, segmen kredit konsumsi dan UMKM mengalami pengetatan karena peningkatan risiko kredit. Akibatnya, pertumbuhan kredit UMKM pada November 2025 justru terkontraksi 0,64 persen yoy.
"Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit tahun 2025 berada di batas bawah kisaran 8-11 persen yoy, dengan peningkatan diperkirakan terjadi pada 2026," ucap Perry.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk mendorong pertumbuhan kredit dan pembiayaan perbankan serta memperbaiki struktur suku bunga.
3. Hasil stress test BI, ketahanan perbankan tetap kuat

Perry menjelaskan, ketahanan sektor perbankan nasional tetap solid, didukung permodalan yang tinggi dan risiko kredit yang rendah. Data Bank Indonesia menunjukkan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan meningkat menjadi 26,38 persen pada Oktober 2025, sehingga perbankan semakin mampu menyerap risiko.
"Kualitas kredit juga terjaga. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) secara agregat tercatat rendah, yaitu 2,25 persen secara bruto dan 0,90 persen secara neto. Namun, NPL bruto pada segmen UMKM masih relatif tinggi, mencapai 4,50 persen pada November 2025," tegasnya.
Dengan demikian, hasil stress test Bank Indonesia menegaskan ketahanan perbankan tetap kuat, ditopang oleh kemampuan bayar debitur dan profitabilitas korporasi yang terjaga. BI berkomitmen memperkuat sinergi kebijakan bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk memitigasi risiko ekonomi global maupun domestik yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan nasional.

















