Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

LPEM UI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Q3 hanya 4,88 Persen

ilustrasi APBN (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi APBN (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Pemerintah diminta fokus pada isu-isu mendasar.
  • Pentingnya deregulasi besar-besaran, peningkatan kepastian hukum, dan penegakan ketertiban.
  • Kegagalan melaksanakan reformasi berpotensi memperpanjang tekanan ekonomi.
  • Pertumbuhan ekonomi kuartal III diperkirakan 5,04 persen.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025 akan melambat, berada di 4,88 persen. Proyeksi ini lebih rendah dari realisasi data pertumbuhan ekonomi kuartal II sebesar 5,12 persen (yoy).

Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum berkualitas dan berpotensi tumbuh di bawah 5 persen sepanjang tahun 2025. Turunnya pertumbuhan ekonomi kuartal III juga didorong oleh minimnya faktor musiman pada kuartal III 2025 berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dibandingkan kuartal sebelumnya.

“Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 4,88 persen, dengan rentang estimasi 4,86–4,90 persen pada kuartal III 2025. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2025 diproyeksikan sebesar 4,95 persen, dan pada tahun 2026 berada di kisaran 4,9–5 persen,” ujar Riefky dalam laporan bertajuk Seri Analisis Makroekonomi Indonesia: Economic Outlook 2026 yang dikutip, Rabu (5/11/2025).

1. Pemerintah diminta fokus pada isu-isu mendasar

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Untuk sisa tahun 2025, Riefky menilai Indonesia perlu beralih dari kebijakan jangka pendek, seperti subsidi dan stimulus fiskal, menuju penanganan masalah struktural. Ia menekankan pentingnya deregulasi besar-besaran, peningkatan kepastian hukum, penegakan ketertiban, serta penyempurnaan regulasi.

Jika langkah reformasi tersebut berhasil dilakukan, Indonesia dapat beralih menuju jalur pertumbuhan yang tidak hanya meningkat, tetapi juga lebih berkualitas dan inklusif. Sebaliknya, kegagalan melaksanakan reformasi berpotensi memperpanjang tekanan ekonomi hingga tahun 2026 dan seterusnya.

“Kuncinya terletak pada pemfokusan ulang kebijakan terhadap isu-isu mendasar, seperti produktivitas, penciptaan lapangan kerja, daya beli masyarakat, dan iklim usaha secara keseluruhan,” tegas Riefky.

2. Pertumbuhan ekonomi kuartal III diperkirakan 5,04 persen

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2025 akan berada di kisaran 5,04 persen, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,12 persen (year on year/yoy).

Menurutnya laju ekonomi kuartal III akan ditopang oleh dua mesin utama, yaitu belanja rumah tangga yang tumbuh sekitar 4,94 persen dan investasi (PMTB) sekitar 4,96 persen. Sementara itu, konsumsi pemerintah diperkirakan kembali tumbuh positif setelah dua kuartal sebelumnya mengalami kontraksi.

"Dari sisi rumah tangga, pendorong utama konsumsi adalah harga yang relatif terkendali, sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga. Pada September 2025, inflasi umum tercatat sebesar 2,65 persen (yoy), sedangkan inflasi inti sebesar 2,19 persen (yoy). Bahkan, komponen energi mengalami deflasi secara tahunan, yang berarti biaya kebutuhan dasar tidak melonjak dan ruang untuk konsumsi nonpokok tetap terbuka," tegasnya.

3. Belanja pemerintah kuartal III diperkirakan tumbuh 4,06 persen

Ilustrasi cadangan devisa. (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi cadangan devisa. (IDN Times/Arief Rahmat)

Dari sisi investasi, kondisi terlihat cukup konstruktif. Investasi bangunan terdorong oleh proyek infrastruktur dan program prioritas—termasuk perumahan dan program MBG yang menjadi jangkar utama aktivitas konstruksi.

Sementara itu, investasi nonbangunan ditopang oleh peningkatan pesanan di sektor manufaktur, dengan indeks PMI yang tetap berada di zona ekspansi. Kondisi tersebut menandakan bahwa aktivitas produksi dan permintaan terhadap mesin masih tumbuh.

Selanjutnya, di sektor perbankan, setelah periode kehati-hatian pada kuartal III, standar penyaluran kredit diperkirakan mulai melonggar pada kuartal IV, sehingga mendukung pembiayaan investasi menjelang akhir tahun. Secara keseluruhan, bauran kebijakan moneter yang akomodatif, tambahan likuiditas dari penempatan dana pemerintah, serta denyut positif sektor manufaktur membuat PMTB bertahan di kisaran 4,96 persen.

Untuk konsumsi pemerintah, kinerjanya pada kuartal III 2025 menunjukkan perbaikan dibandingkan dua kuartal sebelumnya, dengan pertumbuhan diperkirakan mencapai 4,06 persen (yoy).

“Meski realisasi belanja pemerintah pusat hingga 30 September baru sekitar 60 persen dari target, dan belanja modal baru mencapai sekitar setengah dari pagu, namun realisasi belanja pemerintah daerah meningkat signifikan pada periode ini,” tegasnya.

Dari sisi eksternal, net ekspor diperkirakan kembali meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Kinerja ekspor nonmigas pada kuartal III 2025 tercatat tumbuh 10,7 persen (yoy), sementara impor nonmigas mengalami kontraksi tipis sebesar 0,8 persen (yoy).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

Daftar Saham Teraktif dari Sisi Volume Pagi Ini, 5 November 2025

05 Nov 2025, 10:30 WIBBusiness