Masuk Indeks MSCI, RATU Optimistis Gaet Lebih Banyak Investor

- RATU masuk dalam MSCI Small Cap Index, mencerminkan fundamental bisnis yang solid dan likuiditas saham yang menjanjikan.
- Pada kuartal II-2025, RATU bukukan laba bersih 7,7 juta dolar AS meski pendapatan turun 10 persen akibat penurunan volume produksi.
- RATU berkomitmen untuk ekspansi bisnis dengan melakukan due diligence terhadap dua blok migas potensial di Pulau Jawa dan Indonesia Timur.
Jakarta, IDN Times - PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), anak usaha PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) yang bergerak di sektor hulu migas, resmi tercatat sebagai salah satu konstituen baru dalam Morgan Stanley Capital International (MSCI) Small Cap Indexes.
Hal tersebut diumumkan oleh MSCI pada Kamis (7/8/2025), sebagai bagian dari tinjauan berkala (index review) untuk periode Agustus 2025. Perubahan ini akan berlaku efektif mulai 27 Agustus 2025, setelah penutupan perdagangan pada 26 Agustus 2025.
Untuk diketahui, MSCI merupakan salah satu indeks acuan global yang digunakan secara luas oleh investor institusional untuk mengevaluasi dan mengalokasikan portofolio investasinya.
1. Pengakuan atas fundamental bisnis yang solid

Direktur Utama Raharja Energi Cepu, Sumantri mengatakan, masuknya RATU ke dalam kategori Small Cap Index mencerminkan pengakuan atas fundamental bisnis yang solid, tata kelola perusahaan yang baik, serta likuiditas saham yang menjanjikan.
“Pencapaian ini menjadi semakin berarti mengingat RATU baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia pada awal tahun 2025, namun telah berhasil menarik perhatian pasar global sebagai salah satu emiten energi nasional yang kredibel dan kompetitif,” ujar Sumantri dalam pernyataan resminya, Jumat (8/8/2025).
2. RATU bukukan laba bersih 7,7 juta dolar AS pada kuartal II-2025

Di sisi lain, di tengah tekanan akibat penurunan volume produksi dan melemahnya harga minyak dunia, RATU justru berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada kuartal II-2025. Hal itu menurut Sumantri menunjukkan efektivitas strategi operasional yang dijalankan.
Pendapatan perseroan turun 10 persen menjadi 25,1 juta dolar AS akibat penurunan rata-rata volume produksi di Blok Jabung, dari 53 menjadi 50 KBOEPD. Namun, RATU justru membukukan peningkatan laba bersih sebesar empat persen menjadi 7,7 juta dolar AS dari 7,4 juta dolar AS pada kuartal II-2024.
“Peningkatan ini diraih di tengah Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP) yang melemah dari 78 dolar AS menjadi 68 dolar AS per barel, mencerminkan keberhasilan Perseroan dalam efisiensi biaya serta kemampuan adaptif dalam menghadapi dinamika pasar energi,” kata Sumantri.
3. Proyeksi dan ekspansi bisnis RATU pada masa mendatang

Adapun sebagai perusahaan terbuka yang berorientasi pada pertumbuhan jangka panjang, RATU berkomitmen untuk terus memperluas portofolio bisnisnya. Saat ini, perseroan tengah melakukan due diligence terhadap dua blok migas potensial yang berlokasi di Pulau Jawa dan Indonesia Timur, dengan target finalisasi pada kuartal keempat tahun ini.
Sumantri berharap, langkah ekspansi ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi dan membuka ruang pertumbuhan yang berkelanjutan, guna menciptakan nilai tambah jangka panjang bagi para pemegang saham. Sejalan dengan itu, masuknya RATU ke dalam MSCI Small Cap Index menjadi katalis penting yang memperkuat kepercayaan investor global terhadap perseroan.
“Pengakuan ini tidak hanya merefleksikan keberhasilan strategi bisnis yang dijalankan, tetapi juga membuka peluang untuk menarik lebih banyak investor institusional serta memperkuat posisi RATU di kancah industri energi regional. Berbekal fondasi yang solid, RATU optimis melanjutkan ekspansi bisnis secara berkelanjutan guna mewujudkan visinya sebagai sebagai perusahaan energi yang berkontribusi nyata terhadap ketahanan energi nasional,” tutur Sumantri.