Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menjelang Tutup Tahun, Rupiah Semakin Menguat

Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Rahmad)

Jakarta, IDN Times - Sentimen luar negeri seperti Brexit dan stimulus Amerika Serikat masih menjadi pendorong utama menguatnya rupiah menjelang akhir tahun. Rupiah pagi ini misalnya berada pada level Rp14.082 per dolar AS, menguat 47,5 poin atau 0,34 persen.

"Memang target saya akhir tahun rupiah Rp14.000. Kemungkinan besar Rp14.050 per dolar AS karena ini pasar terakhir sebelum libur. 2 fundamental ini akan menjadi sentimen positif bagi rupiah di awal Januari 2021," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, kepada IDN Times, Rabu (30/12/2020).

1. Brexit tentukan nasib rupiah hingga Januari 2021

Ilustrasi Brexit. (Pixabay.com/Tumisu)

Ibrahim mengatakan sentimen Brexit masih menjadi pendongkrak rupiah hari ini. Bahkan kabar parlemen Inggris yang akan mem-voting hasil Brexit dan segala syaratnya untuk keluar dari Uni Eropa dapat meningkatkan nilai tukar (kurs) rupiah pada awal tahun.

"Antara jam 10-12 malam ada informasi positif dari Brexit dan bisa mengangkat rupiah di Januari," katamya.

2. Stimulus AS yang melemahkan dolar

Kabar Presiden AS Donald Trump yang ingin perubahan tunjangan atau stimlus bagi rakyat Amerika dari 600 dolar AS menjadi 2.000 dolar AS turut menguatkan rupiah.

"Minggu ini kemungkinan maju ke meja kongres dan voting dan informasi bahwa kongres banyak tidak setuju tentang kenaikan tunjangan. Ini yang melemahkan dolar AS," ujar Ibrahim.

3. Kasus COVID-19 di Indonesia masih jadi pelemah rupiah

Ilustrasi Rapid Test Tim IDN Times (IDN Times/Herka Yanis)

Sentimen internal justru melemahkan rupiah. Tingginya kasus COVID-19 membuat rupiah tertekan. Belum lagi para pelaku pasar khawatir akan adanya pengetatan PSBB di Jakarta yang akan berdampak pada perekonomian Indonesia.

"Ada ketakutan di Januari ada PSBB. Ini yang diketatkan dan berdampak ke ekonomi. Kalau di kuartal I dan kuartal II pandemik masih berjalan dan ada rem darurat dibutuhkan, ini bisa pengaruh ke konsumsi masyarakat yang menurun. Ini yang mengganggu laju rupiah," kata Ibrahim.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Helmi Shemi
EditorHelmi Shemi
Follow Us