Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menkeu: Ekonomi Indonesia Tetap Positif di Tengah Tekanan Global

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut sejumlah faktor eksternal yang menjadi tekanan bagi perekonomian. Meski demikian, Sri Mulyani menyebut bahwa perekonomian Indonesia masih positif.  
 

Meski demikian, Sri Mulyani mengatakan, pemerintah akan terus menjaga kewaspadaan dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang dinamis. 

1. Tantangan utama perekonomian dunia

Ilustrasi ekspor-impor (Pixabay)
Ilustrasi ekspor-impor (Pixabay)

Sejumlah faktor utama yang menjadi sentimen negatif itu, antara lain dampak normalisasi kebijakan moneter AS dan perang dagang antara AS dengan China yang menyebabkan ketegangan berbagai belahan dunia. 

"Situasi tersebut menyebabkan dampak dalam bentuk penguatan dolar, kenaikan suku bunga internasional dari AS, dan perubahan harga minyak bumi," kata Sri Mulyani yang juga mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut. 

2. Perekonomian Indonesia masih tumbuh positif

IDN Times/Cije Khalifatullah
IDN Times/Cije Khalifatullah

Namun, Sri Mulyani menegaskan, perekonomian Indonesia masih tetap tumbuh positif di tengah kondisi lingkungan ekonomi global yang penuh tantangan. 

Ia menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi tetap konsisten di atas lima persen sampai dengan triwulan III-2018 dan inflasi juga terjaga di kisaran 3,5 persen. 

Momentum pertumbuhan ekonomi yang meningkat itu dia harapkan bisa meningkatkan kesempatan kerja dan menurunkan pengangguran. 

3. Tingkat pengangguran dan kemiskinan

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka menurut daerah pada Agustus 2018 tercatat sebesar 5,34 persen atau turun dibandingkan posisi Agustus 2017 yang sebesar 5,5 persen. Sementara penciptaan kesempatan kerja pada 2018 sebesar 2,99 juta. 

Dengan momentum pertumbuhan yang inklusif, Sri Mulyani berharap kemiskinan dan kesenjangan juga bisa terus turun.  "Kemiskinan 9,82 persen (per Maret 2018), pertama kali di bawah 10 persen, serta koefisien gini juga makin menurun dari 0,41 ke 0,38," kata dia, seperti dikutip dari situs Antara, Selasa (13/11). 
 

4. Rupiah melemah, terdorong pelemahan mata uang Asia lainnya

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Sempat menguat di awal November, mata uang rupiah melemah pada Selasa sore (13/11) dibandingkan kemarin. Dikutip data perdagangan Reuters, kurs dolar ada di level Rp14.800 pada pukul 16.25 WIB. 

Pagi tadi, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah menjadi Rp14.867.

Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengatakan, mata uang kuat Asia seperti dolar Hong Kong dan dolar Singapura bergerak melemah terhadap dolar AS. Itu menjadi sentimen pelemahan rupiah.

"Sebagian besar mata uang di kawasan Asia termasuk rupiah melemah terhadap dolar AS," katanya.

Ia memproyeksikan rupiah akan bergerak menuju kisaran Rp14.850 hingga Rp14.950 per dolar AS, namun pergerakan rupiah tetap dalam penjagaan Bank Indonesia.

Ia menambahkan pelemahan rupiah kemungkinan juga karena respons negatif pelaku pasar uang terhadap neraca transaksi berjalan pada kuartal ketiga 2018 yang defisitnya naik menjadi 3,37 persen dari produk domestik bruto (PDB).
 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ita Lismawati F Malau
EditorIta Lismawati F Malau
Follow Us

Latest in Business

See More

5 Tanda Bahwa Kamu Sudah Terlalu Pelit pada Diri Sendiri

23 Sep 2025, 21:00 WIBBusiness