Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Neraca Dagang RI Diproyeksi Surplus 2,13 Miliar Dolar AS

ilustrasi ekspor-impor (pexels.com/freestocks.org)
ilustrasi ekspor-impor (pexels.com/freestocks.org)

Jakarta, IDN Times - Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksi surplus pada neraca dagang Indonesia akan berlanjut di bulan Mei 2024 di level 2,13 miliar dolar AS.

“Kami memperkirakan tren surplus perdagangan akan berlanjut di bulan Mei 2024, dengan perkiraan surplus sebesar 2,13 miliar dolar AS, turun dari surplus bulan April sebesar 3,56 miliar dolar AS,” kata Josua Rabu (19/6/2024). 

1. Penurunan surplus disebabkan aktivitas perdagangan yang kembali normal usai Idul Fitri

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Dia menjelaskan, penurunan surplus disebabkan oleh kembalinya aktivitas perdagangan setelah perayaan Idul Fitri, dengan latar belakang ekonomi domestik yang relatif solid.

Josua memperkirakan, pertumbuhan ekspor tahunan sebesar 1,55 persen yoy untuk bulan Mei 2024.

Secara bulanan, ekspor diperkirakan akan meningkat 12,38 persen mom seiring dengan normalisasi kegiatan ekonomi setelah liburan Idul Fitri.

2. Laju ekspor secara bulanan dibatasi oleh data China

ilustrasi ekspor impor (pexels.com/Samuel Wölfl)
ilustrasi ekspor impor (pexels.com/Samuel Wölfl)

Selain itu, harga CPO meningkat secara bulanan pada Mei 2024, didorong oleh kenaikan harga barang substitusi seperti minyak kedelai, di tengah penurunan pasokan minyak nabati secara global.

Meski begitu, peningkatan kinerja ekspor bulanan dibatasi oleh data dari China yang mengindikasikan kontraksi impornya dari Indonesia.

Sementara itu, Josua memproyeksi kinerja impor menurun secara tahunan. Terutama karena high base effect dari tahun sebelumnya.

“Kami memperkirakan laju impor sebesar -6,40 persen yoy pada bulan Mei 2024, sebagian besar disebabkan oleh tingginya base effect dari bulan Mei 2023 ketika impor melonjak,” ungkapnya.

3. Impor diperkirakan lebih tinggi dari ekspor

ilustrasi impor (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Secara bulanan, kata dia, impor menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor, dengan ekspektasi akselerasi sebesar 24,05 persen mom.

Menurut Josua, kenaikan ini terutama disebabkan oleh berakhirnya efek musiman Idul Fitri dan pertumbuhan bulanan dua digit yang dilaporkan pada ekspor China ke Indonesia.

"Kami memproyeksikan defisit transaksi berjalan yang terkendali pada tahun 2024, dengan pelebaran moderat dari -0,14 persen dari PDB pada tahun 2023 menjadi -0,94 persen dari PDB, masih lebih rendah dibandingkan dengan periode 2012 - 2019, dengan rata-rata -2,50 persen dari PDB," ucapnya. 

Prospek ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain normalisasi harga komoditas secara bertahap, permintaan domestik yang relatif resilient, dan potensi dampak peningkatan ketidakpastian global terhadap permintaan global.

Faktor-faktor ini diperkirakan akan mempersempit surplus perdagangan dan dengan demikian mempengaruhi surplus barang dalam neraca transaksi berjalan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us