Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

OpenAI Gugat Balik Elon Musk di Pengadilan Federal

Pada 3 Oktober 2019, Sam Altman selaku Co-Founder sekaligus CEO OpenAI hadir sebagai pembicara dalam ajang TechCrunch Disrupt 2019 yang berlangsung di Moscone Convention Center, San Francisco. (wikimediacommons.org/TechCrunch)

Jakarta, IDN Times – OpenAI gugat balik Elon Musk di pengadilan federal California pada Rabu (9/4/2025). Gugatan ini diajukan sebagai respons terhadap tuntutan Musk sebelumnya yang menentang peralihan OpenAI menjadi perusahaan berbasis keuntungan. Dalam dokumen gugatan, OpenAI menyebut Musk telah “menggunakan segala cara yang ada untuk merusak” perusahaan tersebut.

Langkah hukum ini memperlihatkan eskalasi perseteruan antara OpenAI dan Musk, yang saat ini menjabat sebagai CEO Tesla, SpaceX, serta pemilik platform media sosial X dan perusahaan AI pesaing, xAI. Hakim telah memutuskan bahwa gugatan awal Musk akan dilanjutkan ke sidang juri pada musim semi tahun depan.

“Langkah Elon yang terus-menerus terhadap kami hanyalah taktik itikad buruk untuk memperlambat OpenAI dan merebut kendali atas inovasi AI terdepan demi kepentingan pribadinya. Hari ini, kami menggugat balik untuk menghentikannya,” tulis OpenAI melalui pernyataan di X.

1. OpenAI beberkan kronologi perseteruan

ilustrasi logo Open AI (pexels.com/Andrew Neel)

Gugatan yang diajukan OpenAI menjelaskan awal keterlibatan Musk dalam pendirian perusahaan tersebut sebagai lembaga nirlaba. Namun pada tahun 2017 dan 2018, pihak OpenAI disebut menolak tuntutan Musk untuk menguasai perusahaan atau menggabungkannya dengan Tesla.

“Jadi Musk keluar, menyatakan bahwa OpenAI akan gagal tanpanya dan bahwa dia akan fokus pada pengembangan AI di Tesla,” tulis gugatan tersebut, dikutip dari Fox Business, Kamis (10/4).

Dokumen hukum itu juga menyoroti kehadiran ChatGPT yang diluncurkan pada 2022 dan menarik perhatian global. OpenAI menegaskan bahwa Musk tidak memiliki kontribusi dalam pengembangan teknologi tersebut.

“Musk tidak bisa menoleransi melihat kesuksesan sebesar itu dari sebuah perusahaan yang telah dia tinggalkan dan nyatakan akan gagal. Dia menjadikannya proyek pribadi untuk menjatuhkan OpenAI, dan membangun pesaing langsung yang akan merebut kepemimpinan teknologi—bukan untuk kemanusiaan, melainkan untuk Elon Musk,” tertulis dalam gugatan.

2. OpenAI tuding Musk lakukan kampanye jangka panjang

Postingan foto Elon Musk di X (28/10/2024). (x.com/Elon Musk)

Dalam dokumen itu, OpenAI menyatakan bahwa Musk melancarkan berbagai serangan melalui media, termasuk siaran ke lebih dari 200 juta pengikutnya di platform X. OpenAI menyebut ini sebagai kampanye yang dilakukan terus-menerus dan penuh niat buruk.

“Melalui serangan pers, kampanye jahat yang disiarkan kepada lebih dari 200 juta pengikut Musk di platform media sosial yang dia kendalikan, permintaan pura-pura atas dokumen perusahaan, gugatan yang melecehkan secara hukum, dan tawaran palsu untuk aset OpenAI, Musk telah menggunakan segala cara yang tersedia untuk merusak OpenAI,” tulis perusahaan tersebut, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (10/4).

OpenAI juga menyatakan bahwa para karyawan, mitra, dan investor menyadari bahwa tindakan Musk tidak berdasar dan hanya demi keuntungan pribadi. Namun mereka mengakui bahwa kampanye itu telah berdampak pada perusahaan.

“OpenAI tangguh, dan para karyawan, investor, serta mitra yang menjadi inti dari misinya menyadari bahwa klaim Musk tidak berdasar seperti halnya egois. Tapi tindakan Musk telah memberikan dampak. Jika kampanyenya berlanjut, bahaya yang lebih besar mengancam,” lanjut pernyataan tersebut.

3. Tawaran pengambilalihan dan gugatan lanjutan

Ilustrasi hukum dan undang-undang (IDN Times/Sukma Shakti)

Selain OpenAI gugat balik Elon Musk di pengadilan federal California, perusahaan tersebut juga mengungkapkan bahwa Musk sempat menawarkan diri untuk mengambil alih perusahaan dengan nilai 97,4 miliar dolar AS (sekitar Rp1.636) pada awal 2025. Tawaran itu ditolak mentah-mentah, dan dinilai sebagai bagian dari skenario untuk mengganggu masa depan perusahaan.

“Investor, mitra, dan karyawan melihat apa yang terjadi pada Twitter ketika Musk mengambil alihnya pada 2022; nilai perusahaan anjlok, mitra bisnis terabaikan, sebagian besar karyawan dipecat, dan bisnis akhirnya diserap ke dalam perusahaan AI milik Musk,” bunyi dokumen tersebut.

Pihak OpenAI meminta pengadilan agar mencegah Musk melakukan tindakan merusak lebih lanjut dan memintanya bertanggung jawab atas kerusakan yang sudah ditimbulkan.

“Musk harus dicegah dari tindakan melanggar hukum dan tidak adil lebih lanjut, dan dimintai pertanggungjawaban atas kerusakan yang telah dia sebabkan,” tulis OpenAI.

Dalam pernyataan terpisah, pengacara Musk, Marc Toberoff, menyebut tawaran pembelian itu serius dan seharusnya dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh oleh dewan OpenAI.

“Seandainya Dewan OpenAI benar-benar mempertimbangkan tawaran itu sebagaimana seharusnya, mereka akan melihat betapa seriusnya tawaran tersebut,” kata Toberoff dalam pernyataan yang dikirim melalui email.

Menurut laporan sebelumnya, nilai valuasi OpenAI saat ini mencapai 300 miliar dolar AS setelah mendapat dukungan baru dari investor. Perusahaan itu juga menyatakan bahwa saat ini ChatGPT digunakan oleh lebih dari 500 juta pengguna setiap minggu dan diproyeksikan meraih pendapatan hampir 13 miliar dolar AS (sekitar Rp218 triliun) pada 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us