Pasokan Beras Menipis, Malaysia Imbau Warga Tidak Panic Buying

Jakarta, IDN Times - Malaysia akan meminta negara-negara pemasok beras utama ASEAN untuk memprioritaskan negara anggota blok tersebut, di tengah kekhawatiran atas kenaikan harga dan kekurangan pasokan yang terjadi.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan Chan Foong Hin, menjelang pertemuan para menteri pertanian dari ASEAN pekan ini di di Kuala Lumpur.
"Malaysia mungkin akan mengadakan pembicaraan dengan Thailand atau Vietnam mengenai pasokan beras," kata Chan pada Rabu (4/10/2023).
"Pada sesi bilateral, kami akan mengangkatnya, sama seperti kami ingin lebih mempererat hubungan kedua negara sehingga prioritas diberikan pada ekspor beras ke negara-negara ASEAN," tambah Chan, dikutip dari Reuters.
Malaysia mengimpor sekitar 38 persen dari kebutuhan berasnya dan merupakan salah satu negara yang terkena dampak pembatasan ekspor yang diberlakukan oleh produsen seperti India.
1. Malaysia hadapi kenaikan harga beras impor dan kekurangan pasokan

Pemerintah Malaysia telah meyakinkan warganya bahwa pasokan beras tersedia cukup. Masyarakat juga dihimbau untuk tidak menimbun beras produksi lokal, setelah aksi 'panic buying' baru-baru ini, yang menyebabkan kosongnya rak-rak di supermarket dan toko kelontong di seluruh negeri. Karung beras putih lokal ukuran 5 kg dan 10 kg langsung dibeli oleh pelanggan begitu stok baru muncul.
Meningkatnya harga beras impor dan kurangnya pasokan di negara itu, telah membuat masyarakat berbondong-bondong beralih ke produk lokal yang lebih murah. Hal ini menekan anggaran rumah tangga yang kesulitan membeli harga pangan yang lebih tinggi.
Di Malaysia, beras yang diproduksi secara lokal merupakan pangan yang dikontrol dan harganya dibatasi pada 26 ringgit (sekitar Rp85 ribu) per 10 kg-nya. Jadi ketika importir tunggal, Padi Nasional Berhad (Bernas), menaikkan harga beras putih impor sebesar 36 persen pada 1 September, memicu kesenjangan harga yang melebar secara signifikan. Ini menyebabkan lonjakan permintaan terhadap beras yang lebih murah.
Sementara itu, beras lokal hanya mampu memenuhi 70 persen kebutuhan dalam negeri. Merespons hal ini, pemerintah Malaysia pun mulai menerapkan program untuk meningkatkan produksi lokal.
Cuaca kering akibat El Nino juga berdampak pada produksi beras lokal tahun ini. Beberapa restoran dan pemilik warung menyerap harga beras yang lebih tinggi agar tetap kompetitif. Namun, mereka tidak menampik akan menaikkan harga jika krisis terus berlanjut.
2. Respons pemerintah Malaysia

Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengatakan bahwa perlu waktu untuk menyelesaikan masalah ini. Malaysia juga akan memberikan subsidi sebesar 400 juta ringgit (sekitar Rp1,3 triliun) untuk fasilitas pemerintah seperti kamp tentara dan polisi, serta sekolah untuk menggunakan beras impor sehingga akan ada lebih banyak beras lokal yang dipasarkan.
Anwar juga mengeluarkan peringatan keras dan mengancam akan mengambil tindakan hukum terhadap siapa pun yang kedapatan menimbun beras di saat negara bergulat dengan kenaikan harga bahan pangan pokok.
"Saya tahu, beberapa dari anda mengambil keuntungan dengan menimbun dan menyimpan (stok beras). Jika ada yang berani mengambil keuntungan dalam masa-masa sulit ini, hati-hati. Kami akan menemukan anda, mengambil tindakan hukum dan membawa anda ke pengadilan," kata Anwar pada Senin, dikutip dari Nikkei Asia.
3. Pembatasan dari India berdampak pada seperlima pasokan beras global

Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan Mohamad Sabu pada Senin mengatakan, bahwa pemerintah akan meningkatkan distribusi ke daerah pedesaan untuk mengatasi masalah pasokan yang dipicu oleh kenaikan harga beras.
Dia mengatakan tingginya harga beras impor tidak bisa dihindari setelah India dan 18 negara lainnya membatasi ekspor beras, guna memenuhi kebutuhan dalam negeri mereka. Pembatasan penjualan beras oleh New Delhi telah mengurangi hampir seperlima pasokan global.
"Sebenarnya kita (Malaysia) tidak kekurangan beras di negara ini. Hanya saja harga beras impor naik tajam," kata Mohamad, seraya menambahkan bahwa pemerintah sedang mengambil langkah guna mengatasi permasalahan tersebut, dikutip dari AP News.
"Saya ingin mengingatkan kembali masyarakat untuk tetap tenang dan membeli apa yang dibutuhkan saja. Jangan panik membeli," tambahnya.