Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Pelajaran Penting dari Negara dengan Daya Saing Tertinggi di 2025

ilustrasi negara Switzerland (pexels.com/Bhuwan Dhingra)
ilustrasi negara Switzerland (pexels.com/Bhuwan Dhingra)
Intinya sih...
  • Negara dengan daya saing tertinggi memiliki pemerintahan yang efisien, inklusif, dan visioner.
  • Investasi pada infrastruktur digital, energi, dan transportasi menjadi kunci kestabilan ekonomi di masa depan.
  • Kualitas pendidikan, kesehatan, adaptasi terhadap perubahan global, kolaborasi, stabilitas sosial, dan keberlanjutan menjadi faktor penting dalam meningkatkan daya saing negara.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Persaingan antarnegara di era sekarang gak hanya menyangkut ekonomi atau besarnya Produk Domestik Bruto (PDB). Dunia yang penuh ketidakpastian membuat daya saing sebuah negara ditentukan oleh banyak faktor, mulai dari kualitas institusi, kesiapan digital, sampai efisiensi pemerintah.

Laporan terbaru IMD World Competitiveness Ranking 2025 beri gambaran menarik tentang bagaimana negara-negara maju dan berkembang beradaptasi menghadapi tantangan global. Switzerland kembali menduduki peringkat pertama, disusul Singapura dan Hong Kong SAR.

Pencapaian mereka bukan kebetulan, melainkan hasil dari strategi panjang yang bisa jadi pelajaran penting untuk negara lain, termasuk Indonesia. Kamu pun bisa mengambil hikmah dari pola pikir dan strategi mereka, baik untuk dunia bisnis maupun kehidupan sehari-hari.

Nah, berikut tujuh pelajaran penting dari negara dengan daya saing tertinggi tahun 2025.

1. Mengutamakan efisiensi pemerintah

ilustrasi pimpinan politik (vecteezy.com/Irina Kryvasheina)
ilustrasi pimpinan politik (vecteezy.com/Irina Kryvasheina)

Negara dengan daya saing tinggi punya satu kesamaan: pemerintahan yang efisien. Switzerland misalnya, berada di peringkat teratas dalam kategori Government Efficiency.

Efisiensi ini gak cuma soal birokrasi yang cepat, tapi juga kebijakan yang inklusif dan visioner. Dari sini kamu bisa belajar kalau kepemimpinan yang jelas dan pengambilan keputusan yang gesit bisa bikin organisasi, bisnis, atau bahkan hidup pribadi jadi lebih terarah.

2. Membangun infrastruktur kokoh

ilustrasi pembangunan infrastruktur (pexels.com/Mikael Blomkvist)
ilustrasi pembangunan infrastruktur (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Infrastruktur bukan cuma soal jalan raya atau jembatan. Negara seperti Switzerland dan Singapura terus berinvestasi pada infrastruktur digital, energi, dan transportasi.

Mereka sadar bahwa fondasi yang kuat bikin ekonomi lebih stabil dalam menghadapi krisis. Buat kamu, pelajarannya adalah pentingnya punya “fondasi” kokoh dalam hidup, entah itu tabungan darurat, jaringan pertemanan sehat, atau keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman.

3. Investasi besar pada sumber daya manusia

ilustrasi guru sekolah (pexels.com/Max Fischer)
ilustrasi guru sekolah (pexels.com/Max Fischer)

Negara berdaya saing tinggi gak pernah abai dengan kualitas pendidikan dan kesehatan. Singapura mencatat kinerja bagus dalam faktor ekonomi berkat pertumbuhan investasi, tapi juga menaruh perhatian pada pengembangan keterampilan tenaga kerja.

Intinya, manusia jadi aset utama. Jadi kalau kamu ingin sukses, jangan ragu untuk investasi pada diri sendiri: upgrade skill, jaga kesehatan, dan terus belajar.

4. Adaptasi terhadap perubahan global

ilustrasi negara Hong Kong (pexels.com/Nick Kwan)
ilustrasi negara Hong Kong (pexels.com/Nick Kwan)

Dunia sekarang penuh dinamika, mulai dari perubahan iklim, konflik geopolitik, sampai pergeseran jaringan perdagangan global. Hong Kong bisa naik ke peringkat tiga karena mampu beradaptasi cepat dan terbuka pada investasi.

Dari sini, kamu bisa belajar untuk lebih fleksibel menghadapi perubahan. Ketika kondisi gak sesuai rencana, kemampuan beradaptasi bisa jadi kunci keberlangsungan.

5. Mengutamakan kolaborasi dan keterbukaan

ilustrasi networking (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi networking (pexels.com/RDNE Stock project)

Negara-negara di peringkat atas sadar bahwa menutup diri dari kerja sama global justru bikin mereka tertinggal. Bahkan kawasan seperti Uni Eropa dan ASEAN memperkuat integrasi ekonomi supaya lebih tangguh menghadapi fragmentasi global.

Pelajaran buat kamu: jangan ragu untuk kolaborasi dengan orang lain. Networking, kerja tim, dan sikap terbuka bisa bikin jalanmu lebih ringan.

6. Menjaga stabilitas sosial

ilustrasi kawasan kumuh (pexels.com/Maksim Romashkin)
ilustrasi kawasan kumuh (pexels.com/Maksim Romashkin)

Efisiensi pemerintah ternyata berkaitan erat dengan menurunnya tingkat ketimpangan sosial. Data IMD menunjukkan ada korelasi antara kualitas institusi dan rendahnya tingkat kesenjangan.

Denmark dan Swedia misalnya, bisa bertahan di tengah guncangan global karena punya tata kelola yang inklusif. Buat kehidupan pribadi, artinya kamu juga butuh keseimbangan. Jangan cuma fokus pada ambisi pribadi, tapi juga peduli dengan lingkungan sekitar, ya.

7. Fokus pada keberlanjutan

ilustrasi mobil listrik (commons.wikimedia.org/ Plug'n Drive)
ilustrasi mobil listrik (commons.wikimedia.org/ Plug'n Drive)

Negara-negara teratas dalam daya saing sadar bahwa keberlanjutan bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Green transition atau transisi hijau jadi salah satu faktor utama dalam laporan 2025.

Tanpa keberlanjutan, pertumbuhan ekonomi gak akan bertahan lama. Dari sini, kamu bisa belajar untuk menjaga keseimbangan antara ambisi pribadi dengan keberlanjutan hidup, misalnya dengan lebih bijak dalam menggunakan sumber daya atau menjaga kesehatan mental dan fisik.

Belajar dari negara-negara dengan daya saing tertinggi tahun 2025, kamu bisa melihat bahwa kesuksesan bukan hasil instan. Ada banyak strategi, mulai dari efisiensi, kolaborasi, sampai keberlanjutan yang terus dijaga.

Semua pelajaran ini bisa kamu terapkan, bukan hanya di level bisnis atau organisasi, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, kalau negara aja bisa bersaing lewat adaptasi dan visi jangka panjang, kamu juga bisa menerapkan prinsip serupa untuk jadi lebih tangguh menghadapi masa depan, lho.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

BNI Optimistis Penempatan Dana Pemerintah Dorong Likuiditas

13 Sep 2025, 15:06 WIBBusiness