Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pelaku Usaha: 2019-2021 Tahun Menyedihkan buat Industri Minuman Ringan

Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM), Triyono Prijosoesilo (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Intinya sih...
  • Industri minuman ringan mengalami penurunan penjualan hingga 50 persen selama pandemik COVID-19.
  • Pertumbuhan penjualan minuman ringan sejak 2022 hingga 2023 hanya sebesar 3,1 persen, dengan AMDK sebagai penyumbang utama pertumbuhan tersebut.

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM), Triyono Prijosoesilo, mengungkapkan, 2019-2020 adalah tahun menyedihkan buat industri minuman ringan. Hal itu tidak terlepas dari pandemik COVID-19 yang menyerang Indonesia dan dunia.

Triyono bahkan mengungkapkan, penjualan minuman ringan selama masa pandemik COVID-19 menurun hingga 50 persen.

"Kita tahu dampak COVID-19 bagaimana buat industri minuman yang menurunkan penjualan 40 sampai 50 persen. 2019, 2020, dan 2021 adalah tahun menyedihkan," kata Triyono dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (13/3/2024).

1. Industri minuman ringan tengah dalam masa pemulihan

ilustrasi minuman ringan (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Sampai saat ini, industri minuman ringan masih dalam tahap pemulihan pascapandemik COVID-19. Triyono memaparkan, tingkat penjualan minuman ringan sejak 2022 hingga 2023 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 3,1 persen.

Kendati demikian, air minum dalam kemasan (AMDK) berkontribusi paling besar dalam pertumbuhan penjualan tersebut. Tanpa AMDK, pertumbuhan penjualan minuman ringan menjadi semakin kecil.

"Secara garis besar antara 2022-2023 ada pertumbuhan 3,1 persen, secara total, tapi penyumbang utama pertumbuhan itu hanya AMDK. Kalau kita keluarkan AMDK, petumbuhan industri minuman ringan minus 2,6 persen," ujar Triyono.

2. Industri minuman ringan masih menghadapi tantangan

ilustrasi berbagai merek minuman energi (pixabay.com/Joenomias)

Triyono mengatakan, hal tersebut masih menjadi tantangan tersendiri bagi industri minuman ringan agar pulih sepenuhnya.

Menurut dia, industri minuman ringan tidak boleh bergantung pada satu produk saja jika ingin pulih 100 persen.

"Industri ini masih belum sustainable karena bergantung pada satu kategori untuk bisa tumbuh. Ini jadi tantangan buat kami," kata Triyono.

3. Volume produksi minuman ringan tidak tumbuh dalam 3 tahun terakhir

ilustrasi minuman bersoda (pixabay.com/Igor Ovsyannykov)

Di sisi lain, dari sisi volume produksi minuman ringan, Triyono mengakui pertumbuhannya menyentuh angka 0. Jika dilihat dari angkanya sejak 2015-2023, volume produksi minuman ringan cenderung stagnan di angka 8 miliaran liter.

"Pada saat COVID-19 turun jadi 6,7 miliaran liter kemudian naik lagi. Dalam 3 tahun terakhir pertumbuhannya rata-rata 0. Secara industri tidak ada pertumbuhan dan ini kemudian jadi tantangan bagi pelaku industri minuman," ujar Triyono.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us