Pembangkit Listrik Ditarget Bertambah 27,9 Gigawatt di Era Prabowo

- Kementerian ESDM akan tambah kapasitas pembangkit listrik nasional hingga 2034 sebesar 69,5 GW
- 42,6 GW atau 61% berasal dari EBT, 10,3 GW atau 15% dari storage, dan 16,6 GW atau 24% dari energi fosil
- Penambahan pembangkit dibagi dalam dua tahap: periode 2025-2029 (27,9 GW) dan periode 2030-2034 (41,6 GW)
Jakarta, IDN Times - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menambah kapasitas pembangkit listrik nasional untuk periode 2025-2034 menjadi 69,5 gigawatt (GW).
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memaparkan, kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) akan berkontribusi sebesar 42,6 FW atau 61 persen dari jumlah tersebut. Sementara kapasitas penyimpanan storage akan mencapai 10,3 GW atau 15 persen.
"Hasilnya adalah 76 persen itu menuju kepada energi baru terbarukan di mana dari 76 persen itu adalah kurang lebih sekitar 42,6 GW itu adalah EBT, dan 10,3 itu adalah storage," katanya dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (26/5/2025).
Sementara itu, pembangkit berbasis energi fosil akan menyumbang sebesar 16,6 GW atau sekitar 24 persen dari total penambahan kapasitas tersebut.
1. Pembangkit bakal ditambah 27,9 GW di era Prabowo

Bahlil memerinci rencana tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 GW pada periode 2025-2034, akan dibagi dalam dua tahap, masing-masing lima tahun.
Pada periode 2025-2029, tambahan kapasitas pembangkit mencapai 27,9 GW. Dari jumlah itu, sekitar 12,7 GW atau 45 persen berasal dari pembangkit berbasis energi fosil, 12,2 GW atau 44 persen dari EBT, dan 3,0 GW atau 11 persen dari storage.
Untuk periode 2030-2034, tambahan kapasitas pembangkit bertambah 41,6 GW. Dari total tersebut, porsi EBT mendominasi sebesar 30,4 GW atau 73 persen, sedangkan pembangkit fosil hanya 3,9 GW atau 10 persen, dan kapasitas storage mencapai 7,3 GW atau 17 persen.
"Rencana penambahan pembangkit 2025-2034 kami menjadi bagi dua, 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua supaya kita bisa mengecek detail. Lima tahun pertama totalnya 27,9 GW dan 5 tahun kedua 41,6 GW," ujarnya.
2. Sebaran penambahan kapasitas listrik nasional

Pada periode 2025-2034, untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali, total tambahan kapasitas pembangkit direncanakan sebesar 33,5 GW, dengan penambahan energi baru terbarukan (EBT) mencapai 19,6 GW.
Di Pulau Sumatra, tambahan kapasitas pembangkit ditetapkan sebesar 15,1 GW, termasuk EBT sebesar 9,5 GW. Di Kalimantan, total tambahan kapasitas pembangkit mencapai 5,8 GW, dengan EBT sebesar 3,5 GW.
Sementara itu, Sulawesi direncanakan menambah kapasitas sebesar 10,4 GW, termasuk EBT sebesar 7,7 GW. Untuk kawasan Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara, tambahan kapasitas mencapai 4,7 GW, dengan EBT sebesar 2,3 GW.
"Nah, Maluku dan Papua ini kita dorong memang harus kita mempertimbangkan juga adalah tingkat pemakaian listriknya. Jadi, industri-industrinya kita harus bangun dulu di sana," ujarnya.
3. Mempertimbangkan target pertumbuhan ekonomi 8 persen

Melalui rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) periode 2025-2034 itu, Bahlil menyampaikan target mendukung tercapainya sasaran pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen pada 2029.
Rencana itu mencakup pemenuhan kebutuhan listrik yang mendukung program-program prioritas nasional. Berdasarkan data, realisasi penjualan listrik pada 2024 tercatat sebesar 306 terawatt-hour (TWh), dengan target penjualan pada 2034 mencapai 511 TWh.
Tambahan penjualan yang direncanakan untuk periode 2025-2034 diperkirakan sebesar 205 TWh atau rata-rata 21 TWh per tahun.
Dia menekankan pemenuhan kebutuhan listrik diarahkan untuk mendukung kawasan industri, kawasan ekonomi khusus (KEK), hilirisasi, pusat data (data center), destinasi pariwisata super prioritas (DPSP), sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT), serta pengembangan kendaraan listrik (EV).
"Ini semua kita lakukan dengan memperhitungkan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan ekonomi kita yang mencapai pada akhirnya 8 persen. Jadi konsumsi listrik per kapita kita juga kita sudah hitung secara seksama," tambahnya.