Pengelolaan JCC Mau Diambil Alih, Industri MICE Buka Suara

- Asperapi mendukung pemerintah dalam meningkatkan kontribusi industri MICE terhadap perekonomian nasional
- Pelaku industri MICE khawatir dengan rencana pengakhiran kontrak sepihak terhadap pengelolaan JCC oleh PPKGBK
Jakarta, IDN Times - Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) menyatakan komitmennya untuk mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kontribusi industri Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) terhadap perekonomian nasional.
Asperapi juga mengharapkan pemerintah dapat menjaga iklim industri MICE tetap kondusif dengan memastikan penerapan standar layanan yang tinggi, profesional, akuntabel, dan terukur, seperti yang telah dilakukan oleh berbagai venue besar, termasuk Jakarta Convention Center (JCC).
"Karena itu harapan kami pemerintah juga mampu menjaga iklim industri ini selalu kondusif dan memastikan diterapkannya standar layanan yang tinggi, profesional, akuntabel dan terukur seperti yang sudah diberikan oleh venue-venue besar seperti JCC," kata Sekretaris Jenderal Asperapi Jeffrey Eugene dalam keterangannya, Sabtu (23/11/2024).
1. Alih kelola JCC dikhawatirkan pengaruhi perubahan standar layanan

Pelaku industri MICE mengkhawatirkan upaya pengakhiran kontrak sepihak oleh Pusat Pengelola Kawasan Gelora Bung Karno (PPKGBK) terhadap pengelolaan JCC.
Jeffrey mengatakan, rencana perubahan pengelola JCC berpotensi mengancam standar layanan yang selama ini menjadikan JCC sebagai acuan utama pengelolaan MICE, baik di Indonesia maupun di Asia. Hal itu dinilai dapat mempengaruhi kepercayaan pengguna JCC dan mendorong mereka berpindah ke venue lain.
"Di komplek GBK ini sesungguhnya ada beberapa venue untuk kegiatan MICE. Tapi anggota Asperapi selalu memprioritaskan JCC, selain kapasitasnya besar, yang utama pengelolanya sudah teruji bertahun-tahun. Standar layanan yang selama ini diterapkan oleh pengelola JCC sangat tinggi, makanya event organizer (EO) baik lokal maupun asing selalu repeat order," tutur Jeffrey.
2. Pemerintah diharapkan mengambil keputusan terbaik terkait pengelolaan JCC

Jeffrey menjelaskan hampir semua venue besar di industri MICE Indonesia dikelola oleh swasta. Menurutnya, pengelolaan industri MICE membutuhkan kompetensi, rekam jejak, dan jejaring bisnis yang dibangun dalam jangka waktu lama.
Dia menyebut, ancaman perubahan pengelola JCC menjadi perhatian serius karena tidak banyak pelaku usaha yang memiliki kemampuan mengelola venue sebesar itu. Bahkan, sebagian besar pengelola venue di Indonesia, baik di Jakarta maupun kota lainnya, pernah belajar atau bekerja sama dengan pengelola JCC saat ini.
"Jangan berpikir dengan mengubah pengelolaan JCC semua vendor akan langsung melanjutkan kerja samanya. Apalagi jika pengelola baru memiliki kualifikasi dan akuntabilitas yang lebih rendah dibandingkan pengelola sebelumnya. Pemerintah harus mengambil keputusan terbaik untuk menyelamatkan Industri ini dari kepentingan sepihak dan jangka pendek," paparnya.
3. JCC tetap beroperasi normal di tengah sengketa hukum yang sedang berjalan

Sebelumnya, General Manager JCC, Edwin Sulaeman menegaskan PT Graha Sidang Pratama (GSP) sebagai pengelola JCC akan terus memprioritaskan kepentingan dan kepastian bisnis klien agar operasional MICE di JCC tetap optimal.
"JCC tetap beroperasi seperti biasa, dan seluruh kontrak dengan para klien yang telah ditandatangani tetap berjalan. Agenda MICE di JCC ini memiliki dampak ekonomi yang luar biasa, jadi kami tetap fokus melayani kebutuhan klien,” kata Edwin dalam media briefing di JCC, Jakarta, Kamis (7/11/2024).
Dia mengungkapkan, JCC telah memiliki kontrak hingga 2025 dengan berbagai klien lokal dan internasional, termasuk kegiatan rutin tahunan yang berlangsung selama puluhan tahun.
Sebagai ikon MICE Indonesia, JCC dinilai memiliki peran strategis bagi berbagai segmen pelaku usaha, mulai dari korporasi hingga UMKM. Dia berharap agar semua pihak mendukung kelancaran agenda MICE di JCC tanpa gangguan selama proses hukum berlangsung.