Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pimpin RI, Prabowo-Gibran Bakal Dihadapkan Kondisi Fiskal Negatif

Presiden terpilih, Prabowo Subianto ketika berbincang dengan wapres terpilih, Gibran Rakabuming Raka. (Dokumentasi media Menhan)
Intinya sih...
  • Defisit fiskal RI tahun ini diproyeksikan 2,5-2,6 persen dari PDB
  • Penyebab utama defisit fiskal adalah pendapatan pajak yang lemah dan biaya subsidi akibat pelemahan rupiah

Jakarta, IDN Times - Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan mulai bertugas pada Oktober 2024. Salah satu hal yang bakal dihadapi pemerintahan baru adalah kondisi fiskal yang negatif.

Hal itu disampaikan oleh Senior Economist Bank DBS, Radhika Rao dalam group interview dengan media di Jakarta, Selasa (6/8/2024).

"Terkait posisi fiskal, saya rasa ini menjadi suatu hal yang akan diperhatikan pasar secara seksama seiring dengan pemerintahan baru. Pemerintahan baru pada Oktober nanti menghadapi defisit fiskal. Dalam enam bulan pertama 2024, defisit atau keseimbangan fiskal Indonesia dalam kondisi negatif," tutur Radhika.

1. Penyebab defisit fiskal

ilustrasi pembayaran pajak motor (IDN Times/Arief Rahmat 2019)

Menurut Radhika, ada dua hal yang menjadi penyebab utama defisit fiskal anggaran pemerintah. Pertama adalah pendapatan atau penerimaan pajak yang tidak terlalu kuat dan faktor kedua adalah meningkatnya biaya subsidi imbas dari pelemahan rupiah.

"Jika saya melihat semua proyeksi, pertumbuhan PDB baik, inflasi sangat baik, tetapi rupiah lebih banyak melemah ketimbang parameter lainnya. Jadi, jika Anda melihat mata uang yang melemah, itu sebenarnya ditambahkan pada tagihan subsidi atau fiskal," tutur dia.

2. Proyeksi defisit fiskal RI hingga akhir 2024

ilustrasi APBN (IDN Times/Aditya Pratama)

Atas dasar itu, Radhika memproyeksikan defisit fiskal RI tahun ini pada kisaran 2,5 persen hingga 2,6 persen. Selain itu, Radhika juga mengatakan, defisit fiskal tahun depan pada saat kepemimpinan baru bisa ada sedikit di atas tahun ini.

"Tahun ini, kami proyeksikan defisit fiskal 2,5 sampai 2,6 persen dari PDB, sedangkan tahun depan sedikit di atasnya, yakni 2,7 sampai 2,8 persen dari PDB," kata dia.

3. APBN alami defisit pada semester I-2024

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menghadiri pertemuan ketiga Menkeu dan Gubernur Bank Sentral negara G20 (Finance Ministers and Central Bank Governors/FMCBG) di Rio De Janeiro, Brasil pada 25-26 Juli 2024. (dok. Kemenkeu)

Di sisi lain, pemerintah menghadapi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per Juni 2024 atau hingga semester I-2024 sebesar Rp77,3 triliun. Tekor itu setara dengan 0,34 persen dari PDB.

"Total postur dari APBN 2024 semester-I adalah defisit Rp77,3 triliun. Tahun lalu semester I masih surplus Rp152,3 triliun, tahun ini semester I kita sudah mengalami defisit Rp 77,3 triliun," kata Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, awal Juli lalu.

Defisit ini berarti pendapatan yang diterima pemerintah lebih kecil dibandingkan jumlah pengeluaran. Hingga Juni 2024, pendapatan negara tercatat Rp1.320,7 triliun atau turun 6,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Kalau kita lihat pendapatan negara yang mencapai Rp1.320,7 triliun, itu adalah 47,1 persen dari target tahun ini Rp2.802,3 triliun. Pendapatan negara semester-I ini dibandingkan semester I tahun lalu yang Rp1.407,9 triliun itu berarti mengalami penurunan 6,2 persen," ujar Sri Mulyani.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ridwan Aji Pitoko
EditorRidwan Aji Pitoko
Follow Us