PT Vale Indonesia dan Inisiatif Penerapan Prinsip Green Mining

- PT Vale Indonesia menerapkan green mining dengan merangkul petani lokal, menekan emisi karbon, dan pemulihan lahan pascatambang.
- Program SRI Organik di Luwu Timur meningkatkan hasil panen petani, menumbuhkan minat petani muda, dan mempopulerkan program ke banyak kelompok tani.
- PT Vale Indonesia berkomitmen mencapai Net Zero Emission (NZE) dengan PLTA berbasis energi baru terbarukan, teknologi electric boiler, penggunaan biodiesel B30, dan pengurangan emisi karbon.
Industri pertambangan akan selalu berkelindan dengan isu kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Dua elemen ini–masyarakat dan lingkungan– menjadi kunci utama suatu perusahaan tambang dapat menerapkan praktik pertambangan berkelanjutan atau green mining sesuai prinsip dan aturan yang berlaku.
Komitmen pada pendekatan green mining, PT Vale Indonesia, sebagai perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia dengan tiga wilayah operasi–Blok Sorowako di Luwu Timur, Sulawesi Selatan; Indonesia Growth Project (IGP) Morowali di Sulawesi Tengah; dan IGP Pomalaa di Sulawesi Tenggara– menjadikan kedua elemen tersebut sebagai tumpuan dalam menjalankan aktivitas tambang. Segala aktivitas pertambangan yang dilakukan mesti berjalan beriringan dengan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk itu, seiring dengan dengan aktivitas operasional, PT Vale Indonesia merangkul sejumlah stakeholder terkait, termasuk masyarakat, dalam mencetuskan program-program maupun fasilitas yang berwawasan green mining dan tumbuh bersama melalui gerakan #StartsWithMe.
Setidaknya, ada tiga inisiatif penting yang mengukuhkan komitmen PT Vale Indonesia dalam menambang kebaikan melalui pertambangan berkelanjutan, yakni merangkul petani lokal untuk berpartisipasi aktif dalam aksi pembangunan dan memaksimalkan potensi daerah, menekan emisi karbon dalam tiap tahap pertambangan, dan pemulihan lahan pascatambang sesuai aturan yang berlaku.
1. PT Vale Indonesia dan Kelompok Tani

Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan merupakan kabupaten yang diberkahi keunikan demografis berupa kawasan pedesaan yang menempati lahan sekitar 60 persen dari total wilayah kabupaten. Potensi ini merupakan peluang bagi Luwu Timur untuk menjadi model dalam pendekatan pembangunan berbasis kawasan pedesaan, salah satunya melalui sektor pertanian. Namun, nasib kelompok tani kala itu jauh dari cita-cita tersebut.
Penurunan hasil panen dari musim ke musim kerap menghantui petani. Pengalaman buruk itu sempat dialami oleh Paimin, Ketua Kelompok Tani Harapan Jaya di Luwu Timur. "Saya pernah tanam padi memang bisa menghasilkan sampai 6 ton setengah, tapi setelah itu hasil panen terus menurun sampai gagal total 3 musim," ucapnya dalam wawancara yang terdokumentasi di kanal YouTube PT Vale Indonesia.
Salah satu faktor gagal panen, menurut Wiyono, dalam bukunya berjudul Pengatar Ilmu Lingkungan ialah karena kecenderungan petani untuk menggunakan bahan-bahan kimiawi dalam proses bercocok tanam. Metode pertanian konvensional ini, secara berkala dapat mengakibatkan kerusakan tanah dan, secara domino, mengganggu kesehatan manusia yang mengonsumsinya.
Berbanding terbalik dengan risikonya, hasil Sensus Pertanian Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 justru menunjukan pola penggunaan pupuk oleh petani padi di Indonesia hampir didominasi pupuk anorganik hingga 86,41 persen. Merespons masalah tersebut, PT Vale Indonesia, #MenambangKebaikan dengan menginsiasi sebuah program yang berorientasi pada model pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture); System of Rice Intensification (SRI) organik.
Melalui metode ini, PT Vale Indonesia mendorong para petani untuk tidak lagi menggunakan bahan-bahan kimiawi sepanjang proses bercocok tanam, dan beralih sepenuhnya menggunakan bahan-bahan organik, sehingga pengeluaran bisa ditekan, kesuburan tanah terjaga, dan kualitas hasil tani dapat meningkat.
Demi kelancaran upaya ini, PT Vale menggandeng sejumlah stakeholder terkait, termasuk kelompok tani dan pemerintah setempat. Sinergisitas ini memungkinkan setiap tahap dalam program SRI Organik dapat berjalan dan meluas ke kelompok tani lainnya.
Tahap pertama program ini bekerja sama dengan kelompok tani Harapan Jaya di Desa Mahalona, Kecamatan Towoti, Luwu Timur, dengan menggelar pelatihan kelompok tani pada Februari 2015 yang diikuti 17 anggota kelompok tani dengan total luas lahan 16 hektare.
Pada Mei 2015, program berlanjut ke tahap persiapan implementasi hingga pemupukan lahan secara mandiri dengan bahan-bahan organik agar mikro organisme pada lahan dapat berkembang biak dengan baik, sehingga dapat menjadi penyedia nutrisi bagi kesuburan padi organik. Selanjutnya, pada tahap pemeliharaan, para petani juga diimbau tidak menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan hama.
"Dari hasil panen itu (29 ton), uang yang dihasilkan Rp203 juta. Di situlah yang menarik, petani semua berbicara, baru kali ini selama 8 tahun bercocok tanam mendapat uang lebih," ujar Kariman, pendamping petani Yayasan Aliksa Organik SRI dikutip dari kanal YouTube PT Vale Indonesia.
Program SRI Organik PT Vale Indonesia ini pun diakui oleh kelompok tani binaan sebagai program yang efektif dalam meningkatkan pendapatan masyarakat petani. Kesuksesan ini, mempopulerkan program SRI Organik ke banyak kelompok tani.
"Begitu musim panen kedua, dari 10 hektare, saya buka menjadi 22 hektare. Tiap musim tanam kita tambah dan hasilnya mereka (petani lain) lihat. Itu yang membuat mereka tertarik dan sudah kita jelaskan ke mereka makanya mereka mau ikut dengan kita," kata Faisal, Petani Desa Ululere, dikutip dari kanal YouTube PT Vale Indonesia.
Di samping itu, para petani muda juga mulai tertarik dan bergabung dalam program SRI Organik. Ketua Kelompok Tani Milenial Desa Walatana, Zani, mengungkapkan dengan adanya program SRI Organik, semangat dan tekad para petani muda semakin meningkat.
"Maka saya sebagai pemuda berterima kasih kepada Alkhairat dan PT Vale telah membawa program SRI Organik yang menerapkan pertanian sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan ini," kata Zani dikutip dari kanal YouTube PT Vale Indonesia.
Kini, pola SRI Organik dipraktikan oleh 196 petani di lahan seluas 83,9 hektare di 9 kecamatan se-Luwu Timur. Petani binaan PT Vale Indonesia menghasilkan beras organik berlabel "Matano Rice" yang sudah mendapat sertifikat dari lembaga sertifikasi berskala nasional. Namun demikian, PT Vale Indonesia berkomitmen meningkatkan sebaran penerima bantuan hingga mencapai target 120 hektare sawah yang menerima pendampingan SRI organik.
2. PT Vale Indonesia dan Komitmen NZE

Indonesia, melalui Perjanjian Paris 2015, berkomitmen untuk menekan emisi karbon dan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2050. Demi tujuan tersebut, Indonesia telah mengaktifkan sejumlah pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT). Berpartisipasi dalam visi itu, PT Vale Indonesia turut melahirkan infrastruktur kelistrikan berwawasan green energy guna meminimalisasi risiko kerusakan lingkungan.
Visi tersebut diwujudkan melalui pengoperasian tiga unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yakni PLTA Larona (165 MW), PLTA Balambano (110 MW), dan PLTA Karebbe (90 MW) yang ketiganya mampu menghasilkan daya listrik sebesar 365 MW. Kehadiran tiga PLTA ini mengurangi emisi karbon hingga 1 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2eq) per tahun.
Bukan hanya untuk keperluan operasional pertambangan, listrik PLTA milik PT Vale Indonesia juga didistribusikan ke masyarakat di Kabupaten Luwu Timur dan sekitarnya, sehingga masyarakat setempat dapat merasakan listrik andal ramah lingkungan untuk kebutuhan rumah tangga maupun pekerjaan sehari-hari.
Selain PLTA, akselerasi NZE juga dilakukan PT Vale Indonesia melalui pengaplikasian teknologi electric boiler untuk memproduksi uap yang dimanfaatkan untuk menjaga aliran sulfur cair dan proses produksi lainnya. Pada 2020, lewat cara ini, PT Vale Indonesia berhasil menekan emisi karbon hingga 28,331 ton CO2eq.
Selain itu, PT Vale Indonesia memanfaatkan penggunaan bahan bakar biodiesel B30 untuk kebutuhan operasional alat berat dan kendaraan ringan berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sepanjang 2020, total penggunaan biodiesel perusahaan mencapai 77,17 juta liter. Jumlah ini setara dengan pengurangan emisi karbon sebesar 61.600 ton CO2eq.
Inisiatif lain ialah dengan memangkas jarak tempuh dam truk pengangkut biji nikel dari lokasi penambangan ke lokasi penyaringan biji dengan menggunakan teknologi modular screening station. Pemanfaatan tekologi ini juga bertujuan untuk menekan konsumsi bahan bakar diesel oleh dam truk akibat semakin jauhnya jarak kegiatan penambangan ke stasiun penyaringan. Hal ini pun diharapkan dapat mengurangi emisi karbon sebesar 3.139 ton CO2eq.
Di samping itu, dalam rangka menjaga stabilitas lingkungan, PT Vale Indonesia sangat memperhatikan pengolahan air limbah yang diwujudkan melalui fasilitas Lamella Gravity Settler (LGS) dengan kapasitas 16 juta meter kubik.
LGS terintegrasi langsung dengan 100 lebih kolam sedimen di lokasi-lokasi penambangan. Infrastruktur ini berfungsi sebagai pemurnian limbah air tambang. Ia mereduksi elemen yang terkandung dalam air, utamanya total suspended solids (TSS) atau partikel yang tidak terlarut dalam air, dan kromium (Cr6+), salah satu logam berat yang terkandung dalam air.
Teknologi LGS merupakan teknologi standar dalam penjernihan air untuk pengolahan bahan baku air minum. Bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PT Vale Indonesia menjadi perusahaan pertambangan pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi LGS.
Upaya nol emisi ini tak berhenti pada pengoperasian fasilitas-fasilitas di atas. PT Vale Indonesia telah menyusun peta jalan dalam program NZE untuk mengurangi CO2 sebesar 33 persen hingga 2030 dan mencapai nol emisi pada 2050.
Beberapa kajian telah dilakukan, di antaranya penggunaan gas alam cair atau liquified natural gas (LNG) sebagai bahan bakar utama rotary kiln & dryer kiln, kajian pemanfaatan biomassa sebagai reductant pada unit rotary klin, kajian teknologi pembangkit listrik tenaga surya, percobaan penggunaan kendaraan listrik, peningkatan kapasitas energi PLTA, pemanfaatan waste heat untuk pembangkitan energi, hingga penerapan online monitoring system pada jalur distribusi uap, air, dan power.
3. PT Vale Indonesia dan Reklamasi Lahan

Hal yang tak kalah krusial dalam proses pertambangan ialah pemulihan lahan. Hal ini telah termaktub dalam Undang-Undang No.3 tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara yang mewajibkan reklamasi dan pascatambang bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP)/ Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
PT Vale Indonesia melakukan kegiatan reklamasi secara progresif dan terintegrasi dengan kegiatan penambangan untuk membatasi bukaan lahan hanya yang diperlukan untuk kegiatan operasi penambangan. Selain untuk meminimalkan dampak lingkungan, seperti erosi dan sedimentasi, kegiatan ini diproyeksi meningkatkan penyerapan karbon.
Hingga Juni 2022, total keseluruhan lahan yang telah direklamasi mencapai 3.338 hektare. Dengan total pohon mencapai 4,1 juta. PT Vale Indonesia juga melakukan rehabilitasi lintas batas di atas lahan seluas 10.000 ha yang tersebar di 13 kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan.
Guna memenuhi kebutuhan rehabilitasi lahan dan penanaman kembali, PT Vale Indonesia memiliki fasilitas pembibitan atau nursery berkapasitas 700.000 bibit per tahun. Nursery diperuntukan menanam, merawat, dan mengembangakan tanaman yang akan dimanfaatkan untuk mereklamasi lahan bekas tambang, serta mendukung program penghijauan pemerintah.
Persemain modern atau nursery yang dibangun di Blok Sorowako memproduksi berbagai jenis tanaman asli (native species) dan tanaman endemik yang merupakan bagian dari konservasi keanekaragaman hayati. Hingga kuartal kedua 2023, dari total lahan tambang seluas 5.596 hektare, PT Vale Indonesia berhasil merehabilitasi 3.635 hektare (65 persen). Dari 3.635 hektare tersebut sudah dievaluasi oleh Kementerian Sumber Daya Mineral dan 86,7 persen dinyatakan berhasil.
Sebelum menambang, perusahaan mendata dan mengumpulkan tanaman lokal. Tanaman dari lahan yang akan ditambang kemudian dikembangkan di nursery. Lapisan tanah pucuk dari penambangan digunakan kembali untuk menyiapakan lahan pascatambang. Dengan laju bukaan lahan 200 hektare per tahun, PT Vale Indonesia mengupayakan laju penutupan lahan yang sama dengan reklamasi progresif.
Adapun tahapan reklamasi dan rehabilitasi lahan, di antaranya penyiapan lahan agar pertumbuhan tanaman optimal, pengaturan bentang lahan, pembangunan lereng, kolam pengendapan, untuk menghindari erosi, penggemburan lahan, penyebaran benih tanaman penutup, penanaman tanaman perintis (jarak antartanaman 3,5 x 4 meter), penanaman tanaman perintis (intensitas tanaman pionir) 700 tanaman per hektare, dan pemupukan dasar.
Lewat upaya-upaya ini, PT Vale Indonesia membuktikan komitmennya pada pertambangan berkelanjutan yang dibarengi dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL). Melalui proses tambang yang sistematis dan berwawasan green mining, PT Vale Indonesia memperoleh sejumlah penghargaan. Apresiasi juga datang dari pihak pemerintah, Retno Marsudi, yang kala itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.
"Apa yang dilakukan PT Vale Indoneisa dapat dijadikan salah satu contoh yang baik bagaimana sebuah perusahaan pertambangan bertanggung jawab terhadap ESG (Environmental, Social, and Governance). Ini harus sering diceritakan, karena semakin banyak orang melihat dan bercerita maka akan mengurangi cerita-cerita buruk tentang nikel Indonesia," ucap Retno Marsudi dikutip dari kanal YouTube PT Vale Indonesia.