Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pupuk Indonesia Libatkan 128 Ribu Petani dalam Program Makmur di Q1

PT Pupuk Indonesia (Persero) terus meningkatkan kapasitas para petani melalui Program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat (MAKMUR), yang hingga kuartal I tahun ini telah melibatkan 128 ribu peserta dan menjangkau 151 ribu hektare lahan. (Dok.Istimewa).
Intinya sih...
  • Program Makmur Pupuk Indonesia melibatkan 128 ribu petani dan 151 ribu hektare lahan, mendukung ketahanan pangan nasional.
  • Pendampingan intensif, akses input pertanian berkualitas, dan koneksi pembiayaan inklusif untuk membangun ekosistem pertanian modern.
  • Sinergi dengan BUMN lain, termasuk dukungan dari perusahaan pembiayaan, asuransi, listrik, pengairan, dan offtaker hasil panen untuk memperkuat daya saing petani.

Jakarta, IDN Times – PT Pupuk Indonesia (Persero) terus meningkatkan kapasitas para petani melalui Program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat (Makmur) hingga kuartal I tahun ini telah melibatkan 128 ribu peserta dan menjangkau 151 ribu hektare lahan.

Sekretaris Perusahaan Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana, mengatakan bahwa program Makmur telah berjalan sejak 2021. Program ini merupakan salah satu bentuk komitmen Pupuk Indonesia dalam mendukung visi pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

“Kami percaya, produktivitas pertanian tidak hanya bergantung pada kuantitas penggunaan pupuk, tetapi juga pada bagaimana petani dibekali dengan teknologi, pengetahuan, dan dukungan yang tepat—terutama dalam penggunaan pupuk secara benar. Melalui Makmur, kami ingin memastikan panen yang lebih optimal dari lahan yang sama,” ujar Wijaya Laksana pada Senin (14/4/2025).

1. Program makmur berikan pendampingan dan beri akses koneksi ke pembiayaan

Foto petani di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima saat jemur jagung usai digiling (IDN Times/Juliadin)

Wijaya menjelaskan bahwa program Makmur memberikan pendampingan intensif kepada petani, akses terhadap input pertanian yang berkualitas, serta koneksi ke sistem pembiayaan yang lebih inklusif. Program ini dirancang tidak hanya untuk meningkatkan hasil panen, tetapi juga untuk membangun ekosistem pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan.

"Bagi Pupuk Indonesia, capaian ini bukan sekadar angka statistik, melainkan cerminan dari upaya serius perusahaan dalam mendorong produktivitas pertanian nasional secara berkelanjutan serta memberdayakan petani."

2. Pengembangan ekosistem pertanian terintegrasi

Panen raya padi di Bulak Japanan, Margodadi, Seyegan, Sleman, Senin (7/4/2025). (Dok. Istimewa)

Selain Pupuk Indonesia, program Makmur turut melibatkan berbagai BUMN lain dalam pengembangan ekosistem pertanian yang terintegrasi. Sinergi ini mencakup dukungan dari perusahaan pembiayaan, penyedia agro-input, asuransi, penyedia listrik dan pengairan, serta offtaker hasil panen.

Dengan demikian, menurutnya, kolaborasi yang juga didukung oleh Kementerian Pertanian ini memperkuat daya saing petani sekaligus membuka akses pasar yang lebih luas.

“Kami percaya, untuk membangun pertanian yang kuat, tidak cukup hanya dari sisi produksi. Diperlukan sinergi menyeluruh—dari pembiayaan hingga offtaker. Ke depan, kami akan terus mengembangkan program Makmur ke berbagai wilayah agar semakin banyak petani yang merasakan manfaatnya,” kata Wijaya.

3. Petani beralih ke pompa listrik untuk aliri sawah

Program Makmur (Dok. Pupuk Indonesia)

Program Makmur mendapat sambutan positif dari para petani di berbagai daerah. Kamaludin, seorang petani dari Desa Leuwidingding, Cirebon, Jawa Barat, merasakan langsung manfaat dari pendampingan teknis yang membantu meningkatkan produktivitas pertanian.

“Manfaat dari bergabung dengan Makmur, pertama, kami mendapatkan pengetahuan tentang pengolahan tanah dan teknologi,” ujar Kamaludin.

Ia mencontohkan bahwa melalui program Makmur, para petani di desanya mulai beralih dari penggunaan pompa berbahan bakar minyak (BBM) ke pompa listrik untuk mengairi sawah. Perubahan ini memungkinkan petani menghemat biaya pengairan sawah dari sekitar Rp3,6 juta per bulan menjadi hanya Rp500–600 ribu per bulan.

“Kalau pakai pompa BBM, saat musim tanam ketiga selama tiga bulan, biasanya kami menghabiskan Rp3,6 juta untuk membeli BBM. Sedangkan kalau pakai pompa listrik, hanya menghabiskan Rp500–600 ribu. Jadi, kami bisa menghemat Rp3 juta per masa tanam,” jelasnya.

Selain rekomendasi terkait pengairan, Kamaludin menyebut bahwa petani juga mendapatkan pendampingan mengenai pemupukan dalam program Makmur. Menurutnya, pendampingan tersebut berdampak signifikan terhadap peningkatan produktivitas.

“Produktivitas padi naik dari 5 ton menjadi 6,5 hingga 7 ton. Terima kasih Pupuk Indonesia dan program Makmur,” ujar Kamaludin.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us