Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rupiah Perkasa di Level Rp16.270 per Dolar AS

ilustrasi rupiah menguat (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi rupiah menguat (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Rupiah menguat 7,50 poin atau 0,05 persen dibandingkan penutupan kemarin di level Rp16.277,5 per dolar AS.
  • Mata uang lainnya yang mengalami penguatan antara lain yuan China sebesar 0,10 persen, ringgit Malaysia 0,01 persen, won Korea 0,10 persen, dolar Taiwan 0,02 persen, dolar Hong Kong 0,01 persen, serta yen Jepang 0,17 persen.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pergerakan rupiah menguat pada pembukaan perdagangan Senin (8/7/2024). Rupiah bergerak ke level Rp16.270 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 7,50 poin atau 0,05 persen dibandingkan penutupan kemarin di level Rp16.277,5 per dolar AS.

1. Sejumlah mata uang di kawasan Asia kompak menguat

Selain rupiah, mata uang lainnya yang mengalami penguatan adalah yuan China sebesar 0,10 persen dan ringgit Malaysia 0,01 persen.

Kemudian won Korea menguat 0,10 persen, dolar Taiwan menguat 0,02 persen, dolar Hong Kong menguat 0,01 persen, serta yen Jepang menguat 0,17 persen.

2. Rupiah masih berpotensi menguat

Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra, memproyeksi rupiah masih berpotensi menguat terhadap dolar AS pada Senin.

"Peluang penguatan hari ini ke area Rp16.220 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp16.320 per dolar AS," jelasnya.

3. Pasar melihat adanya peluang pemangkasan suku bunga acuan The Fed

Menurut Ariston, pelaku pasar melihat peluang pemangkasan suku bunga acuan membesar dan setelah data tingkat pengangguran AS terus naik di akhir pekan kemarin.

"Data PMI sektor jasa yang di luar dugaan masuk ke area kontraksi," ujarnya.

Bahkan laju indeks dolar AS terlihat menurun ke bawah area 105, pagi Ini di sekitar 104.92.

Namun di sisi lain, sikap pasar ini masih tergantung oleh dinamika data AS yang akan dirilis ke depannya seperti pekan ini yang akan menghadirkan dengar pendapat antara Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell dengan Kongres tentang kebijakan moneter dan data inflasi konsumen AS bulan Juni.

"Pernyataan atau data yang mendukung penurunan inflasi bisa terus menekan dollar AS dan sebaliknya," tegasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us