Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Taiwan Tolak Usulan Pembagian Produksi Chip 50-50 dengan AS

Bendera Taiwan (unsplash.com/xandreasw)
Bendera Taiwan (unsplash.com/xandreasw)
Intinya sih...
  • Negosiator Taiwan menolak pembagian produksi chip 50-50 dengan AS.
  • AS ingin memproduksi setidaknya 40 persen dari kebutuhan chip domestik.
  • Pembicaraan tarif dengan AS sudah menunjukkan kemajuan, namun belum ada kesepakatan final yang tercapai.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Negosiator tarif utama Taiwan mengatakan Taiwan tidak akan menyetujui rencana pembagian produksi semikonduktor 50-50 dengan Amerika Serikat (AS). Pernyataan ini disampaikan pada Rabu (1/10/2025), setelah negosiator tersebut kembali ke Taiwan, menanggapi pernyataan dari Menteri Perdagangan AS yang sebelumnya mengemukakan gagasan tersebut.

Pada akhir pekan lalu, Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengatakan kepada jaringan televisi News Nation bahwa AS menginginkan setengah dari produksi chip yang saat ini didominasi oleh Taiwan. Namun, negosiator Taiwan menegaskan bahwa isu pembagian 50-50 ini tidak pernah dibahas dalam perundingan terbaru dan tidak akan diterima oleh pihaknya.

1. Negosiator Taiwan bantah komitmen pembagian produksi chip 50-50

Wakil Perdana Menteri Taiwan sekaligus negosiator utama dalam pembicaraan tarif, Cheng Li-chiun, menyatakan secara tegas bahwa tidak ada komitmen apapun untuk pembagian produksi chip 50-50 dengan AS.

"Tim negosiasi kami tidak pernah berjanji pada pembagian 50-50 mengenai chip. Saya pastikan bahwa kami tidak membicarakan masalah ini dalam putaran pembicaraan kali ini, dan kami tidak akan menyetujui ketentuan tersebut," ujar Cheng, dilansir CNBC.

Pernyataan tersebut diberikan setelah adanya laporan dari Menteri Perdagangan AS yang mengklaim sudah ada pembicaraan mengenai pembagian setengah produksi chip di Taiwan dan AS, yang mayoritas saat ini memang diproduksi di Taiwan.

2. Latar belakang tekanan AS dan reaksi Taiwan

Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menjelaskan dalam wawancara dengan News Nation bahwa pihaknya menginginkan AS untuk memproduksi setidaknya 40 persen dari seluruh kebutuhan chip domestik. Untuk itu, AS mengusulkan agar setengah dari produksi chip yang saat ini dominan di Taiwan dipindahkan ke AS.

Lutnick bahkan menyebut alasan keamanan terkait kedekatan geografis Taiwan dengan China, dan ketergantungan AS terhadap chip Taiwan yang sangat tinggi.

Namun, usulan ini memicu penolakan keras di Taiwan. Berbagai kalangan, termasuk media, akademisi, dan politisi di Taiwan, menilai usulan tersebut tidak adil, tidak praktis, dan dapat merusak ekonomi Taiwan serta kesejahteraan rakyatnya. Taiwan dikenal sebagai rumah bagi TSMC, produsen chip kontrak terbesar dunia, yang juga sudah berinvestasi besar-besaran di AS, dengan dana sekitar 165 miliar dolar AS (Rp2,7 kuadriliun) untuk pembangunan fasilitas baru.

3. Pembicaraan tarif dan prospek negosiasi lanjutan

Dalam pertemuan parlemen Taiwan pada September 2025, Perdana Menteri Cho Jung-tai mengonfirmasi bahwa pembicaraan tarif dengan AS sedang berlangsung dan sudah menunjukkan kemajuan tertentu.

Pada Rabu (1/10/2025), Cheng Li-chiun menambahkan bahwa diskusi sudah dilakukan secara mendalam dan menghasilkan beberapa kemajuan, namun belum ada kesepakatan final yang tercapai.

Menurut laporan, Taiwan juga tengah berupaya mendapatkan tarif yang lebih menguntungkan dari AS setelah dikenakannya tarif sebesar 20 persen atas ekspor Taiwan ke AS. TSMC tetap fokus pada perluasan produksi di Taiwan dan investasi di AS, meskipun menolak pengalihan produksi dalam proporsi 50-50 seperti yang diinginkan AS.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

Kinerja Impor Drop 6,56 Persen di Agustus 2025

01 Okt 2025, 15:12 WIBBusiness