Tantangan Setelah Pandemik Makin Tak Mudah, Ini Faktornya

- Tantangan pasca pandemik seperti perang Rusia-Ukraina dan konflik di Timur Tengah mempengaruhi ekonomi global.
- Fragmentasi deglobalisasi, perubahan iklim, dan digitalisasi berdampak pada perekonomian dalam negeri.
- Kinerja ekonomi Amerika Serikat akan sangat mempengaruhi kondisi perekonomian global dengan laju inflasi yang diproyeksikan mulai menurun.
Jakarta, IDN Times - Direktur Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Kemenkeu Rofyanto Kurniawan mengatakan tantangan pascapandemik makin tidak mudah. Apalagi, berbagai gejolak geopolitik yang bermunculan.
"Tantangan pasca pandemik tidak lebih mudah saat ini masih ada tensi geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina, kemudian konflik di Timur Tengah. Ini kami harapkan bisa mereda tapi malah tereskalasi," jelas Rofyanto dalam Konsultasi Publik Rancangan Undang-Undang APBN Tahun Anggaran 2025, Selasa (30/7/2024).
1. Ada banyak tantangan global

Selain itu, muncul juga masalah fragmentasi deglobalisasi perang antara Amerika dan China. Belum lagi masalah perubahan iklim dan digitalisasi. Rofyanto memprediksi kondisi itu bakal berdampak pada perekonomian dalam negeri.
"Sektor real sekarang semua aktivitas kegiatan dilakukan dengan digital nah ini tentunya akan berpengaruh terhadap lapangan kerja," tegasnya.
2. Pertumbuhan ekonomi global diprediksi hanya 3,2 persen pada akhir tahun

Rofyanto menyebut kinerja ekonomi Amerika Serikat akan sangat mempengaruhi kondisi perekonmian global. Apalagi, Negeri Paman Sam dihadapkan pada peningkatan tekanan fiskal yang memacu menguatnya dolar AS dan imbal hasil surat utang pemerintah AS berada di level tinggi.
"Disini kita melihat ya bahwa kondisi perekonomian di tahun 2024 ini ataupun di tahun 2025 ini cenderung stagnant dengan pertumbuhan pada level 3,2 atau 3,3 persen untuk negara maju. Namun ini ada sedikit perbaikan namun untuk negara-negara berkembang, ini cenderung stagnant di kisaran 4,3 persen," ucapnya.
3. Inflasi AS jadi penentu arah suku bunga The Fed

Laju inflasi diproyeksikan mulai menurun, tetapi tetap berada di level yang tinggi. Inflasi yang mulai turun ini menjadi sinyal baik untuk penurunan Fed Fund Rate (FFR) tahun ini.
Adapun indeks harga konsumen (IHK) naik atau mengalami inflasi 3 persen (year on year/yoy) pada Juni 2024, turun dari 3,3 persen pada bulan Mei 2024. Laju inflasi lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan di angka 3,1 persen.
Inflasi (yoy) pada Juni 2024 adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari tiga tahun terakhir. Secara bulanan (month to month/mtm), IHK turun 0,1 persen atau deflasi 0,1 persen pada Juni 2024. Ini adalah deflasi pertama sejak Mei 2020 atau pada awal pandemik Covid-19.
"Jadi memang kita harapkan probabilitas untuk pemangkasan Fed fund rate pada tahun 2024 ini meningkat sehingga kalau suku bunga di AS akan menurun nah tentunya tekanan terhadap nilai tukar di berbagai negara berkembang juga akan menurun, meskipun sekarang ini Amerika juga menghadapi permasalahan yang tidak mudah," tegasnya.