Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tepis Isu Mundur, Menkeu Unggah Momen Ikut Rapat Kabinet Prabowo

Sri Mulyani/cbncindonesia
Sri Mulyani/cbncindonesia
Intinya sih...
  • Dalam demokrasi, perbedaan pendapat adalah hal wajar
  • Menkeu berkomitmen menjaga stabilitas nasional sebagai kunci transformasi Indonesia
  • Pejabat negara disumpah untuk menjalankan UUD 1945 dan seluruh peraturan perundang-undangan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengunggah momen saat menghadiri sidang kabinet bersama Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Minggu (31/8/2025). Dalam unggahan tersebut, Sri Mulyani tampak bersalaman dengan Presiden Prabowo. Terlihat pula Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka serta sejumlah menteri lainnya dalam foto tersebut.

"Rapat membahas situasi sosial, politik, keamanan, serta aksi demonstrasi yang terjadi dalam dua hari terakhir, termasuk langkah-langkah penting dan koordinatif untuk mengembalikan stabilitas nasional," ungkap Sri Mulyani dalam unggahannya di Instagram.

1. Dalam demokrasi perbedaan dan pendapat di pemerintahan jadi hal yang wajar

Screenshot 2025-09-01 221452.jpg
Menteri Keuangan Sri Mulyani ikuti sidang kabinet pada Minggu. (Dok/Screenshot @smindrawati).

Sri Mulyani menegaskan, pemerintah menghormati dan mendengarkan penyampaian aspirasi, kritik, serta masukan dari masyarakat, guna terus melakukan perbaikan dan koreksi dengan tetap menjaga semangat gotong royong dan persatuan.

Ia menekankan dalam sistem demokrasi, perbedaan pandangan dan pendapat merupakan hal yang wajar. Oleh karena itu, membangun Indonesia sesuai amanat UUD 1945, serta menjalankan proses transformasi, adalah suatu perjalanan yang kompleks, rumit, dan panjang.

"Diperlukan pemerintahan yang bersih dari korupsi, disertai upaya gotong royong untuk menjaga persatuan, kesatuan, dan stabilitas," tegasnya.

2. Menkeu berkomitmen tetap menjaga stabilitas nasional

Screenshot 2025-09-01 102611.jpg
Potret Rumah Menkeu Sri Mulyani Usai Dijarah Kelompok Tak Dikenal. (Dok/ANTARA).

Di sisi lain, pemerintah menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah menyampaikan aspirasi secara baik dan tertib, serta menegaskan komitmennya untuk terus menjaga stabilitas nasional sebagai kunci dalam membangun dan mentransformasikan Indonesia.

Isu Sri Mulyani mundur muncul selama akhir pekan kemarin. Kabar ini muncul bersamaan dengan insiden penjarahan rumah pribadinya di kawasan Bintaro pada Minggu dini hari. Aksi penjarahan ini diduga berkaitan dengan kejadian serupa yang menimpa kediaman sejumlah anggota DPR RI.

Ia mengakui, membangun Indonesia adalah perjuangan yang tidak mudah, terjal, penuh tantangan, dan sering kali berbahaya. Menurut dia, para pendahulu bangsa pun telah melalui jalan yang sama.

"Politik adalah perjuangan bersama untuk tujuan mulia kolektif bangsa, tetap dengan etika dan moralitas yang luhur," ujar Sri Mulyani.

3. Pejabat negara disumpah untuk menjalankan UUD 1945

Menteri Keuangan Sri Mulyani. IDN Times/Hana Adi Perdana
Menteri Keuangan Sri Mulyani. IDN Times/Hana Adi Perdana

Ia menegaskan pentingnya menjalankan tugas kenegaraan dengan menjunjung tinggi konstitusi, etika, dan integritas. Sri Mulyani menekankan, sebagai pejabat negara, dirinya disumpah untuk menjalankan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan seluruh peraturan perundang-undangan, bukan berdasarkan kepentingan atau selera pribadi.

"Sebagai pejabat negara, saya disumpah untuk menjalankan UUD 1945 dan semua undang-undang. Undang-undang disusun dengan melibatkan pemerintah, DPR, DPD, dan partisipasi masyarakat secara terbuka dan transparan," kata dia.

Ia pun mengingatkan, jika masyarakat merasa hak konstitusionalnya dilanggar, tersedia jalur hukum melalui mekanisme judicial review ke Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah banyak dilakukan sebelumnya.

Sri Mulyani mengatakan, apabila dalam pelaksanaannya undang-undang dianggap menyimpang, maka penyelesaian dapat ditempuh melalui pengadilan, hingga ke Mahkamah Agung. Menurut dia, sistem demokrasi Indonesia yang beradab memberikan ruang penyelesaian masalah melalui jalur hukum, bukan dengan aksi anarki atau intimidasi.

"Itulah sistem demokrasi Indonesia yang beradab. Memang belum dan tidak akan pernah sempurna. Karena itu, tugas kita bersama adalah terus memperbaiki kualitas demokrasi secara beradab bukan dengan anarki, intimidasi, ataupun represi," kata dia

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Makin Panas, Harga Emas Cetak Rekor Rp2,08 Juta!

09 Sep 2025, 09:45 WIBBusiness