Toyota Rencanakan Akuisisi Rp701,1 Triliun untuk Kuasai Industri

- Akio Toyoda mengajukan proposal akuisisi senilai 6 triliun yen untuk mengambil alih Toyota Industries, pemasok utama komponen otomotif.
- Toyota Industries membentuk komite khusus dan menunjuk penasihat untuk mengevaluasi tawaran tersebut, dengan nilai penawaran mencerminkan premi 40 persen dari kapitalisasi pasar.
- Untuk mendanai akuisisi senilai Rp701,1 triliun ini, Akio Toyoda berencana menggunakan kombinasi investasi pribadi dan pinjaman dari bank-bank besar Jepang.
Jakarta, IDN Times - Kabar mengejutkan datang dari raksasa otomotif Jepang, Toyota Motor Corporation. Bos Toyota, Akio Toyoda, mengajukan proposal akuisisi senilai 6 triliun yen (Rp701,7 triliun) untuk mengambil alih Toyota Industries, pemasok utama komponen otomotif, menurut laporan Bloomberg.
Langkah ini dianggap sebagai salah satu manuver terbesar dalam sejarah korporasi Jepang, yang bertujuan memperkuat kendali Toyoda atas jaringan bisnis Toyota yang luas. Kabar ini langsung mengguncang pasar pada Jum'at (25/4/2025), dengan nilai penawaran yang mencerminkan premi 40 persen dari kapitalisasi pasar Toyota Industries saat penutupan bursa.
1. Latar belakang akuisisi strategis
Toyota Industries, yang didirikan oleh kakek buyut Akio Toyoda, Sakichi Toyoda, adalah cikal bakal Toyota Motor yang kini menjadi produsen mobil terbesar di dunia. Perusahaan ini tidak hanya memproduksi suku cadang otomotif seperti mesin dan komponen elektronik, tetapi juga mempertahankan bisnis tradisionalnya dalam pembuatan alat tenun tekstil, menjadikannya simbol penting dalam sejarah grup Toyota.
Toyota Industries telah membentuk komite khusus pada Jum'at (25/4/2025) dan menunjuk penasihat untuk mengevaluasi tawaran tersebut. Akuisisi ini, jika terealisasi, akan memberikan Akio Toyoda kendali penuh atas salah satu pilar utama grup Toyota, yang juga memegang 9,1 persen saham Toyota Motor.
“Ini adalah langkah besar untuk mengkonsolidasikan kekuatan di tengah gelombang merger dan akuisisi di Jepang,” kata Masahiro Akita, analis ekuitas di Bernstein, dalam catatan yang dikutip dari Bloomberg.
Langkah ini juga mencerminkan tren reformasi tata kelola perusahaan di Jepang yang mendorong efisiensi dan pengembalian lebih baik bagi pemegang saham.
2. Skema pendanaan dan tantangan
Untuk mendanai akuisisi senilai Rp701,1 triliun ini, Akio Toyoda berencana menggunakan kombinasi investasi pribadi dan pinjaman dari bank-bank besar Jepang, yang sering disebut sebagai megabanks. Penawaran ini mewakili premi 40 persen dari harga saham Toyota Industries pada penutupan pasar Jumat (25/4/2025), menurut data LSEG.
Meski ambisius, rencana ini tidak lepas dari risiko, mengingat kegagalan akuisisi serupa di masa lalu, seperti tawaran keluarga pendiri Seven & i Holdings senilai 58 miliar dolar AS (Rp974,6 triliun)yang gagal karena kendala pendanaan pada Februari 2025.
“Meskipun ini adalah peluang untuk memperkuat struktur grup, kami harus berhati-hati memastikan pendanaan yang solid,” ujar seorang sumber yang dekat dengan Toyota Industries, dilansir dari Reuters.
Toyota Motor sendiri menyatakan sedang mempertimbangkan berbagai opsi, termasuk investasi parsial di Toyota Industries, tetapi belum ada keputusan final. Sementara itu, Toyota Industries menegaskan bahwa mereka mengevaluasi semua kemungkinan untuk meningkatkan nilai korporasi grup.
3. Dampak bagi Toyota dan pasar Jepang
Akuisisi ini berpotensi menjadi salah satu pembelian terbesar dalam sejarah global, sekaligus memperkuat pengaruh Akio Toyoda, yang saat ini hanya memiliki kurang dari 1 persen saham langsung di Toyota Motor. Dengan menguasai Toyota Industries, Toyoda dapat memperluas cengkeramannya pada grup Toyota, yang mencakup pemasok, kepemilikan saham di rival otomotif, dan bisnis lain seperti properti melalui Toyota Fudosan.
Hubungan erat antara kedua perusahaan terlihat dari kepemilikan 38 persen saham Toyota Industries oleh Toyota Motor dan afiliasinya, serta 5 persen oleh Toyota Fudosan. Langkah ini juga mencerminkan gelombang akuisisi di Jepang, yang didorong oleh liberalisasi aliran modal dan tekanan untuk tata kelola perusahaan yang lebih transparan.
“Fokus pasar dan regulasi pada reformasi tata kelola akan memicu realisasi struktur kepemilikan antara Toyota dan Toyota Industries,” ungkap Masahiro Akita, dikutip dari The Business Times.
Namun, dengan diskusi yang masih berlangsung, pasar tetap waspada karena kesepakatan ini bisa berubah atau bahkan batal, seperti yang terjadi pada kasus Seven & i Holdings.