Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Utang Luar Negeri Naik Jadi Rp7.116 Triliun di Q1, Naik 6,4 Persen

ilustrasi utang negara (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Utang luar negeri Indonesia naik 6,4 persen (yoy) menjadi 430,4 miliar dolar AS pada kuartal I-2025.
  • Utang pemerintah tumbuh 7,6 persen (yoy) mencapai 206,9 miliar dolar AS, dipengaruhi penarikan pinjaman dan aliran modal asing.
  • Laju utang swasta turun 1,2 persen (yoy) menjadi 195,5 miliar dolar AS, dengan dominasi utang jangka panjang sebesar 76,4 persen dari total uln swasta.

Jakarta, IDN Times – Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal I-2025 mencapai 430,4 miliar dolar AS atau setara Rp7.116,27 triliun (Kurs 1 dolar AS setara Rp16.537,65). Posisi ULN tersebut tercatat meningkat sebesar 6,4 persen secara tahunan (year on year/yoy).

ULN Indonesia juga tumbuh 4,3 persen secara kumulatif sejak awal tahun (year to date/ytd), dibandingkan dengan posisi pada kuartal IV-2024.

1. ULN pemerintah lebih besasr dari swasta

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny, menyebut peningkatan ULN tersebut berasal dari pertumbuhan ULN sektor publik, sementara ULN sektor swasta justru mengalami penurunan.

ULN pemerintah pada kuartal I-2025 tercatat sebesar 206,9 miliar dolar AS, atau tumbuh sebesar 7,6 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan 3,3 persen (yoy) pada kuartal IV-2024.

"Perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh penarikan pinjaman dan peningkatan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap terjaga, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang semakin tinggi," ungkap Ramdan, dikutip Kamis (15/5/2025).

2. ULN dipastikan terukur dan akuntabel

Ilustrasi utang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Pemerintah menegaskan tetap berkomitmen untuk menjaga kredibilitas dengan mengelola Utang Luar Negeri (ULN) secara hati-hati, terukur, dan akuntabel, guna mewujudkan pembiayaan yang efisien dan optimal.

Sebagai salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan dalam pengelolaannya.

3. Laju ULN swasta di kuartal I tembus 195,5 miliar dolar AS

ilustrasi utang (IDN Times/Nathan Manaloe)

Laju ULN swasta kuartal I-2025 mencapai 195,5 miliar dolar AS, atau turun 1,2 persen dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 1,6 persen (yoy). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh ULN dari sektor bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations), yang mencatat kontraksi pertumbuhan sebesar 0,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan kontraksi 1,7 persen (yoy) pada kuartal IV-2024.

"Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas, serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 79,6 persen dari total ULN swasta. ULN swasta tetap didominasi oleh utang jangka panjang, dengan pangsa mencapai 76,4 persen dari total ULN swasta," ungkapnya.

4. Struktur ULN tetap sehat

Ilustrasi inflasi (freepik.com/rawpixel.com)

Denny memastikan struktur Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal ini tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjaga pada level 30,6 persen, serta didominasi oleh ULN jangka panjang, dengan pangsa mencapai 84,7 persen dari total ULN.

“Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN,” ungkapnya.

Peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk mendukung pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us