Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Vale Indonesia Turunkan Penggunaan Energi selama 2022

PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Rabu (29/3/2023). (IDN Times/Uni Lubis)

Jakarta, IDN Times - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) atau PTVI telah mengurangi penggunaan energi pada 2022 jika dibandingkan dua tahun terakhir. Hal itu tercantum dalam Laporan Keberlanjutan 2022 (Sustainability Report 2022) yang dikeluarkan PTVI pada Mei 2023.

Capaian penggunaan energi PTVI pada 2022 menjadi yang terendah jika dibandingkan periode 2021 dan 2020. Tahun lalu, PTVI tercatat mengkonsumsi 26,6 juta GigaJoule (GJ) untuk operasionalnya.

CEO PTVI, Febriana Eddy mengatakan, penurunan tersebut sangat signifikan mengingat pada 2020, operasi pertambangan PTVI mengkonsumsi 30,6 juta GJ.

"Kami mencatat capaian positif dalam pengelolaan lingkungan di tahun 2022. Secara keseluruhan, total emisi Gas Rumah Kaca (GRK) hingga tahun 2022 secara kumulatif turun sebesar 373.563 ton CO2 eq, dari baseline tahun 2017 sebesar 2.013.950 ton CO2 eq. Pencapaian ini masih dalam proyeksi roadmap net zero emission yang akan diterapkan secara bertahap di PTVI," kata Febriana dalam pernyataan tertulis kepada IDN Times, Senin (15/5/2023).

Pencapaian tersebut pun mengukuhkan PTVI sebagai penghasil nikel dengan nilai emisi karbon paling rendah di Indonesia. Selain itu, juga semakin mendekatkan perusahaan nikel Indonesia ini pada target mengurangi 33 persen emisi GRK pada 2030.

1. PTVI mulai menurunkan penggunaan energi fosil

PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Rabu (29/3/2023). (IDN Times/Uni Lubis)

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh International Council on Mining and Metals (ICMM), industri pertambangan bertanggung jawab atas sekitar 4-7 persen emisi GRK secara global.

Lebih lanjut, sumber utama emisi GRK dari industri pertambangan meliputi konsumsi energi dari pembakaran bahan bakar fosil, khususnya solar, dan penggunaan listrik yang dihasilkan dari bahan bakar fosil.

Dengan begitu, pengurangan penggunaan energi dari bahan bakar fosil dan mengkonversi sumber energi tersebut dengan bahan bakar terbarukan sangat esensial bagi industri tambang.

"Hal ini juga sudah lama disadari oleh PTVI, bahkan sejak penandatanganan komitmen pencapaian SGDs dan Net Zero Emission yang sejalan dengan Paris Agreement. Secara gradual PTVI telah menurunkan penggunaan energi fosil dan mulai meningkatkan penggunaan energi berbasis hydro dan panas bumi," ujar Febriana.

2. PTVI mereduksi penggunaan batu bara hingga 30 persen lebih

Ilustrasi Tambang (IDN Times/Aditya Pratama)

Sejalan dengan hal tersebut, PTVI telah mengurangi penggunaan batu bara sebanyak 31,4 persen pada 2022. PTVI juga tercatat mengurangi penggunaan diesel sebanyak 24,08 persen dibandingkan 2020.

Pada 2020 silam, PTVI menggunakan batubara sebanyak 426.429 ton dan pada 2022 berhasil dikurangi hingga 292.341 ton.

Sebagai gantinya, perusahaan yang telah beroperasi di Indonesia selama 50 tahun tersebut meningkatkan penggunaan pembangkit listrik bersumber dari air dan panas bumi sebanyak 8,7 persen.

"Kami sangat bangga mengumumkan kepada masyarakat internasional bahwa Indonesia dapat menjadi contoh bagi industri tambang dunia dan produk yang dihasilkan merupakan bukti nyata dari upaya keberlanjutan yang menyeluruh. Sebagai dampaknya kami dapat berkontribusi pada upaya mengurangi risiko perubahan iklim," ucap Febriana.

3. PTVI juga jadi perusahaan dengan intensitas karbon terendah di RI

PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Rabu (29/3/2023). (IDN Times/Uni Lubis)

Di sisi lain, pabrik nikel yang dioperasikan PTVI di Sorowako memiliki intensitas karbon sebesar 27,30 Ton CO2eq/Ton Ni. Hal itu menjadikan PTVI sebagai perusahaan dengan intensitas karbon terendah di Indonesia.

"Kami sangat mengapresiasi dan berharap dukungan yang diberikan pemerintah terus berlanjut, juga kerja sama yang telah dibangun selama ini akan menjadi semakin baik untuk mengantarkan PT Vale mewujudkan ambisinya menjadi pelopor praktik pertambangan berkelanjutan di Indonesia bahkan dunia," kata Febriana.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us