[WANSUS] Blue Bird Bicara Masa Depan Bisnis di Tengah COVID-19

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 masih membayangi Indonesia. Jumlah penderita virus corona kian melejit mencapai 4.000-an per hari. Vaksin belum ditemukan, sementara berbagai sektor terdampak gulung tikar satu per satu.
Banyak negara yang mengumumkan resesi lantaran tidak kuat menjaga pertumbuhan ekonomi. Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Upaya apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan sektor bisnis di tengah pandemik?
Berikut hasil wawancara IDN Times bersama Direktur Keuangan Blue Bird, Eko Yuliantoro. Wawancara ini dilakukan dalam rangkaian Indonesia Millennial Report 2020 yang akan diluncurkan saat acara Indonesia Millennial Summit (IMS) 2021 mendatang.
1. Apa tanggapan terhadap kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah selama pandemik?

Baik, ini pendapat pribadi, ya, bukan representasi pendapat perusahaan. Memang situasinya tidak mudah, atau tepatnya malah sangat sulit ya, karena memang pandemik ini tidak pernah terjadi sebelumnya, setidak-tidaknya di era moderen lah. Menurut saya, memang kesulitan yang dihadapi di Indonesia ini karena memang otoritasnya itu tidak satu tangan seperti katakanlah di Tiongkok.
Pemerintah pusat punya kewenangan sendiri, pemerintah daerahnya juga punya, bahkan sampai ke kota, sampai kabupaten, dan sebagainya. Jadi masing-masing bisa menerapkan kebijakan sendiri-sendiri yang kadang-kadang tidak selaras.
Situasinya memang sulit. Tetapi secara politik menurut saya arah kebijakannya sudah oke, sudah benar. Kemudian ada plan yang diketuai oleh Menteri BUMN dan tim-tim lain yang dibentuk. Hanya mungkin pelaksanaan di lapangannya, ya, masalah koordinasi dengan pemda-pemda. Kedua, masalah disiplin, jadi envorsibility dari ketentuan-ketentuan itu gak jalan, hanya sporadis lah menurut saya. Kurang tegas ya.
2. Sejauh ini, bagaimana dampak COVID-19 terhadap sektor transportasi seperti Blue Bird?

Memang situasinya tidak gampang dan untuk bisnis itu konsekuensinya sangat berat. Contohnya yang paling gampang mati duluan, ya, transportasi. Blue Bird salah satu yang terdampak. Saya pikir hampir semuanya terdampak ya, tapi sekali lagi kita di sini berusaha untuk bertahan dengan segala cara. Saya pikir perusahaan-perusahaan lain juga begitu.
Khusus untuk Blue Bird, saya musti sampaikan kondisinya relatif sehat dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain. Kita gak tahu kapan krisis ini berlalu, makanya investor atau pun pengusaha itu tidak terlalu suka dengan yang namanya ketidakpastian.
Sekarang yang bisa kita lakukan adalah menjaga posisi kas sepanjang mungkin. Ya tentunya ada ekspetasinya, ya. Makanya kalau saya pribadi melihat bahwa budget dari pemerintah atau APBN dari pemerintah pusat khususnya itu juga agak berat. Oleh sebab itu kemarin DKI Jakarta mau PSBB kedua, kan, ada imbauan-imbauan untuk jangan terlalu ketat.
Ya, kalau gak, pasti (bisnis) akan semakin terpuruk. Semakin panjang pandemik ini, makin terpuruk. Bagaimana pun orang kalau mencari makan ya gak peduli itu, yang penting bisa makan. Kalau sakit bagaimana, ya sudah nasib, kira-kira begitu. Tapi kalau masalah makan kan gak bisa (ditunda).
3. Menurut Anda, seberapa efektif insentif fiskal yang diberikan untuk mendukung daya tahan ekonomi dan bisnis di Indonesia?

Saya gak hapal langkahnya, ya. Tetapi refer to penjelasan saya di awal, apa pun ceritanya dengan menurunnya kondisi bisnis, kalau kita lihat postur APBN kita yang paling besar adalah pendapatan pajak. Jadi, kalau APBN itu nomor satu adalah pendapatan pajak, kemudian untuk GDP itu adalah ekspor dikurangi impor, not ekspor, kemudian ada yang menggambarkan kekuatan dari government spending.
Dengan kondisi bisnis yang menurun seperti ini, ya, tadi kemampuannya akan menurun lah sudah pasti. Andalannya dari apa? Dari utang. Dalam kondisi seperti ini, gak gampang cari utangan pasti. Jadi, ini memang yang juga harus dikelola dengan sebaik-baiknya.
4. Dengan melihat situasi yang seperti sekarang ini, apakah Indonesia juga sudah bisa dikategorikan masuk dalam resesi ekonomi?

Ya, pasti. Resesi ekonomi itu kan didasarkan indikasinya kan ada dua, kalau pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut. Pertumbuhan ekonomi negatif karena dipicu oleh masih rendahnya pertumbuhan di kuartal ketiga ini. Jadi kalau by definition memang Indonesia akan masuk resesi. Nanti kalau di kuartal keempat pertumbuhannya tidak negatif lagi, itu sudah gak resesi lagi.
Tetapi yang perlu diingat, semua negara resesi. Yang paling cepat bangkit dari resesi itu Tiongkok, karena resesinya di Januari, mulainya Desember. Januari mereka ekonominya negatif sampai dengan Juni. Tetapi di kuartal ketiga diperkirakan sudah mulai normal kembali. Kalau Amerika Serikat hampir sama dengan kita, kalau Malaysia dan Thailand ekonominya didorong oleh pariwisata itu juga duluan (resesi), jadi semua negara itu resesi.
5. Kira-kira kapan pemulihan ekonomi nasional akan dimulai? Apakah pada kuartal 4, kuartal 1 atau seperti apa?

Kalau menurut saya tergantung vaksinnya kapan ada. Kita ada 260 juta penduduk, misalnya vaksinnya baru tersedia di akhir tahun lah, kita masih perlu waktu untuk melakukan penyuntikan vaksin itu ke 260 juta orang, gak gampang ya. Tetapi diharapkan 202 dengan adanya vaksin walaupun masih proses, itu akan lebih stabil.
Sampai tahun 2021 akhir pun menurut saya belum bisa kembali ke periode sebelumnya. Kalau bisa mencapai 70 persen saja udah oke. Tapi, ya, tadi, perusahaan, pebisnis, memang harus bersiap-siap mengencangkan ikat pinggang sampai dengan akhir 2021.
Jadi kalau ditanya kapan mulai pulihnya? Ya mungkin kuartal satu 2021 sudah mulai meningkat, tetapi belum sampai di akhir 2021. Tetapi gak bisa langsung naik, masih landai. Nanti baru kembali after untuk sampai mencapai situasi before COVID-19 mungkin kuartal satu atau kuartal dua 2022.
6. Apa syarat penting agar program pemulihan ekonomi nasional berhasil?

Terus terang saja, pemerintah pasti pusing memikirkan budget tahun depan. Jadi memang bagaimana bisa berhasil ya tergantung dari bagaimana kebijakan pemerintah bisa mendorong perekonomian ini terus berjalan. Masalahnya dengan kondisi seperti ini gak mudah. Jadi andalan utama kita yang jadi strategi pemerintah sekarang, ya, meningkatkan dari sektor pariwisata.
Jadi apakah pemerintah bisa mendapatkan sumber engine growth atau mesin pertumbuhan yang baru selain pariwisata, saya gak tahu. Sekarang 2020 ini masih fokus pada vaksin. Walaupun ada pemberitahuan Desember akan mulai disuntikkan vaksin, tetapi itu kan baru ekspetasi, baru harapan, mudah-mudahan bisa terjadi. Masih sulit untuk diperkirakan.
7. Lantas bagaimana proyeksi 2021? Sektor-sektor mana yang bisa bangkit lebih dulu?

Bisnis yang berkaitan dengan kesehatan saya pikir akan stabil. Kedua, ya, telekomunikasi karena menjadi substisusi aktivitas sosial dari masyarakat. Karena tidak memungkinkan untuk bertemu langsung, ada pembatasa, jadi sekarang diganti dengan virtual, misalnya zoom.
Lalu, sektor transportasi seperti Blue Bird. Transportasi darat masih agak mending, kalau menurut saya relatif dibandingkan dengan transportasi udara. Jangankan maskapai Garuda, Singapore Airline yang katakanlah lebih sehat saja susah.
Bisnis transportasi yang sangat tertekan, khususnya di pariwisata. Namun, tetap ada peluang. Sekarang tinggal bagaimana kita membuat paket-paket wisata yang bisa menyesuaikan diri dengan istilahnya new normal itu.
8. Seberapa penting pemulihan ekonomi di negara mitra dagang yang berpengaruh terhadap ekonomi di RI?

Sangat berpengaruh. Karena populasi penduduk Indonesia besar, kalau gak ada daya beli kan susah. Kalau misalnya kita menjual ke dalam atau kita berdagang di dalam negeri saja, mungkin nilai tambah tidak terlalu besar. Jadi, pemulihan ekonomi di negara-negara mitra juga diperlukan.
Penting juga untuk make sure bahwa bauran bisnisnya, bauran transaksinya itu bukan hanya dari dalam karena ya dalam dan luar harus digarap sama-sama. Tetapi kalau mitra kita gak bisa perform, gak ada daya beli ya menjadi masalah juga. Gak bisa kita jualan dengan orang yang tidak punya daya beli, kan, risikonya bertambah. Jadi ya penting.
9. Apa tata ulang yang harus dilakukan di sektor ekonomi bisnis agar lebih tahan terhadap krisis?

Efisiensi, ya, mau tidak mau harus efisiensi. Kalau ombaknya atau pasarnya lagi naik, ya semuanya kelihatan hijau atau biru, indah begitu. Tetapi kalau kondisinya lagi terpuruk, mau tidak mau kita harus adjust diri kita sehingga cara kita harus seefisien mungkin. Unfortunately salah satunya adalah dengan mengefisiensikan jumlah tenaga kerja, ya.
Ini yang pemerintah tidak terlalu suka pasti, tetapi dari sisi perusahaan mau tidak mau harus melakukan. Istilahnya begini, kalau ada orang sakit kena infeksi, mohon maaf misalnya kakinya membusuk, ya, harus dipotong kakinya untuk menyelamatkan hidupnya. Itu pilihan yang sangat logis walaupun tidak disukai ya. Ini yang mejnadi tantangan hampir semua perusahaan di Indonesia. Jadi kuncinya adalah di efisiensi.
10. Apakah vaksin dan imunisasi massal sangat krusial untuk pemulihan ekonomi?

Iya. Kita belum tahu vaksinnya efektif atau tidak karena masih dalam pengujian. Tetapi, paling tidak kalau misalnya sudah ada dan katakanlah ini sudah bisa digunakan, itu rasa percaya diri, rasa nyaman untuk bisa mulai mau bekerja lagi, mau beraktivitas lagi, mau berbisnis lagi itu akan bangkit. Jadi, menurut saya sangat penting karena dalam kondisi seperti ini bisa mengurangi rasa takut, rasa ketidakpastian bagi pengusaha-pengusaha.
11. Secara personal, bagaimana pengalaman pandemik ini dijalani? Apa yang berubah dari pola hidup Anda?

Kalau menurut saya sih yang nomor satu akhirnya membangkitkan kesadaran diri sendiri. Sehebat-hebatnya manusia, apa pun jabatannya, bisa kena penyakit. Jadi, buat apa kita sombong? Kalau masalah sakit dan sebagainya, kita harus berjaga-jaga untuk menjaga imunitas, hidup lebih sehat, mau tidak mau ini mengantisipasi kalau ada pandemik seperti ini.
Jadi apa yang berubah, ya, mustinya sikap batin kita. Kita bisa menilai lagi apa sih yang penting dalam kehidupan kita ini, artinya apa yang kita cari ya, tujuan kita untuk hidup ini apa. Mungkin itu yang musti jadi refleksi diri sendiri.
12. Sebentar lagi kita akan masuk bonus demografi, apa dampak pandemik terhadap masa depan generasi muda RI?

Saya ambil contoh, sekarang dengan menerapkan WFH orang akan menyadari bahwa ternyata bisa ya bekerja dengan cara seperti ini. Kalau dari pendidikan, sekolah dengan cara tidak bertemu langsung itu ternyata bisa juga.
Kalau ini diteruskan, menurut saya ini akan menyebabkan berubahnya sedikit banyak culture dari generasi muda. Walaupun kita bisa ngobrol lewat Zoom, misal, tetapi tidak ada interaksi sosial secara langsung seperti ada gestur, bahasa tubuh, sikap. Ini yang menurut saya bisa mengubah atau mengganggu sedikit banyak culture generasi muda kita.
Kalau ini terjadi, generasi muda kita bisa asosial walaupun kalau di Indonesia menurut saya orang-orangnya seneng banget ngumpul. Tetapi mudah-mudahan tidak, kalau di Indonesia kemungkinannya relatif lebih kecil.
13. Adakah pelajaran penting yang bisa dipetik dari pandemik ini?

Ya kita sama-sama menyadari bahwa kita ini gak punya kuasa apa-apa. Kita gak usah mejadi manusia yang sombong, merasa punya jabatan, even presiden saja gak kebal kok, menteri saja ada yang kena virus corona. Jadi harusnya kita makin mempercayai atau menjadi rendah hati bahwa di atas ini segala sesuatunya ada kuasa Tuhan.
Kedua, cara hidup kita menjadi lebih sehat, baik itu secara jasmani maupun rohani. Ketiga, efisien. Jangan boros, karena kalau kita kena pandemik lagi ya bisa jebol lah. Keempat, kita harus mencari cara baru yang lebih efisien dalam melakukan bisnis, yaitu inovasi.