Benarkah Harga Bitcoin Terkoreksi karena Likuidasi Besar-besaran?

- Harga Bitcoin (BTC) turun 2 persen pada akhir pekan kemarin, dan sempat diperdagangkan di bawah 109,4 ribu dolar AS atau di bawah Rp1,82 miliar.
- Pelemahan harga Bitcoin turut menggerus harga aset kripto lainnya, di mana Ether (ETH) melemah ke 3.900 dolar AS, Dogecoin (DOGE) turun lebih dari 4 persen, XRP melemah 4 persen, dan Solana (SOL) turun 5 persen.
- Indodax dan CoinGlass mencatat adanya likuidasi besar-besaran sekitar Rp19 triliun dalam 24 jam.
Jakarta, IDN Times - Harga Bitcoin (BTC) turun 2 persen pada akhir pekan kemarin, dan sempat diperdagangkan di bawah 109,4 ribu dolar Amerika Serikat (AS) atau di bawah Rp1,82 miliar per BTC (kurs Rp16.680 per dolar AS).
Pelemahan harga Bitcoin turut menggerus harga aset kripto lainnya, di mana Ether (ETH) melemah ke 3.900 dolar AS, Dogecoin (DOGE) turun lebih dari 4 persen, XRP melemah 4 persen, dan Solana (SOL) turun 5 persen.
Apakah penyebab dari penurunan tersebut? Benarkah penurunan itu dikarenakan adanya likuidasi besar-besaran di pasar kripto? Begini faktanya.
1. Ada likuidasi hingga Rp19 triliun

Berdasarkan data Indodax, pada akhir pekan lalu total likuidasi posisi perdagangan mencapai lebih dari 1,13 miliar dolar AS atau sekitar Rp19 triliun dalam 24 jam. Mayoritas likuidasi berasal dari posisi long.
Menurut Indodax, hal itu menandakan investor masih optimistis harus menutup posisinya akibat penurunan harga. Sementara itu, CoinGlass mencatat total likuidasi long senilai 1,01 miliar dolar AS, dengan ETH 365 juta dolar AS, dan BTC 262 juta dolar AS.
2. Peluang masuk di harga rendah

Melihat data di atas, maka likuidasi besar-besaran memang benar terjadi. Namun, menurut VP Indodax, Antony Kusuma, kondisi yang menyebabkan harga Bitcoin terkoreksi itu justru menjadi peluang untuk membeli di harga rendah.
“Volatilitas saat ini memang tinggi, namun investor dapat memanfaatkan kondisi ini untuk melakukan akumulasi strategis, terutama bagi yang berfokus pada investasi kripto jangka panjang," ucap Antony dikutip Selasa, (30/9/2025).
Dia bahkan melihat potensi penurunan masih akan berlanjut, dan menyarankan strategi pembelian di harga rendah.
“Data on-chain menunjukkan cadangan BTC di bursa turun ke level terendah tahun ini, 2,4 juta BTC. Ini menandakan kepercayaan investor jangka panjang tetap solid,” kata Antony.
Menurut dia, penurunan harga pasca-pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) merupakan fenomena normal, dan pasar biasanya memasuki fase konsolidasi sebelum pertumbuhan baru.
3. Lakukan diversifikasi portofolio

Antony juga menyoroti pentingnya pengelolaan risiko secara disiplin di tengah fluktuasi pasar.
“Investor harus memantau pergerakan harga dan memanfaatkan data on-chain untuk strategi investasi kripto yang tepat,” ujar Antony.
Dia mengatakan, tekanan untuk menjual memang besar. Namun, peluang jangka menengah tetap terbuka dengan potensi Bitcoin mencapai 125 ribu dolar AS jika sentimen institusional kembali menguat.
“Tekanan jual memang besar, tetapi dukungan institusional dan regulasi yang jelas memberikan fondasi kuat bagi pertumbuhan jangka panjang pasar kripto,” ucapnya.
Antony menekankan pentingnya diversifikasi portofolio dan manajemen risiko untuk menghadapi tekanan pasar saat ini. Dia menambahkan, kondisi ini menjadi kesempatan bagi investor untuk menerapkan strategi beli bertahap atau dollar cost averaging (DCA), memanfaatkan harga rendah secara konsisten.
“Investor yang fokus pada strategi jangka panjang dapat melihat volatilitas ini sebagai peluang, bukan sekadar risiko,” kata Antony.