Berapa Banyak Bitcoin yang Harus Kamu Miliki di 2026? Ini Kata Pakar

- Sebagian besar ahli merekomendasikan alokasi 3% - 5% dari portofolio untuk bitcoin, tetapi angka ini harus disesuaikan dengan konteks individu dan toleransi risiko.
- Pertimbangkan faktor usia, jangka waktu investasi, dan kebutuhan finansial jangka panjang sebelum menentukan porsi bitcoin dalam portofolio.
- Bitcoin dapat menjadi alat diversifikasi efektif dalam portofolio yang telah stabil, tetapi investor perlu memahami risiko penurunan harga dan mempertimbangkan dampak pajak ketika mengambil keuntungan.
Masih layakkah berinvestasi di bitcoin? Pertanyaan itu sudah menghantui investor lebih dari 15 tahun. Dengan volatilitas yang tinggi dan pergerakan harga yang sulit ditebak, banyak orang bertanya-tanya apakah Bitcoin sudah mencapai batasnya atau justru masih menyimpan peluang pertumbuhan.
Untuk menjawabnya, kami meminta pandangan para pakar keuangan mengenai seberapa besar porsi bitcoin yang ideal dimiliki di tahun 2026 serta bagaimana aset ini sebaiknya berfungsi dalam portofolio investasi jangka panjang.
Berapa jumlah investasi Bitcoin yang ideal?

Sebagian besar ahli sepakat bahwa bitcoin bukanlah pilihan untuk investor yang alergi risiko.
“Jika seseorang nyaman dengan fluktuasi harga dan potensi kerugian, porsi 3%–5% biasanya menjadi titik awal yang umum,” jelas Breanna Seech, Senior Wealth Advisor di Mariner Wealth Advisors.
Menurutnya, alokasi kecil ini cukup untuk menangkap peluang kenaikan harga, tetapi tidak membahayakan portofolio jika pasar crypto anjlok.
Namun, Wheeler Pulliam, CFP dan konsultan keuangan di Xponify Financial, mengingatkan agar investor tidak terpaku pada angka persentase.
“Situasinya bisa berbeda-beda,” ujarnya. “Lima persen dari portofolio pensiun $2 juta milik seseorang berusia 65 tahun berbeda jauh dengan 80% dari akun $5.000 milik anak muda usia 25 tahun. Jadi jangan hanya terpaku pada persentase, lihat konteksnya.”
Cara menentukan toleransi risiko untuk Bitcoin

Dalam menentukan porsi bitcoin, pertanyaan utama bukan hanya “berapa persen?”, tetapi “seberapa besar risiko yang siap kamu tanggung?”
Pulliam menyarankan investor berhati-hati.
“Jika tujuanmu adalah keamanan dana pensiun, jangan mengambil risiko yang tidak perlu,” katanya. “Tetapi jika kamu memiliki dana ekstra yang sanggup hilang, investasikan pada level yang membuatmu nyaman.”
Lisa Wang, Head of Goals-Based Investment Solutions di Franklin Templeton, menambahkan bahwa faktor usia dan jangka waktu investasi juga sangat penting.
“Investor muda punya waktu lebih panjang sehingga bisa mengambil risiko yang lebih tinggi,” jelasnya.
Selain itu, kebutuhan finansial jangka panjang seperti dana pendidikan, pensiun, serta dana darurat harus dihitung sebelum memutuskan masuk ke aset berisiko tinggi seperti bitcoin.
Seech juga menyoroti bahwa toleransi risiko sering dibentuk oleh pengalaman masa lalu. Mereka yang pernah panik saat pasar jatuh cenderung takut pada investasi berisiko, sementara mereka yang tetap bertahan biasanya memahami pentingnya kesabaran dan konsistensi.
Peran Bitcoin dalam diversifikasi portofolio

Jika diposisikan sebagai aset alternatif, bitcoin dapat memberi manfaat tertentu dalam portofolio yang telah stabil.
“Volatilitas tinggi berarti peluang tinggi juga,” kata Pulliam. Namun ia menegaskan bahwa crypto sebaiknya dipertimbangkan setelah portofolio pensiun aman dan kebutuhan utama terpenuhi.
Wang menambahkan bahwa bitcoin memiliki korelasi yang rendah terhadap saham dan obligasi, sehingga berpotensi menjadi alat diversifikasi yang efektif.
Seech pun memberi pandangan yang menarik:
“Menurut saya, bitcoin adalah jenis aset yang bisa berlipat ganda nilainya, tapi juga bisa jadi tidak bernilai. Namun di titik ini, sulit untuk mengabaikannya.”
Ia menyarankan investor untuk memahami risiko penurunan harga, menentukan batas kerugian yang dapat diterima, dan memperhatikan dampak pajak ketika mengambil keuntungan.
Pada akhirnya, keputusan untuk berinvestasi di bitcoin — dan seberapa besar porsinya dalam portofolio — harus disesuaikan dengan tujuan finansial, toleransi risiko, serta kesiapan menghadapi volatilitas pasar. Dengan perencanaan yang matang dan pemahaman yang tepat, kamu dapat memanfaatkan peluang pertumbuhan tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi.









.jpg)








