Peran Agen Asuransi Tak Tergantikan meski di Era Digital

Jakarta, IDN Times – Di tengah gempuran digitalisasi, AXA Financial Indonesia masih optimistis peran agen asuransi atau tenaga pemasar masih dibutuhkan. Agen berperan memasarkan produk-produk asuransi jiwa yang sangat kompleks dan highly regulated dengan tatap muka.
Chief Agency Officer AXA Financial Indonesia, Denny Darwoko, mengatakan agen pemasar masih memiliki peran penting untuk memberikan edukasi, konsultasi, hingga pendampingan saat proses klaim kepada calon tertanggung. Berbagai peran-peran ini belum bisa tergantikan oleh sebuah aplikasi atau platform digital.
“Saya masih melihat bahwa channel ke agen tenaga pemasar bisa menjadi salah satu alternatif yang dominan pada saat seseorang itu ingin membeli proteksi. Mereka (calon tertanggung) butuh ngobrol, mereka butuh curhat, mereka perlu mendapatkan masukan mengenai yang dibutuhkannya," ucap Denny saat berbincang dengan IDN Times belum lama ini.
Di sisi lain, kanal keagenan pun masih mengalami pertumbuhan di atas rata-rata industri. Oleh karena itu, agen asuransi masih menjadi ujung tonggak perusahaan asuransi jiwa yang turut mempengaruhi kinerja maupun perlindungan finansial masyarakat.
1. Tenaga pemasar, cara efektif tingkatkan penetrasi asuransi ke masyarakat

Denny menjelaskan, hingga saat ini, tenaga pemasar atau agen asuransi masih menjadi salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan penetrasi asuransi di masyarakat. Asuransi di Indonesia tengah mengalami perubahan besar dengan digitalisasi yang semakin merambah berbagai aspek.
Ia membagi fungsi industri asuransi menjadi dua bagian utama, back office dan front office. Back office lebih fokus pada operasional dan administrasi, sedangkan front office bertugas menjual produk asuransi, yang kini sebagian besar dilakukan melalui platform digital.
“Dengan populasi penduduk Indonesia yang segini banyak, kenapa penetrasinya sempat (fluktuatif) atau naik terus agak turun. Karena at the end pada akhirnya nasabah itu akan mencari siapa agen yang profesional,” tutur Denny.
Menurutnya, di negara maju seperti Singapura, Hongkong, Amerika serta Eropa, profesi agen asuransi menjadi profesi yang sangat eksis karena tingginya minat pengguna asuransi swasta atau menyiapkan diri dalam menghadapi berbagai kondisi seperti sakit ataupun pensiun.
"Kebutuhan dari masyarakat pada saat GDP dan pendapatan per kapita sebuah negara naik, maka kebutuhan mereka itu sudah bukan kebutuhan yang mendasar seperti makan, rumah, atau mungkin pakaian. Tapi mereka sudah berpikir bagaimana anak saya nanti untuk sekolah dan bagaimana nanti saya pensiun," paparnya.
Dalam catatan Denny, tenaga pemasar di Axa Financial Indonesia didominasi oleh kalangan Gen Z yang kelahirannya 1997-2012, sedangkan sisanya berasal dari kalangan Gen milenial dengan kelahiran 1981-1996. Menurutnya, semakin banyak anak muda memilih profesi menjadi tenaga pemasar maka harapannya semakin banyak masyarkaat yang melek terhadap pentingnya asuransi.
2. COVID-19 jadi titik balik tentang pentingnya punya asuransi swasta meningkat

Pandemik COVID-19 yang terjadi sekitar 2020-2021 tak hanya memberikan dampak dan tantangan negatif bagi ekonomi. Dia mengakui ada juga dampak positif untuk industri asuransi di Tanah Air.
Sejak COVID-19, tingkat penetrasi masyarakat terhadap asuransi meningkat signifikan karena muncul pandangan bahwa penting untuk memiliki asuransi swasta diluar program jaminan kesehatan nasional seperti BPJS Kesehatan.
“Tapi di sisi lain memunculkan kesadaran pentingnya punya protection insurance. Dan saya melihat trend yang terjadi adalah banyak sekali anak muda yang bahkan membeli asuransi itu bukan cuma untuk dirinya dia, dia beli untuk orang tuanya,” ungkapnya.
Sejauh ini, penetrasi asuransi di Indonesia masih tergolong rendah. Data dari Asosiasi Asuransi Jiwa indonesia (AAJI) menunjukan bahwa tingkat penetrasi asuransi jiwa di Indonesia adalah 7,8 persen pada 2023.
3. Kapasitas tenaga pemasar sesuai standar Internasional

Dia menuturkan, AXA Financial Indonesia terus mengutamakan profesionalisme agen asuransi sebagai konsultan keuangan nasabah dalam memenuhi kebutuhan perlindungan jiwa dan kesehatan, serta memberikan layanan dan dukungan yang terbaik kepada nasabah.
Agen asuransi harus berlisensi, mematuhi kode etik, dan terus belajar menambah wawasannya agar bisa membantu proses edukasi dan literasi asuransi di masyarakat. Agen asuransi juga harus mampu memberikan nilai tambah (value added) agar posisinya tak bisa tergantikan oleh platform digital.
“Di bawah agensinya AXA Financial Indonesia, kami mendorong banyak tenaga pemasar itu meningkatkan profesionalismenya. Menjual itu bukan hanya sekedar produk tapi berdasarkan kebutuhan dari pihak nasabah, dengan beberapa pilihan produk yang nasabah itu bisa melihat mana yang paling cocok untuk dia,” kata Denny.
Di samping itu, AXA juga memiliki program AXA Prime untuk meningkatkan kualitas tenaga pemasar untuk melayani kebutuhan nasabah. AXA Prime merupakan program pengembangan tenaga pemasar yang fokus pada uji kompetensi dan standar etika yang ketat. Dengan begitu, tenaga pemasar diharapkan mampu membantu dan mendukung nasabah di setiap tahapan kehidupannya dalam hal perencanaan serta pengelolaan keuangan yang baik.
AXA Prime diterapkan sejak 2021 oleh AXA Group dengan menetapkan standar tertinggi tenaga pemasar di tingkat global yang fokus pada kualitas layanan agar nasabah bisa menjalani hidup lebih baik dan bukan hanya pada besaran premi yang terkumpul.
Dengan demikian, tenaga pemasar bukan lagi berstatus sales tapi sudah menjadi mitra nasabah dalam perencanaan keuangan dan solusi perlindungan.
“Melalui AXA Prime, kami memastikan bahwa kapasitas tenaga pemasar dikembangkan secara profesional dengan standar internasional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” ucapnnya.
Berdsarkan data per Juli 2024, jumlah tenaga pemasar yang dimiliki AXA Financial Indonesia pun mencapai 4.700 anggota yang tersebar di 24 kota. Dengan menekankan kesetaraan gender, sebanyak 54 persen tenaga pemasar adalah wanita dan sisanya adalah laki-laki.
“Jadi hampir di seluruh Indonesia kami punya. Dari area Sumatera Utara sampai dengan Papua itu cukup banyak sih sebarannya," tutur Denny.