5 Perilaku Mental Accounting yang Sering Gak Disadari, Perlu Waspada!

Tahukah kamu mengenai mental accounting? Mental accounting merupakan konsep ekonomi yang berupa model perilaku dalam menempatkan nilai yang berbeda pada uang. Lebih mudahnya mental accounting adalah cara memperlakukan uang dengan mengalokasikan menjadi beberapa kategori yang sering kali hasilnya merugikan.
Kurangnya kontrol terhadap cashlow kita menjadi alasan utama kenapa banyak orang sering tidak sadar melakukan mental acconting. Seorang mental accountant cenderung tidak percaya bahwa nilai uang sama dimana pun kamu menyimpan atau menggunakannya. Lantas apa saja sih perilaku mental accounting yang gak sadar sering kita lakukan? Berikut, daftarnya!
1. Anggaran keinginan lebih besar dari kebutuhan

Saat baru saja menerima gaji biasanya kita akan mulai menghitung-hitung dana kebutuhan, tagihan dan keinginan. Tapi ujung-ujungnya yang sering kita lakukan malah overspend karena gaya hidup yang makin konsumtif. Kesalahan ini sering kali terjadi dan membuat kita bertanya-tanya kemana arah uang yang kita pegang.
Padahal tanpa disadari kita telah mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli keinginan kita dibandingkan kebutuhan. Kebiasaan seperti ini tentu saja harus dihindari agar keuanganmu lebih baik lagi. Mulailah dengan memprioritaskan kebutuhan dan menganggarkan 10-30 persen dari total gaji untuk keinginan.
2. Buy now paylater

Gaya hidup yang makin konsumtif membuat pengeluaran kita jadi membengkak. Kemudian ketika kita memang membutuhkan sesuatu yang sangat penting, uangnya tidak ada. Akhirnya kita spend memakai uang yang belum kita punya.
Dengan permasalahan tersebut, kebanyakan orang berpikir solusinya adalah buy now paylater. Padahal hal tersebut bukan solusi yang tepat, lho. Cara tepat mengatasinya adalah dengan membiasakan diri untuk saving money minimal 20 persen dari total gaji. Sehingga kamu punya dana darurat yang bisa dipakai saat ada kebutuhan mendesak.
3. Mudah percaya taktik pemasaran

Mental accounting yang sering gak kita sadari adalah mudah percaya oleh taktik pemasaran. Tanpa memperhatikan kondisi keuangan secara menyeluruh, kamu lebih sering terbawa arus untuk membeli barang yang sedang promo atau berdiskon. Padahal sebenarnya, saat itu kamu belum terlalu membutuhkan barang tersebut.
Jika barang yang kamu beli dengan embel-embel promo tersebut tidak melebihi dana 30 persen dari total gaji, masih dianggap wajar. Namun jika melebihinya, kamu akan mengacaukan sistem anggaran yang telah kamu buat. Solusi yang tepat, kamu harus selektif lagi dalam membeli sesuatu. Jangan hanya karena promo besar-besaran, kamu mengurangi anggaran kebutuhanmu untuk membeli barang yang tidak dibutuhkan.
4. Berpikir finansial secara jangka pendek

Sama halnya ketika mudah tergiur oleh barang diskonan, berpikir secara jangka pendek dalam hal finansial sangat tidak dianjurkan. Kamu harus memiliki pandangan jangka panjang terhadap finansialmu.
Manfaat berpikir jangka panjang akan meminimalkan risiko yang terjadi di masa depan. Mulailah dengan mempunyai budget, konsistensi saving dan start investasi.
5. Berperilaku sunk-cost fallacy

Sunk-cost fallacy merupakan pengambilan keputusan finansial yang salah sehingga menyebabkan kegagalan biaya (hangus). Ketika kita lebih mengutamakan keinginan dibandingkan kebutuhan, maka yang akan terjadi adalah biaya untuk kebutuhan akan hangus dan tergantikan dengan keinginan yang tidak dibutuhkan. Jika hal tersebut terus berlanjut tanpa ada pencegahan, pengeluaran akan semakin membengkak dan mempengaruhi cashflow.
Nah, itulah perilaku mental accounting yang kadang gak kita sadari pernah lakukan. Perilaku diatas harus diwaspadai agar kesehatan finansialmu tetap terjaga. Menjaga kesehatan finansial berarti juga menjaga kesehatan mental. Mari peka terhadap literasi finansial!