Angin datang pelan membawa isyarat,
menyibak sunyi yang lama terikat.
Di sela ranting kutitipkan berat,
ia membacanya tanpa syarat.

Ia menyapu resah sambil berkelana,
menangkap bisik yang hampir sirna.
Di ujung senja warnanya merona,
seolah tahu luka yang kupelihara diam-diam saja.

Lalu berembus lagi penuh ketenangan,
menautkan rindu pada perjalanan.
Setiap desir seperti jawaban,
pada tanya yang jarang terucapkan.

Angin pergi tanpa meninggalkan jejak,
tapi maknanya tinggal begitu lekat.
Seperti sahabat yang diam, tapi dekat,
membaca pikiranku tanpa sesat.