Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Hari Kelabu setelah Ditinggalkan

ilustrasi sedang merenung (pexels.com/Gabriela Palai)
ilustrasi sedang merenung (pexels.com/Gabriela Palai)

Disematkan hari itu sebagai hari terberat baginya
Perihal ditinggalkan oleh yang begitu melekat di dada
Ia seolah terperangkap dalam kondisi yang membingungkan
Tapi wajah sendu harus disembunyikan agar yang lain tak tahu

Hari itu adalah hari terberat baginya
Walau tak ada tangisan meraung yang isinya menyesakkan dada,
Juga tak ada air mata yang tumpah meruah
Ia diam-diam terisak saat mentari sudah tak ada lagi

Tak ada jalan keluar bagi rasa sedih yang bertumpahan
Selain dirangkul dan dinikmati hingga waktunya berakhir
Maka, pergilah ia memberi ruang bagi rasa itu
Agar tak bertumpuk dan menjadi sesuatu yang merugikan sekitar

Doanya begitu pilu didengar penduduk langit
Isinya jauh dari pengaduan perihal alasan kesenduan
Ia hanya meminta diteguhkan dan ditangguhkan kakinya untuk berdiri
Serta diberi jalan keluar atas rasa-rasa yang tak tau mau dikemanakan

Lalu, perlahan isinya terdengar begitu menenangkan
Mungkin akibat pengikhlasan yang tumbuh pelan-pelan
Tanya-tanya yang memenuhi isi kepala, raib bersama isi doa yang dipanjatkan
Sungguh, proses penerimaan yang begitu elegan

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nur Tazkiyah Sejati
EditorNur Tazkiyah Sejati
Follow Us