[Puisi] Harmoni Hari Tua

Keringat yang menetes menjadi saksi bisu
Air mata yang mengalir adalah candu
Bergeloranya hati akan cinta sang Bayu
Telah diujung waktu menempuh sendu
Jiwa yang merayu
Raga yang membeku
Dibekukan emosi merajuk pilu
Bisiknya membekas dalam kalbu
Amarahnya pekat menghias kelambu
Menghalau embun yang pekat menguap
Tidak ada senyum lagi
Tak ada canda lagi
Tersisa pipi menggembung, dihempaskan duka
Wajah kaku ditinggalkan jiwa
Hanya tulang berbalut kulit yang menemani hari tua
Ia yang diabaikan dunia
Merintih dalam sakit yang merajam asa
Demi sisa hidup berkalang tanah, berkubang lumpur nestapa
Mati segan, hidup pun nelangsa
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.