Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[Puisi] Harmoni Hari Tua

Pixabay/jarmoluk
Pixabay/jarmoluk

Keringat yang menetes menjadi saksi bisu
Air mata yang mengalir adalah candu
Bergeloranya hati akan cinta sang Bayu
Telah diujung waktu menempuh sendu

Jiwa yang merayu
Raga yang membeku
Dibekukan emosi merajuk pilu
Bisiknya membekas dalam kalbu

Amarahnya pekat menghias kelambu
Menghalau embun yang pekat menguap
Tidak ada senyum lagi
Tak ada canda lagi

Tersisa pipi menggembung, dihempaskan duka
Wajah kaku ditinggalkan jiwa
Hanya tulang berbalut kulit yang menemani hari tua
Ia yang diabaikan dunia

Merintih dalam sakit yang merajam asa
Demi sisa hidup berkalang tanah, berkubang lumpur nestapa
Mati segan, hidup pun nelangsa 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nesi Jumaida
EditorNesi Jumaida
Follow Us

Latest in Fiction

See More

[PUISI] Langit Tak Marah

09 Okt 2025, 23:42 WIBFiction
ilustrasi minum

[PUISI] Harga Diri Sendiri

08 Okt 2025, 20:22 WIBFiction
ilustrasi penat

[PUISI] Jengah

07 Okt 2025, 05:15 WIBFiction
ilustrasi orang bepergian

[PUISI] Pergi

07 Okt 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi orang menatap wajahnya di cermin

[PUISI] Rekonsiliasi Diri

06 Okt 2025, 20:22 WIBFiction
ilustrasi seorang ibu memeluk anaknya

[PUISI] Dalam Pelukan Ibu

06 Okt 2025, 05:15 WIBFiction
Ilustrasi tangan bayi dan ibunya (pixabay.com/Grey85)

[PUISI] Ibu Juga Butuh Ibu

05 Okt 2025, 21:53 WIBFiction