[PUISI] Jejak Sembilan Belas Februari

Terima kasih kuucapkan pada malam yang menemukanmu,
pada angin yang membawa suaramu,
pada cahaya yang memperlihatkan sosokmu
Juga pada kopi, cangkir, sendok, meja, dan kursi
Yang mematri resonansi kata demi kata dariku dan darimu
Merekam pertemuan kita dalam dimensi yang abadi
*
Kata-kata selalu menjadi mula
Bersama kopi tubruk dan gula
Ada cerita yang tak kusangka-sangka
Kamu bersama kopi
Rupanya menyimpan memoria yang kau bagi
Di malam sembilan belas Februari
*
Jika malam saja berbatas
Maka bersamamu, aku tak ingin melawan waktu
Sebab membersamainya lebih seru
Pertemuan kita bukan untuk saling beradu rindu
Bukan pula merekam jejak masa lalu
Atau menghabiskan kopi dan ceritamu
Kamu menjemputku
Tidak ke mana-mana, kita masih di sini bersama kopi
Hanya saja, hatimu dan hatiku
Saling menautkan jemari
Serupa gula yang kuaduk dalam kopi
Bersama
Melengkapi pahit kopi yang apa adanya
Untuk manis kita berdua
Kita
Terekam oleh ampas kopi tubrukmu yang berpulang pada alam
Dalam cinta
Semoga tak pernah karam
***
Lereng gunung, 19022019