[PUISI] Rumah

Sekali waktu, datanglah ke rumahku
Lewati sungai dengan perahu kecil,
hingga kau tau tidak ada yang abadi
selain gemuruh ombak dan derak bambu di kejauhan
Sementara itu, bayangan dirimu di masa lalu
melambai di belakang, dengan tatapan suram
Napas tersangkut di ranting-ranting dan mulut yang terkatup
Di atas dermaga, lumut-lumut kehilangan gairah dan bisu
Sebab, waktu dan lumpur saling mendesak,
panas seperti peluru, tampak tenang tapi terus mengejar
Sekali waktu, mampirlah ke rumahku
Pintu yang terbuka
dan bayangan burung bangau dengan degup biru yang samar
Di sana, taman yang sunyi dihiasi patung seorang gadis yang tersipu,
memandang kerinduan kelam
Dalam matanya yang sipit, hanya ada langit dan laut
Laut dengan bayang-bayang kapal
Laut dengan karang menjulang,
seperti gedung, seperti tiang bendera,
pilar-pilar yang menghadap langit yang retak
Jaring-jaring terbentang, perahu-perahu terikat,
bukan untuk menangkap ikan atau udang,
melainkan ganggang dan jalan-jalan beraspal
Jika suatu hari kau mampir ke rumahku,
kau tidak akan berjalan di atas lantai
karena di rumah ini
hanya ada angan dan ruang hampa
juga laut yang mengapung tanpa batas