[PUISI] Syair Hujan pada Rintik Purba

Rintik teduh menggugurkan sunyi,
bagai kidung purba yang terucap lirih.
Di balik mega yang muram berseri,
terdengarlah bisik alam teramat bening.
Angin lembayung menggesek pepohonan renta,
membawa wangi tanah yang bangkit dari lena.
Hujan turun laksana tirai semesta,
menyelubung hari dengan sejuk tak terkira.
Titik air menari di pelataran senja,
membangunkan kenangan yang lama terpendam.
Seolah zaman lampau kembali berjaga,
mengiring langkah dalam teduh kelam.
Wahai hujan, titahmu menjalin hening,
menganyam waktu menjadi syair usang.
Dalam gemericikmu aku pun termangu bening,
merapal doa semoga damai tak lekang sepanjang musim datang.
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.



















