Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Alasanku Tersenyum

Ilustrasi foto (pexels.com/Belacheers)
Ilustrasi foto (pexels.com/Belacheers)
Intinya sih...
  • Thea tersenyum setiap pagi karena bisa melihat Jeff, yang diam-diam ia sukai.
  • Jeff tidak menyadari perasaan Thea, tapi kehadirannya sudah cukup membuat hari Thea lebih cerah.
  • Percakapan ringan dan kebersamaan dengan Jeff adalah hadiah berharga bagi Thea.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bangun pagi dengan tubuh yang segar memang selalu jadi alasan buat bersyukur, dan biasanya bikin kita otomatis tersenyum. Namun, ada hal lain yang kadang membuat hari terasa lebih berwarna. Sama seperti Thea, motivasi terbesarnya setiap pagi adalah bisa segera melihat sosok yang diam-diam ia sukai, Jeff.

Buat Thea, cukup dengan melihat Jeff yang duduk di bangkunya sudah bisa bikin senyum muncul di wajahnya. Meski Jeff tidak pernah menyadari kalau sejak awal SMA Thea diam-diam menyukainya, hal itu sama sekali tidak menjadi masalah baginya. Ia selalu bilang pada dirinya sendiri, “Selama dia masih ada di sekolah ini dan sekelas sama gue, itu udah cukup.”

Sering kali Thea berbisik pelan pada dirinya sendiri, “Gimana bisa ada cowok seganteng ini di sekolah gue?”

Hari-hari Thea terasa lebih ringan sejak mengenal Jeff, meski hanya sebatas teman sekelas. Ia selalu duduk dua bangku di belakang Jeff. Posisi itu pas untuk memperhatikan tanpa terlihat mencolok. Hal-hal kecil seperti Jeff menulis, menguap, bahkan sekadar membungkuk mengambil pulpen sudah cukup bikin Thea senyum-senyum sendiri.

Suatu pagi, Thea datang lebih awal. Ia pura-pura membaca buku sambil menunggu Jeff masuk kelas. Begitu Jeff muncul dengan seragam rapi dan rambut sedikit berantakan, Thea refleks menunduk. Jantungnya berdegup kencang, padahal yang ia lakukan cuma melihat orang lewat.

“Pagi, Thea,” sapa Jeff tiba-tiba.

Thea langsung menoleh. “Eh? Pagi, Jeff.” Senyumnya tipis, meski dalam hati heboh bukan main.

Jeff balas tersenyum sebelum duduk di bangkunya. Seketika, Thea merasa dunianya berhenti. Sapaan singkat dari Jeff saja sudah cukup untuk bikin harinya jauh lebih cerah.

Di jam istirahat, Thea sibuk mencoret-coret buku. Ia sempat menuliskan namanya sendiri, lalu menambahkan nama Jeff di sebelahnya, sebelum akhirnya tersenyum malu saat menyadari coretan itu.

Tanpa ia duga, Jeff lewat dan menepuk mejanya. “Thea, catatan matematika lu rapi banget, ya. Gue boleh pinjam nanti?”

Thea kaget, tapi cepat mengangguk. “Boleh banget!”

Jeff tersenyum lebar. “Thanks, The. Lu emang baik banget.”

Begitu Jeff pergi, Thea langsung menutupi wajahnya. Rasanya seperti mimpi. Hal kecil seperti dipinjam catatannya saja sudah bisa membuat hatinya melayang.

Hari-hari berikutnya, Jeff terlihat lebih akrab dengan Thea. Obrolannya ringan, dari soal tugas sampai komentar receh tentang suasana kelas. Buat orang lain mungkin hal biasa, tapi bagi Thea, setiap percakapan kecil itu adalah hadiah yang tidak ternilai.

Sampai suatu sore, hujan deras bikin mereka harus menunggu di depan sekolah. Jeff duduk di samping Thea lalu nyeletuk, “Eh, lu sering banget senyum sendiri. Lagi mikirin apa sih?”

Thea langsung kaku. Mana mungkin ia jujur kalau alasannya adalah Jeff? Jadi ia hanya menjawab pelan, “Nggak kok, gue cuma mikirin hal-hal kecil yang bikin hari jadi enak aja.”

Jeff mengangguk. “Bagus tuh. Senyum itu nular, tahu. Kalau lu sering senyum, orang lain juga bisa kebawa senyum.”

Thea melirik Jeff dan tersenyum samar. Dalam diam, Thea mengakui pada dirinya sendiri, “Jeff, alasan gue tersenyum itu lu.” Dan meski kebenaran itu mungkin nggak pernah sampai ke Jeff, Thea sudah merasa bahagia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Fiction

See More

[CERPEN] Satu Kos Bersama Hantu

21 Sep 2025, 23:01 WIBFiction
Ilustrasi Interior Sebuah Kafe (pexels.com/Amar Preciado)

[CERPEN] Kafe: Rumah Kedua

21 Sep 2025, 19:24 WIBFiction
ilustrasi tangan

[PUISI] Aku Cinta Kamu

20 Sep 2025, 09:47 WIBFiction
ilustrasi minum kopi

[PUISI] Hangatnya Dingin

20 Sep 2025, 05:04 WIBFiction
ilustrasi cinta beda agama

[PUISI] Di Antara Dua Doa

19 Sep 2025, 16:57 WIBFiction
ilustrasi patung malaikat

[PUISI] Himne Malaikat

18 Sep 2025, 20:48 WIBFiction