3 Perbedaan Dry-Aged Daging dan Wet-Aged Daging yang Mencolok!

Daging menjadi salah satu bahan makanan yang banyak digemari karena cita rasa dan teksturnya yang lezat. Dalam dunia kuliner, terdapat dua metode untuk menghasilkan daging dengan kualitas terbaik, yaitu dry aging dan wet aging. Meski keduanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas daging, masing-masing metode mempunyai proses, rasa, serta tekstur yang berbeda, lho.
Nah, artikel ini akan membantumu lebih memahami perbedaan dry-aged daging dan wet-aged daging sehingga kamu dapat menentukan pilihan yang sesuai dengan keinginan. Selamat membaca!
1. Proses pematangan

Proses dry aging adalah teknik pematangan yang melibatkan penyimpanan daging dalam lingkungan yang dikontrol, baik dari segi suhu maupun kelembapan dengan cara digantung tanpa diselimuti, menyuplik laman Dry Ager.
Dalam metode ini, daging akan dibiarkan selama beberapa minggu, bahkan sampai beberapa bulan untuk melakukan proses penguapan sebagian air di dalamnya. Hasilnya, rasa daging jadi lebih terkonsentrasi, sementara serat-serat daging mulai terurai. Ini membuat daging jadi lebih empuk dan beraroma kaya. Lingkungan yang kering juga membantu mengembangkan lapisan pelindung pada permukaan daging, yang nantinya akan dipotong untuk mendapatkan bagian yang paling lembut dan penuh rasa di dalamnya.
Metode wet aging, di sisi lain, memakai kemasan vakum untuk menyimpan daging dalam kondisi kedap udara. Proses ini memungkinkan daging mempertahankan kelembapannya karena gak ada air yang menguap, dari laman Meat and Wine Co.
Daging wet-aged umumnya membutuhkan waktu lebih singkat, sekitar 4 hingga 10 hari, dan lebih ekonomis jika dibandingkan dry aging. Dalam kondisi anaerobik atau tanpa oksigen ini, enzim alami pada daging terus bekerja namun tanpa penguapan sehingga rasa yang dihasilkan cenderung lebih ringan dibandingkan dry-aged.
Wet aging sangat populer di industri kuliner karena prosesnya yang lebih cepat dan biaya yang lebih rendah. Namun, daging yang dihasilkan dari metode ini mempunyai karakteristik yang berbeda dari dry-aged, lho. Biasanya, rasa yang dihasilkan cenderung lebih bersih dan segar tanpa rasa daging yang terlalu kuat atau kompleks sehingga cocok bagi kamu yang lebih menyukai daging dengan rasa yang mild.
Dalam proses ini, dry aging memang memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan wet aging. Akan tetapi, waktu yang lama tersebut berbanding lurus dengan kualitas daging yang dihasilkan. Selain itu, daging yang melalui proses dry aging biasanya memiliki berat yang lebih ringan karena adanya penguapan air dan rasa yang lebih kaya. Hal inilah yang membuat dry aging dinilai lebih mahal daripada wet aging.
2. Rasa dan tekstur

Daging yang melalui proses dry aging memiliki rasa yang jauh lebih kompleks dan mendalam. Penguapan air dalam proses ini menghasilkan konsentrasi rasa yang intens, sehingga cita rasa daging cenderung unik dan hampir mendekati “umami”. Selain itu, tekstur dari dry-aged daging juga lebih empuk, karena serat-serat daging sudah terurai selama pematangan.
Kombinasi rasa dan tekstur ini membuat dry-aged daging menjadi favorit para pecinta daging premium. Kamu yang menginginkan pengalaman rasa daging yang kaya tentu akan sangat menikmati karakteristik dari dry-aged ini.
Oh iya, tak hanya kaya rasa, proses ini mempunyai lapisan luar yang cukup keras sebagai hasil dari proses pengeringan. Lapisan ini biasanya dibuang sebelum daging diolah. Meski begitu, dari lapisan ini, kamu akan melihat adanya perlindungan alami untuk membantu daging mempertahankan kualitasnya selama proses pematangan yang panjang. Oleh karena itu, dry-aged daging sering dianggap lebih istimewa dan memiliki nilai lebih tinggi dalam dunia kuliner, lho.
Wet-aged daging menawarkan rasa yang lebih bersih dan ringan dibandingkan dry-aged. Tekstur dari wet-aged juga empuk, namun gak sekompleks dry-aged. Karena daging tetap lembap dalam kemasan vakum, gak ada konsentrasi rasa yang terbentuk selama proses pematangan sehingga daging mempunyai cita rasa yang lebih ‘segar’ atau ‘bersih’.
Dari segi tekstur, wet-aged daging tetap lembut dan enak untuk dinikmati, namun sedikit berbeda dari dry-aged yang memiliki keempukan lebih intens, seperti dikutip dari Alien Brothers. Oleh karena itu, wet aging sering kali dianggap sebagai metode yang lebih fleksibel untuk berbagai jenis masakan terutama yang mengedepankan rasa bumbu atau saus daripada rasa alami daging.
3. Kelebihan dan kekurangan

Kelebihan utama dari dry aging adalah rasa dan tekstur yang sangat istimewa. Proses ini menghasilkan daging dengan aroma dan rasa yang mendalam serta kompleks, yang sangat cocok untuk para pencinta daging yang ingin mendapatkan pengalaman kuliner yang berbeda.
Namun, dry aging membutuhkan waktu yang lebih lama serta biaya yang lebih tinggi karena ada penurunan berat daging akibat penguapan air. Hal ini menjadikan dry-aged daging lebih mahal dan langka di pasaran.
Sedangkan, kekurangan lain dari dry aging adalah kontrol yang sangat ketat selama proses pematangan. Ini dilakukan karena suhu dan kelembapan harus dijaga pada tingkat yang stabil agar daging gak terkontaminasi oleh bakteri atau jamur. Jadi, jika kamu mencari kualitas rasa terbaik dengan pengalaman rasa yang unik, dry aging adalah pilihan yang tepat meskipun memerlukan biaya yang lebih besar.
Wet aging, di sisi lain, lebih ekonomis dan cepat daripada dry aging. Karena daging disimpan dalam kemasan vakum, gak ada penurunan berat yang signifikan sehingga harga daging wet-aged biasanya lebih terjangkau. Proses ini juga lebih gampang dilakukan di berbagai lingkungan karena gak memerlukan pengaturan kelembapan dan suhu yang rumit. Itulah mengapa daging wet-aging lebih mudah digunakan untuk berbagai jenis masakan.
Akan tetapi, kelemahan dari wet aging adalah pada rasa yang kurang kompleks dibandingkan dry-aged. Kalau kamu menginginkan rasa daging yang bersih dan segar, wet aging bisa menjadi pilihan yang tepat. Namun, bagi pencinta daging dengan rasa bold, wet-aged mungkin terasa kurang berkarakter.
Dengan melihat perbedaan dry-aged dan wet-aged daging, kamu jadi bisa memilih mana yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi. Jika kamu mencari rasa daging yang mendalam dan kompleks, dry-aged mungkin lebih cocok.
Akan tetapi, kalau kamu lebih menyukai rasa yang ringan dan segar dengan tekstur lembut, wet-aged bisa menjadi pilihan yang lebih sesuai. Oh iya, kamu juga perlu mempertimbangkan juga anggaran dan kebutuhan dalam memasak, lho.