Arabika Gayo Indonesia Masuk sebagai Biji Kopi Terbaik di Dunia 2024

Untuk pencinta kopi sejati, menikmati segelas kopi berkualitas bukan sekadar rutinitas harian, melainkan soal pengalaman rasa. Taste Atlas, salah satu situs terkemuka yang merekomendasikan kuliner dan minuman terbaik dunia, baru saja merilis daftar 10 Biji Kopi Terbaik di Dunia 2024.
Dari Amerika Selatan hingga Asia Tenggara, kategori ini menghadirkan biji-biji kopi berkualitas tinggi yang menjadi favorit para ahli kopi. Menariknya lagi, ada arabika gayo dari Indonesia yang masuk dalam daftar ini.
Penasaran apa saja biji kopi terbaik versi Taste Atlas? Simak informasi selengkapnya di bawah ini, ya!
1. Cafe de Colombia, Kolombia

Café de colombia diproduksi dengan menggunakan berbagai jenis kopi arabika, seperti caturra, tipica, borbon, maragogipe, dan castillo. Kopi ini dibudidayakan di Kawasan Perkebunan Kopi Kolombia, yang terletak di lereng pegunungan Andes dan ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2011.
Kawasan tersebut dikenal memiliki kopi segar sepanjang tahun, karena panen dilakukan beberapa kali. Saat ini, sekitar 12 persen dari total produksi kopi dunia berasal dari Kolombia.
2. Arabika, Ethiopia

Arabika dianggap sebagai jenis biji kopi pertama yang saat ini menghasilkan sekitar 60 persen dari total produksi kopi. Kopi ini berasal dari dataran tinggi selatan Ethiopia. Namun, saat ini ditanam di berbagai dunia, yakni Afrika, Amerika Latin, Asia Tenggara, India, Tiongkok, Karibia, dan Pasifik.
3. Kopi Blue Mountain Jamaika, Jamaika

Kopi Blue Mountain Jamaika merupakan varietas kopi Jamaika yang unik. Ciri khasnya memiliki rasa yang tidak pahit dan lembut. Kopi ini ditanam di wilayah Blue Mountain, yang merupakan salah satu gunung tertinggi di Karibia.
Selama bertahun-tahun, kopi blue mountain mendapatkan reputasi sebagai salah satu kopi termahal di dunia. Kini, lebih dari 80 persen jenis kopi ini diekspor ke Jepang.
4. Kafae Doi Chaang, Thailand

Kafae doi chaang merupakan kopi organik dari varietas arabika caturra, catimor, dan catuai, yang tumbuh di perbukitan timur laut Thailand di Gunung Doi Chaang. Kopi ini murni, menyegarkan, dan berkualitas tinggi.
Keseimbangan rasanya baik, antara manis dan asam, dengan aroma seperti madu, serta sedikit aroma bunga dan ceri. Biji kopi ini dibudidayakan dengan hati-hati, dipetik dengan tangan, diproses, dan dipanggang, sehingga menghasilkan kopi dengan rasa yang kompleks. Kopi doi chaang ini rendah kafein dan cocok disajikan dengan susu segar dan sedikit gula.
5. Cafe de Valdesia, Republik Dominika

Café de Valdesia diproduksi dari varietas typica dan caturra, yang keduanya merupakan spesies arabika yang tumbuh di dataran tinggi Provinsi Ocoa, Peravia, dan San Cristobal. Kopi ini pertama kali diperkenalkan ke Republik Dominika pada 1735.
Varietas tersebut kini memainkan peran besar dalam sektor pertanian Republik Dominika, hingga mempekerjakan hampir setengah dari tenaga kerja di sektor ini dan mengekspor hampir 20 persen dari produksi tahunan. Ada tiga jenis kopi valdesia yang tersedia di pasaran, yakni medium, medium dark, dan dark.
6. Huehuetenango Highland Coffee, Guatemala

Huehuetenango highland coffee ini diproduksi di wilayah Huehuetenango, Guatemala, di ketinggian hingga 1.900 meter. Kopi ini dibuat dari tanaman kopi arabika dan memiliki tiga varietas, yakni typica, bourbon, dan caturra.
Biji kopi ini menggunakan proses fermentasi ringan, biji kopi ini diekstraksi dari buah kopi. Proses ini dimulai dalam waktu 4 jam setelah dipanen dan biasanya berlangsung selama 24-36 jam.
7. Kopi Arabika Gayo, Sumatra

Kopi Arabika Gayo merupakan varietas kopi yang dihasilkan di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues, yang semuanya berada di Dataran Tinggi Gayo. Ditanam di ketinggian antara 900 dan 1700 meter di atas permukaan laut, biji kopi ini memiliki tingkat keasaman yang kuat, serta pahit yang lembut.
Cita rasanya kuat dan kompleks, mengingatkan pada rasa kacang, karamel, cokelat, dan buah. Varietas kopi arabika yang dibudidayakan untuk kopi Arabika Gayo adalah borbor, timtim, P-88, ateng jaluk, dan S 795.
8. Harenna Forest Wild Coffee, Ethiopia

Di Hutan Harenna di wilayah Oromia, Ethiopia, kopi arabika liar tumbuh di bawah pohon-pohon tinggi. Bagi para petani setempat, kopi ini merupakan sumber pendapatan utama. Mereka memanen biji yang matang dengan tangan.
Setelah dipanen, biji kopi ini tidak perlu dikupas atau dicuci. Cukup dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah itu, biji kopi dipanggang dan digiling dalam lumpang. Bubuk yang diolah secara tradisional ini dituangkan ke dalam teko kopi berisi air mendidih.
9. Robusta

Robusta merupakan spesies kopi yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi, pahit, serta ada rasa kacangnya. Biji robusta berukuran kecil dan bulat, dengan garis lurus di bagian tengahnya. Biji ini pertama kali ditemukan di Kongo, tetapi berasal dari Afrika Tengah dan Barat, di negara-negara seperti Angola, Liberia, dan Tanzania.
Tanaman ini tumbuh di dataran rendah, dan dapat bertahan dalam banyak kondisi tidak baik. Selain itu, hasil panennya lebih banyak, dan tidak mudah terserang penyakit. Jadi, lebih mudah dan murah untuk diproduksi dibandingkan arabika yang lebih mahal.
10. Kafae Doi Tung, Thailand

Kafae Doi Tung merupakan biji kopi arabika yang dikumpulkan dari tanaman kopi yang tumbuh di daerah Doi Tung di Thailand. Kopi arabika ini dibuat dari persilangan catimor, catuai, dan caturra.
Pohon-pohon kopi ini tumbuh di hutan yang luas, serta mendapatkan perawatan dan perlakuan khusus di setiap langkah proses produksi. Kontrol kualitas yang ketat dan proses pematangan yang lambat ini memastikan biji kopi memiliki rasa seimbang, berbobot sedang, beraroma manis, dan sedikit asam tanpa rasa yang tajam.
Daftar biji kopi terbaik versi Taste Atlas ini bisa menjadi referensi bagi kamu penikmat kopi. Setiap biji kopi di daftar ini menawarkan pengalaman rasa yang berbeda dan unik.