Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Defisit Kalori Bukan Solusi Diet yang Tepat untuk Semua Orang

Ilustrasi wanita makan roti (freepik.com/user15285612)

Pernah gak sih kamu berpikir kalau cara tercepat untuk menurunkan berat badan adalah dengan menciptakan defisit kalori, alias makan lebih sedikit dari yang dibutuhkan tubuh? Memang, banyak orang yang menggunakan defisit kalori sebagai metode utama diet mereka dan itu memang bisa menunjukkan hasil yang cepat. Namun, tahukah kamu kalau metode ini gak selalu jadi solusi jangka panjang yang tepat untuk semua orang? Kadang, dampaknya bisa lebih buruk dari yang kita kira!

Mungkin banyak dari kita yang pernah mendengar tentang diet dengan defisit kalori. Namun, ternyata ada beberapa alasan kuat mengapa metode ini gak bisa diterapkan secara sembarangan, apalagi kalau dilakukan terus menerus. Jadi, sebelum kamu terjebak dalam tren diet ekstrem, yuk, simak dulu lima alasan kenapa defisit kalori bukan solusi diet yang tepat untuk semua orang. Jangan sampai salah langkah, ya!

1. Bisa menyebabkan kekurangan nutrisi penting

Ilustrasi wanita memandang makanan (freepik.com/lookstudio)

Pada dasarnya, tubuh kita butuh berbagai nutrisi untuk berfungsi dengan optimal. mulai dari vitamin, mineral, protein, hingga lemak sehat. Ketika kamu menciptakan defisit kalori yang terlalu ekstrem, tubuh bisa kekurangan zat-zat penting tersebut, bahkan meskipun kamu masih makan makanan yang dianggap sehat. Hal ini bisa menyebabkan penurunan fungsi organ tubuh dan sistem imun, serta memengaruhi kesehatan kulit, rambut, dan kuku.

Misalnya, kalau kamu mengurangi kalori secara drastis tanpa memperhatikan kualitas makanan, kamu mungkin gak cukup mendapatkan asupan vitamin D, kalsium, atau zat besi yang dibutuhkan tubuh. Berdasarkan National Institutes of Health (NIH), kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin D dapat meningkatkan risiko osteoporosis dan masalah tulang lainnya. Bahkan, kekurangan kalsium bisa menyebabkan gangguan pada sistem saraf dan otot tubuh.

2. Meningkatkan risiko kehilangan massa otot

Ilustrasi pria memeriksa kesehatan ke dokter (pexels.com/RDNE Stock project)

Pernah denger kalau penurunan berat badan yang cepat bisa membuat kamu kehilangan massa otot? Nah, itu memang benar! Saat kamu mengurangi asupan kalori, tubuh gak cuma membakar lemak, tapi juga bisa memecah otot untuk mendapatkan energi cadangan. Dalam jangka panjang, kehilangan massa otot ini bisa sangat merugikan, terutama kalau kamu punya tujuan untuk membentuk tubuh yang lebih kencang dan sehat.

Tubuh kita membutuhkan protein untuk membangun dan memperbaiki otot. Kalau kamu makan terlalu sedikit dan gak cukup protein, risiko kehilangan otot akan semakin tinggi. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh American Journal of Clinical Nutrition menunjukkan bahwa defisit kalori yang terlalu drastis bisa memperlambat proses pembentukan otot dan meningkatkan risiko kehilangan massa otot. Jika kamu gak hati-hati, bukan cuma berat badan yang turun, tapi kekuatan fisikmu juga bisa ikut menurun.

3. Mengganggu metabolisme tubuh dalam jangka panjang

Ilustrasi makan dengan porsi kecil (freepik.com/freepik)

Metabolisme tubuh kita, yang berfungsi untuk mengubah makanan menjadi energi, bisa terganggu kalau kita sering mengalami defisit kalori yang berlebihan. Ketika kamu makan terlalu sedikit kalori dalam waktu yang lama, tubuh akan menyesuaikan diri dengan mengurangi laju metabolisme untuk menghemat energi. Ini yang dikenal dengan istilah metabolic adaptation.

Metabolisme yang melambat akan membuat penurunan berat badan menjadi lebih sulit, bahkan setelah kamu kembali makan dengan porsi normal. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, penurunan metabolisme bisa bertahan lama setelah diet ekstrem selesai, membuat proses penurunan berat badan jadi lebih susah di masa depan. Jadi, meskipun defisit kalori bisa memberi hasil cepat, efek jangka panjangnya justru bisa membuat tubuh kamu "kehabisan bensin" lebih cepat.

4. Dapat memicu gangguan makan dan pola pikir yang tidak sehat

Ilustrasi wanita sendirian di rumah (freepik.com/Racool_studio)

Salah satu dampak psikologis yang sering terjadi saat seseorang menjalani diet defisit kalori adalah berkembangnya gangguan makan, seperti binge eating (makan berlebihan) atau bahkan anoreksia. Ketika tubuh kelaparan dan merasa kekurangan energi, ini bisa memicu dorongan untuk makan berlebihan di luar kendali, yang malah merusak progres diet.

Selain itu, pemikiran tentang makanan bisa jadi sangat obsesif dan merusak hubungan kita dengan tubuh. Hal ini sering disebut sebagai pola pikir all-or-nothing, di mana kita merasa bahwa hanya ada dua pilihan, makan sedikit banget atau makan sebanyak mungkin. Menurut The National Eating Disorders Association (NEDA), pola makan yang terlalu ketat dapat meningkatkan stres dan menyebabkan gangguan makan yang lebih serius.

5. Setiap tubuh membutuhkan pendekatan diet yang berbeda

ilustrasi mengukur lingkar pinggang (freepik.com/freepik)

Gak semua orang bisa menjalani diet yang sama, lho! Setiap tubuh memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, dan faktor seperti usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan bahkan genetika memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana tubuh merespons defisit kalori. Misalnya, seorang atlet yang sangat aktif tentu butuh kalori lebih banyak dibandingkan orang yang lebih banyak duduk.

Selain itu, tubuh orang dewasa yang lebih tua cenderung kehilangan massa otot lebih cepat, sehingga mereka membutuhkan pendekatan diet yang lebih hati-hati agar gak mengurangi otot mereka. Sumber dari Harvard T.H. Chan School of Public Health mengungkapkan bahwa pendekatan diet yang terlalu ketat justru bisa memperburuk kondisi metabolisme pada orang yang lebih tua. Jadi, sangat penting untuk memilih pendekatan yang sesuai dengan kondisi tubuh dan kebutuhan kesehatan masing-masing.

Memang, defisit kalori bisa jadi salah satu cara efektif untuk menurunkan berat badan dengan cepat, tapi itu bukan solusi untuk semua orang dan gak bisa dilakukan sembarangan. Setiap tubuh memiliki kebutuhan yang berbeda, dan diet yang ekstrem bisa menyebabkan lebih banyak masalah daripada manfaat. Jadi, daripada ikut-ikutan tren diet yang gak jelas, lebih baik cari cara yang lebih sehat dan sesuai dengan tubuhmu. Ingat, kesehatan itu lebih dari sekadar angka di timbangan, yang terpenting adalah merasa baik dan bugar dalam tubuhmu sendiri!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sandria Barqi Habib Asmartha Zam Zam
EditorSandria Barqi Habib Asmartha Zam Zam
Follow Us