Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu ASI Transisi?

ilustrasi ibu menyusui (vecteezy.com/Nontanun Chaiprakon)
ilustrasi ibu menyusui (vecteezy.com/Nontanun Chaiprakon)
Intinya sih...
  • ASI transisi adalah tahap kedua dari produksi ASI yang biasanya muncul antara hari ke-8 hingga hari ke-20 setelah melahirkan.
  • ASI transisi memiliki tekstur lebih kental dan creamy, warnanya bervariasi dari putih kebiruan hingga kuning krem.
  • ASI transisi kaya akan lemak dan laktosa, yaitu gula alami yang penting untuk memberi energi ke bayi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Masa awal menyusui bisa jadi penuh tanda tanya, terutama bagi para ibu baru yang sedang belajar memahami perubahan tubuh dan kebutuhan si kecil. Salah satu hal yang sering bikin bingung adalah perubahan bentuk dan warna ASI beberapa hari setelah melahirkan. Misalnya, kenapa warna ASI berubah? Kenapa sekarang ASI-nya lebih banyak dan encer dari sebelumnya? Nah, di sinilah peran ASI transisi mulai terlihat.

ASI transisi adalah tahap penting dalam perjalanan menyusui yang terjadi saat tubuh ibu berpindah dari memproduksi kolostrum (ASI pertama yang kental dan kaya antibodi) menuju ASI matang. Fase ini biasanya dimulai pada hari ke-8 hingga ke-20 setelah bayi lahir. Meski sering luput diperhatikan, tetapi memahami apa itu ASI transisi bisa membantu ibu lebih percaya diri dan tenang dalam menjalani proses menyusui.

1. Apa itu ASI transisi?

ASI transisi adalah tahap kedua dari produksi ASI yang biasanya muncul antara hari ke-8 hingga hari ke-20 setelah melahirkan. ASI ini disebut ASI transisi karena diproduksi selama tubuh mengalami peralihan dari kolostrum ke ASI matang.

Dibandingkan dengan kolostrum, ASI transisi mengandung energi yang lebih tinggi dan diproduksi dalam jumlah yang lebih banyak. Namun, kadar antibodi dan sel-sel kekebalan lainnya mulai menurun dibandingkan dengan yang terdapat dalam kolostrum.

2. Ciri fisik ASI transisi

ASI transisi memiliki tekstur lebih kental dan creamy, warnanya bervariasi dari putih kebiruan hingga kuning krem. Awalnya mungkin masih terlihat agak kekuningan seperti kolostrum, lalu perlahan berubah menjadi putih kebiruan. Warna kebiruan biasanya menandakan kadar air yang lebih tinggi.

Seiring waktu, saat ASI matang mulai diproduksi, warnanya bisa berubah jadi lebih putih bersih. Uniknya, warna ASI juga bisa berubah-ubah tergantung apa yang ibu makan, obat yang dikonsumsi, dan seberapa lama sejak terakhir kali menyusui. Jadi, jangan panik kalau warnanya agak berbeda, ya!

3. Seberapa banyak ASI transisi yang diproduksi?

ilustrasi ASI (freepik.com/rawpixel.com)
ilustrasi ASI (freepik.com/rawpixel.com)

Saat bayi bertambah besar, kebutuhan gizinya pun meningkat. Tubuh ibu menyesuaikan dengan memproduksi ASI dalam jumlah yang jauh lebih banyak, bisa mencapai 600–700 ml dalam 24 jam! Bandingkan dengan kolostrum yang hanya keluar beberapa tetes di awal.

ASI transisi ini kaya akan lemak dan laktosa, yaitu gula alami yang penting untuk memberi energi ke bayi. Laktosa ini naik drastis dua atau tiga hari setelah bayi lahir.

Selain itu, ASI transisi juga mulai mengandung asam lemak rantai sedang (C10 dan C12) yang cepat diubah jadi energi dan punya efek antivirus.

Sementara itu, kadar sodium dan klorida dalam ASI akan menurun drastis sehingga ASI menjadi rendah garam dan lebih aman bagi ginjal bayi yang masih berkembang.

4. Faktor yang bisa memengaruhi produksi ASI transisi

Ada beberapa kondisi fisik dan medis yang bisa memengaruhi kelancaran produksi ASI transisi:

  • Riwayat operasi payudara: Operasi seperti pembesaran atau pengecilan payudara bisa memengaruhi jaringan kelenjar dan saluran ASI.

  • Masalah hormon: Gangguan seperti sindrom polikistik ovarium (polycystic ovarian syndrome/PCOS) atau masalah tiroid bisa mengganggu produksi ASI. 

  • Stres dan kurang tidur: Stres berlebihan dan kurang istirahat bisa menurunkan produksi ASI. Jadi, penting untuk istirahat dan minta bantuan dari orang-orang di rumah.

5. Hal-hal yang perlu diwaspadai saat produksi ASI transisi

Berikut ini beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam fase ASI transisi:

  • Pembengkakan payudara (engorgement): Saat ASI mulai keluar lebih banyak, payudara bisa terasa penuh, keras, dan nyeri. Susui bayi sesering mungkin dan pastikan pelekatan bayi sudah benar. Jika nyeri tak kunjung reda, segera konsultasikan ke tenaga kesehatan.

  • Penyesuaian suplai ASI: Tubuh sedang mempelajari seberapa banyak ASI yang dibutuhkan bayi. Menyusui sesering mungkin sangat membantu menyesuaikan suplai dengan kebutuhan bayi.

  • Perubahan warna feses bayi: Feses bayi akan berubah dari mekonium yang hitam lengket, jadi hijau kekuningan, lalu kuning cerah berbiji. Ini normal dan tanda bahwa bayi mendapatkan ASI dengan baik.

  • Let-down reflex: Kamu mungkin mulai merasakan sensasi geli atau kesemutan di payudara saat menyusui. Ini tanda bahwa ASI mulai mengalir dengan lancar, alias refleks let-down sudah bekerja dengan baik.

Kesimpulannya, ASI transisi adalah fase krusial antara kolostrum dan ASI matang. Meski tubuhmu bekerja keras menyesuaikan diri, tetapi banyak perubahan ini adalah hal yang normal dan sehat. Namun, kalau kamu merasa kesulitan, tidak nyaman, atau khawatir soal suplai ASI, jangan ragu untuk minta bantuan ke konselor laktasi. 

Referensi

"The 3 Stages Of Breast Milk & How They Support Your Baby." Brauer. Diakses pada Agustus 2025.
"What Is Transitional Milk?" Medela. Diakses pada Agustus 2025.
"Transitional Breast Milk: Stage — When Does It Begin & How Long It Lasts." MomJunction. Diakses pada Agustus 2025.
"Transitional Milk." The Lactation Collection. Diakses pada Agustus 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us