Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa yang Terjadi pada Tubuh ketika Bersin? Ini Prosesnya!

ilustrasi hidung tersumbat (pexels.com/cottonbro)

Bersin merupakan respons alami ketika tubuh ingin mengeluarkan sesuatu atau benda asing yang menggelitik hidung. Ini bisa berupa debu, serbuk sari, polusi udara, flu, alergi, atau lainnya. Bisa dibilang, bersin adalah proses untuk melindungi tubuh dari alergen, kuman, atau iritan yang masuk  melalui hidung.

Bersin biasanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat, hanya sepersekian detik. Namun ternyata, ini melalui proses yang cukup panjang, bahkan, melibatkan beberapa organ tubuh. Apa saja yang terjadi pada tubuh ketika bersin? Yuk, simak penjelasannya berikut.

1. Apa yang terjadi pada tubuh ketika bersin?

ilustrasi menahan napas (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Secara definisi, bersin adalah semburan udara yang tiba-tiba, kuat, dan tidak terkendali melalui hidung dan mulut, seperti dilansir laman The Hill. ‘Semburan’ ini dimulai ketika hidung merasakan sensasi geli dan menggelitik yang membuat ujung saraf hidung bereaksi. Ujung saraf hidung kemudian mengirimkan sinyal ke otak untuk memberi tahu bahwa ada sesuatu yang mengiritasi lapisan hidung dan harus disingkirkan.

Otak menerima sinyal dan meneruskannya ke pusat bersin di medula lateral. Ketika sinyal ini sudah mencapai ambang kritis, maka akan menciptakan refleks bersin. Refleks bersin akan memicu terjadinya rentetan proses dalam tubuh, seperti pengambilan napas dalam-dalam dan tertahan secara tiba-tiba, otot dada (diafragma) mengencang dan berkontraksi, hingga peningkatan tekanan di paru-paru.

Saat diafragma berkontraksi, glotis (bagian pangkal tenggorokan pada pita suara) menutup sebagian saluran mulut. Ini menyebabkan udara keluar dari hidung dan beberapa sisanya keluar dari mulut. Kondisi ini juga meningkatkan tekanan dalam paru-paru.

Saat tekanan di paru-paru meningkat, akan memunculkan refleks untuk memejamkan mata, menekan langit-langit mulut, dan melepaskan tekanan (semburan) dengan spontan. Bersin terjadi dengan semburan udara yang kuat dan tidak beraturan. Di mana ini melibatkan otot wajah, tenggorokan, dan dada.

2. Bersin dapat menyebarkan kuman hingga jarak beberapa meter

ilustrasi bersin (pexels.com/Edward Jenner)

Tekanan yang kuat saat bersin, menyebabkan mulut dan hidung mengeluarkan semburan yang cepat dan jauh. Semburan ini mengandung lendir atau cairan hingga kuman. Menurut laman Science Focus, bersin terjadi dengan kecepatan hingga 160km/jam dan terjadi sekitar 150 milidetik, sangat singkat dan cepat.

Sementara itu, American Lung Association juga menambahkan, bersin dapat menghasilkan lebih dari 100.000 tetesan. Hal ini juga bisa menyebarkan kuman hingga hampir 25 kaki atau 7 meter jauhnya. Oleh sebab itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit merekomendasikan untuk selalu menutup hidung dan mulut saat bersin menggunakan lekukan siku, bukan tangan, karena proses ini merupakan cara termudah untuk menyebarkan kuman dari orang ke orang.

3. Apa yang terjadi ketika menahan bersin?

ilustrasi hidung gatal (pexels.com/Brandon Nickerson)

Menurut studi dalam jurnal Computer in Biology and Medicine tahun 2016 yang mempelajari tingkat tekanan selama bersin, dilaporkan bahwa tingkat tekanan di tenggorokan seorang perempuan yang sedang bersin sebesar 1 psi. Ketika ia menghembuskan napas dengan keras saat melakukan aktivitas berat, tekanan tenggorokan jauh lebih kecil, hanya sekitar 0,03 psi. Sementara itu, ketika ia menahan bersin, tekanan di sistem pernapasannya meningkat hingga 5 sampai 24 kali lebih tinggi daripada tekanan yang disebabkan oleh bersin itu sendiri.

Oleh sebab itu, para ahli menjelaskan bahwa menahan bersin justru dapat menimbulkan cedera. Di mana cedera bisa terjadi mulai ringan hingga serius. Beberapa cedera yang bisa terjadi akibat menahan bersin, termasuk:

  • Rusaknya pembuluh darah pada mata dan hidung
  • Infeksi telinga karena kotoran yang harus dikeluarkan saat bersin mungkin saja masuk kembali dan berpindah ke saluran telinga tengah yang terhubung dengan hidung.
  • Fraktur. Meski kecil kemungkinannya, namun menahan bersin juga berisiko menyebabkan fraktur atau patah tulang di area tertentu yang mendapatkan tekanan. Misal, saat seseorang yang ingin bersin menutup tenggorokannya, tekanan di dada yang tertahan bisa menyebabkan patah tulang rusuk.
  • Pecahnya aneurisma otak. Aneurisma otak adalah pelebaran pembuluh darah arteri akibat melemahnya bagian dinding pembuluh darah. Tingginya tekanan saat bersin yang ditahan juga bisa menyebabkan kondisi ini. Aneurisma bisa berakibat fatal jika tidak diobati.
  • Pecahnya gendang telinga. Tekanan yang tinggi di dalam tubuh akibat bersin juga dapat berpindah ke area tubuh lain ketika bersin ditahan. Ini bisa berpindah ke telinga karena hidung dan telinga terhubung oleh saluran eustachius. Tekanan ini juga bisa menyebabkan pecahnya gendang telinga.
  • Sakit tenggorokan atau leher. Menahan bersin juga dapat menyebabkan sakit tenggorokan atau leher yang parah hingga kesulitan makan dan berbicara. Kasus seperti ini pernah dilaporkan dalam beberapa studi ilmiah. Ini dikarenakan tekanan bersin yang tertahan telah menyebabkan ruptur faring.

Bersin merupakan refleks alami yang terjadi pada tubuh ketika ada benda asing masuk melalui saluran pernapasan bagian atas. Proses terjadinya sangat singkat, tetapi melalui berbagai proses yang kompleks. Ini melibatkan hidung, tenggorokan, perut, hingga otak. Hal ini juga menghasilkan tekanan yang tinggi dalam tubuh sehingga menahannya bisa berisiko bahaya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi wahyu intani
EditorDwi wahyu intani
Follow Us