Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Benarkah Suka Marah-Marah Bikin Hipertensi?

Perempuan sedang marah (pexels.com/Liza Summer)
Intinya sih...
  • Kamu mungkin pernah mendengar bahwa sering marah-marah bisa menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
  • Saat mendapatkan ledakan energi, pembuluh darah akan menegang, yang menyebabkan tekanan darah melonjak. Jika kondisi ini sering terjadi, ini dapat menyebabkan kerusakan pada dinding arteri yang bisa memicu tekanan darah tinggi.

Kita semua sering mendengar saran tentang manajemen emosi negatif, seperti kemarahan, kesedihan, kecemasan, dan sebagainya. Pastinya, ada alasan kenapa kita harus mengelola emosi. Salah satu alasannya adalah karena emosi yang kita rasakan berpengaruh terhadap kesehatan.

Tidak ada orang yang seumur hidupnya hanya merasakan kebahagiaan dan tidak pernah merasakan emosi negatif. Namun, kita perlu berusaha untuk meminimalkan datangnya emosi negatif. Sebab, emosi negatif yang berkepanjangan bisa memicu berbagai masalah kesehatan.

Misalnya, kamu mungkin pernah mendengar bahwa sering marah-marah bisa menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Namun, apa benar ini didukung bukti ilmiah?

1. Bagaimana tekanan darah diukur?

Tekanan darah dinyatakan dalam pengukuran dengan dua angka, satu angka sistolik dan satu lagi diastolik.

Misalnya 120/80 mm Hg. Angka 120 adalah tekanan darah sistolik yang mewakili tekanan di pembuluh darah saat jantung berkontraksi, sedangkan 80 mewakili tekanan darah diastolik, yaitu tekanan pembuluh darah di antara kontraksi jantung, saat pembuluh darah berelaksasi.

2. Penelitian seputar hubungan antara tekanan darah dan emosi

ilustrasi tekanan darah (pixabay.com/Thomas H. from)

Pada sebuah studi tahun 2022, tim peneliti menunjukkan bahwa laki-laki dengan hipertensi esensial (jenis tekanan darah tinggi yang tidak disebabkan oleh kondisi medis tertentu) lebih sering mengenali ekspresi marah ketika mereka melihat wajah orang lain.

Studi tersebut melibatkan 145 laki-laki dengan hipertensi dan normotensi (tekanan darah normal), yang mana para peneliti menyajikan gambaran berbeda tentang orang yang sedang marah. Namun, gambar-gambar tersebut tidak hanya menampilkan kemarahan, melainkan gabungan kemarahan dengan salah satu dari tiga emosi lainnya: ketakutan, kebahagiaan, dan kesedihan. 

Laki-laki dengan hipertensi lebih sering mengenali kemarahan dibandingkan emosi lainnya. Jadi, mereka melebih-lebihkan kemarahan yang terlihat di wajah orang lain dibandingkan dengan kelompok kontrol yang sehat.

Kemarahan berlebihan yang ditunjukkan oleh orang lain tampaknya memengaruhi apakah sifat kemarahan yang tinggi berkontribusi terhadap peningkatan tekanan darah seiring waktu. Oleh sebab itu, faktor interpersonal tampaknya memainkan peran dalam hipertensi esensial.

3. Efek fisik dari kemarahan

Kemarahan memicu respons "lawan atau lari" tubuh. Ketika hal itu terjadi, hormon stres, termasuk adrenalin dan kortisol, akan mempercepat detak jantung dan pernapasan.

Saat mendapatkan ledakan energi, pembuluh darahmu akan menegang, yang menyebabkan tekanan darah melonjak. Sayangnya, jika kondisi ini sering terjadi, ini dapat menyebabkan kerusakan pada dinding arteri yang bisa memicu tekanan darah tinggi.

4. Aktivitas yang mengurangi stres dapat membantu menurunkan tekanan darah

ilustrasi meditasi untuk mengelola stres (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Intervensi terapeutik seperti ini penting karena obat penurun tekanan darah hanya mengatasi dampak hipertensi, tetapi tidak mengatasi penyebab potensial. Selain itu, hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular.

Karenanya, penting bagi orang dengan hipertensi untuk melakukan manajamen stres. Menghilangkan stres dapat membantu meningkatkan kesehatan dengan berbagai cara, seperti membuat pilihan makan yang lebih sehat, lebih semangat melakukan aktivitas fisik, dan memperbaiki kinerja jantung.

5. Aktivitas untuk mengelola stres

Berikut strategi yang dapat kamu lakukan untuk mengelola stres:

  • Sesuaikan jadwal. Jika kamu memiliki terlalu banyak hal yang harus dilakukan, buatlah daftar tugas. Jika perlu, minta orang lain untuk melakukan beberapa hal. Kurangi waktu untuk aktivitas yang tidak penting. 
  • Latihan pernapasan. Saat sedang panik, detak jantung dan pernapasanmu menjadi lebih cepat. Menarik napas dalam-dalam dan perlahan dapat membantumu menjadi lebih rileks.
  • Berolahraga secara teratur. Aktivitas fisik dapat meredakan stres. Namun, untuk kamu yang memiliki masalah tekanan darah tinggi, mintalah saran dari dokter seputar aktivitas apa saja yang aman untukmu dan yang perlu kamu hindari.
  • Praktikkan yoga dan meditasi. Yoga dan meditasi membantu tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks dan mengurangi ketegangan.
  • Tidur yang cukup. Kurang tidur dapat membuat masalah tampak lebih buruk.
  • Ubah caramu melihat tantangan. Saat menghadapi masalah, terimalah perasaan terhadap suatu situasi, kemudian temukan cara untuk mengatasinya.

Jadi, salah satu cara terpenting untuk menjaga kesehatan adalah dengan menjaga emosi. Baik kamu dalam keadaan hipertensi atau normotensi, penting untuk menjaga suasana hati tetap baik dan menghindari kemarahan.

Referensi

Auer, Alisa, Roland Von Känel, dkk. “Do Hypertensive Men Spy With an Angry Little Eye? Anger Recognition in Men With Essential Hypertension - Cross-sectional and Prospective Findings.” Annals of Behavioral Medicine 56, no. 9 (March 22, 2022): 875–89.
"Anger - how it affects people." Better Health. Diakses Juni 2024. 
"High Blood Pressure May Contribute to Neurotic Behavior in Some People." Healthline. Diakses Juni 2024. 
"Stress and high blood pressure: What's the connection?" Mayo Clinic. Diakses Juni 2024. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mayang Ulfah Narimanda
Nurulia R F
3+
Mayang Ulfah Narimanda
EditorMayang Ulfah Narimanda
Follow Us