Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bukan Mager, Obesitas Lebih Sering Dipicu Pola Makan Tinggi Kalori

ilustrasi konsumsi junk food (pexels.com/Tim Samuel)
ilustrasi konsumsi junk food (pexels.com/Tim Samuel)
Intinya sih...
  • Penelitian menemukan, akar masalah obesitas modern bukan semata kurang gerak, tetapi pola makan yang terlalu tinggi kalori dan didominasi makanan ultra proses.
  • Dalam studi ini, ditemukan korelasi langsung, yaitu makin tinggi konsumsi makanan ultra proses, semakin tinggi pula persentase lemak tubuh.
  • Orang-orang yang tinggal di negara maju cenderung memiliki massa tubuh, persentase lemak tubuh, dan IMT yang lebih tinggi.

Obesitas dan kelebihan berat badan masih jadi masalah kesehatan global yang serius, khususnya di Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat kondisi ini berkaitan dengan berbagai penyakit, mulai dari jantung, diabetes, hingga kanker dan gangguan saraf. Selama ini, gaya hidup malas gerak alias sedentary lifestyle sering dituduh sebagai biang keroknya. Namun, bagaimana faktanya?

Sebuah studi terbaru yang terbit dalam jurnal PNAS menantang asumsi tersebut. Para peneliti menyebut, penyebab utama kenaikan berat badan justru bukan kurangnya aktivitas fisik, melainkan pola makan tinggi kalori. Ini menjadi alarm penting, apalagi di era serba instan dan makanan cepat saji yang makin gampang diakses.

Apakah obesitas lebih dipengaruhi oleh jenis makanan atau tingkat aktivitas fisik?

Studi ini melibatkan 4.213 orang dewasa dari 34 populasi di enam benua. Para peneliti mencoba menjawab pertanyaan klasik: apakah obesitas lebih dipengaruhi oleh jenis makanan atau tingkat aktivitas fisik?

Menariknya, mereka melibatkan beragam gaya hidup, mulai dari pemburu-peramu, petani, hingga masyarakat urban di negara maju. Untuk mengukur obesitas, mereka tak hanya mengandalkan indeks massa tubuh (IMT), tetapi juga persentase lemak tubuh. Menurut penelitian, angka ini lebih mencerminkan proporsi lemak dalam total berat badan.

Tim peneliti juga menghitung tiga jenis pengeluaran energi:

  • Total Energy Expenditure (TEE), atau total energi harian yang dibakar tubuh, diukur dengan metode air berlabel ganda yang sangat akurat.

  • Basal Energy Expenditure (BEE), energi minimum yang dibutuhkan tubuh saat istirahat total, dihitung lewat pengukuran langsung atau dari ukuran tubuh.

  • Active Energy Expenditure (AEE), yang dihitung dari selisih antara TEE dan BEE, dikurangi sekitar 10 persen untuk energi yang dipakai mencerna makanan.

Dengan pendekatan ini, para peneliti ingin tahu seberapa besar kontribusi aktivitas harian terhadap obesitas jika dibandingkan dengan apa yang dikonsumsi. Hasilnya cukup mengejutkan!

Obesitas bukan cuma karena kurang gerak

ilustrasi perempuan makan junk food (freepik.com/studioredcup)
ilustrasi perempuan makan junk food (freepik.com/studioredcup)

Hasil studi menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di negara maju cenderung memiliki massa tubuh, persentase lemak tubuh, dan IMT yang lebih tinggi. Ini artinya mereka lebih rentan obesitas. Namun uniknya, total energi yang mereka keluarkan setiap hari juga lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat tradisional.

Kenapa bisa? Peneliti William Holland menjelaskan bahwa meskipun masyarakat tradisional melakukan lebih banyak aktivitas fisik, tetapi perbedaan pengeluaran energi tidak sebesar yang kita bayangkan.

Intinya, orang-orang di negara maju bukan berarti lebih malas atau kurang aktif. Tubuh mereka yang lebih besar secara alami butuh lebih banyak energi. Masalahnya, asupan kalori mereka jauh lebih tinggi dari kebutuhan, terutama dari makanan ultra proses yang padat kalori. Jadi, bukan cuma soal gerak, tetapi juga seberapa banyak dan jenis makanan apa saja yang masuk ke dalam perut.

Makanan ultra proses tingkatkan risiko obesitas

Setelah membandingkan pola pengeluaran energi dari berbagai populasi, para peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan asupan kalori menjadi faktor utama yang menghubungkan obesitas dengan perkembangan ekonomi.

Artinya, makin makmur sebuah negara, makin tinggi pula risiko obesitas. Ini bukan karena malas bergerak, tetapi karena makan terlalu banyak dan terlalu "mudah." Salah satu penyebabnya adalah makanan ultra proses yang lazim ditemui di negara maju. Jenis makanan ini sangat padat energi, mudah dicerna, dan sering kali dirancang agar sulit ditolak. Jenis makanan ini mengundang kamu untuk makan lebih banyak tanpa disadari.

Selain itu, proses industri membuat tubuh bisa menyerap kalori dari makanan ini dengan lebih efisien, sehingga sedikit sekali yang terbuang.

Dalam studi ini, ditemukan korelasi langsung, yaitu makin tinggi konsumsi makanan ultra proses, semakin tinggi pula persentase lemak tubuh.

Penelitian menemukan bahwa akar masalah obesitas modern bukan semata kurang gerak, tetapi pola makan yang terlalu tinggi kalori dan didominasi makanan ultra proses. Mengubah gaya hidup tidak hanya berolahraga lebih sering, tetapi juga memilih makanan yang lebih minim proses dan bergizi.

Referensi

McGrosky, Amanda, Amy Luke, Leonore Arab, Kweku Bedu-Addo, Alberto G. Bonomi, Pascal Bovet, Soren Brage, et al. “Energy Expenditure and Obesity Across the Economic Spectrum.” Proceedings of the National Academy of Sciences 122, no. 29 (July 14, 2025).

"For weight loss, diet may matter more than exercise". Medical News Today. Diakses pada Juli 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us