Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Cara Jitu Mencegah Vaginosis Bakterialis, Perempuan Wajib Tahu!

ilustrasi cara mencegah vaginosis bakterialis (freepik.com/Freepik)
ilustrasi cara mencegah vaginosis bakterialis (freepik.com/Freepik)
Intinya sih...
  • Vaginosis bakterialis dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada vagina seperti gatal, bau tidak sedap, keputihan, dan buang air kecil yang menyakitkan.
  • Praktik seks aman dengan menggunakan kondom dan hindari penggunaan kondom atau pelumas beraroma untuk mencegah penyebaran vaginosis bakterialis.
  • Mengenakan celana dalam berbahan nilon atau ketat dapat membatasi sirkulasi udara di area vagina sehingga rentan terkena infeksi. Menghindari douching juga penting untuk menjaga keseimbangan alami vagina.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Vaginosis bakterialis merupakan infeksi vagina akibat ketidakseimbangan bakteri di vagina. Ini merupakan kondisi yang cukup umum dan memicu gejala, seperti gatal pada vagina, bau tidak sedap, keputihan, dan buang air kecil yang menyakitkan.

Vaginosis bakterialis dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi lebih sering dialami perempuan yang aktif secara seksual dan masih dalam masa subur.

Vaginosis bakterialis kadang bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, jauh lebih baik untuk menemui dokter jika menemukan gejala untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Vaginosis bakterialis adalah kondisi yang dapat dicegah. Mau tahu bagaimana caranya? Simak terus artikel ini sampai habis, ya!

1. Gunakan perlindungan saat berhubungan seksual

Selalu praktikkan seks aman dengan menggunakan kondom. Menggunakan kondom dan/atau pelumas berbahan dasar air selama berhubungan seksual dapat membantu mencegah penyebaran vaginosis bakterialis. Penting juga untuk tidak bergonta-ganti pasangan seksual guna menghindari infeksi menular seksual (IMS).

Hindari kondom atau pelumas beraroma karena mengandung gula dan bahan kimia yang dapat mengubah pH vagina secara signifikan. Saat memilih pelumas, gunakan produk berbahan dasar air. Pelumas berbahan dasar minyak dapat mempercepat penurunan ikatan kimia dalam lateks dan menyebabkan kondom rusak.

2. Jangan pakai celana dalam berbahan nilon atau celana yang basah

ilustrasi celana yoga (pixabay.com/lograstudio)
ilustrasi celana yoga (pixabay.com/lograstudio)

Mengenakan celana dalam berbahan nilon atau celana ketat dapat membatasi sirkulasi udara di area vagina. Ini dapat membuat area vagina selalu lembap sehingga rentan terkena jamur dan infeksi kulit lainnya. 

Selain itu, untuk mencegah infeksi vagina yang disebabkan oleh pakaian, jangan menggunakan celana yang basah sepanjang hari. Ganti celana sesegera mungkin setelah kamu berkeringat dan kenakan pakaian yang longgar.

3. Jangan melakukan douching

Douching menghilangkan keseimbangan alami vagina, yang akan berdampak negatif pada kesehatan vagina. Bahkan, jika kamu sudah terkena vaginosis bakterialis, douching dapat memperburuknya. 

Vagina dapat membersihkan dirinya sendiri, jadi kamu tidak perlu membersihkan bagian dalam vagina menggunakan douching. Mencuci vulva dengan sabun lembut tanpa pewangi atau air biasa sudah sangat cukup untuk membersihkan vagina.

4. Bersihkan area intim dengan sabun lembut atau tanpa sabun

ilustrasi air keran (pexels.com/Nithin PA)
ilustrasi air keran (pexels.com/Nithin PA)

Membersihkan area kewanitaan dengan sabun dapat mengubah flora vagina dan membantu memfasilitasi infeksi. Utamanya jika kamu menggunakan sabun beraroma, minyak mandi, dan mandi busa, yang semuanya mengandung bahan kimia yang dapat mengiritasi vagina.

Kamu disarankan untuk membersihkan area intim dengan mencucinya menggunakan air biasa dan tangan. Jika ingin menggunakan sabun, pilihlah sabun yang lembut dan tidak mengandung pewangi.

5. Bersihkan area pribadi dari depan ke belakang

Setelah buang air kecil, seka dari depan vagina ke belakang. Ini akan mencegah bakteri berbahaya menumpuk di vagina. 

Setelah selesai, ambil selembar tisu untuk membersihkan anus, mulai dari perineum dan usap ke belakang di antara bokong. Melakukan ini dapat mencegah masuknya bakteri ke vagina.

6. Hindari IUD

ilustrasi IUD (unsplash.com/Reproductive Health Supplies Coalition)
ilustrasi IUD (unsplash.com/Reproductive Health Supplies Coalition)

Intrauterine devices (IUD) atau KB IUD atau KB spiral merupakan bentuk kontrasepsi yang efektif, tetapi mungkin perlu dihindari oleh orang yang berulang kali terkena vaginosis bakterialis.

Sebuah studi tahun 2012 menyimpulkan bahwa pengguna KB IUD yang mengalami perdarahan tidak teratur dan ketidakseimbangan flora vagina dua kali lebih mungkin mengembangkan vaginosis bakterialis dibandingkan perempuan yang menggunakan jenis kontrasepsi lain.

Kabar baiknya, ada banyak pilihan kontrasepsi lain. Kamu bisa berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk mendapatkan pilihan kontrasepsi yang efektif untukmu.

7. Kenakan celana dalam berbahan katun

Bakteri tumbuh subur di tempat yang memiliki suhu hangat dan lembap. Mengenakan celana dalam berbahan nilon dapat memerangkap panas dan kelembapan, menciptakan lingkungan yang sempurna untuk infeksi bakteri.

Yang terbaik adalah mengenakan pakaian dalam katun. Kain katun memungkinkan udara mengalir dengan bebas untuk mencegah infeksi dengan lebih baik. Selain itu, mengenakan pakaian longgar memungkinkan udara bersirkulasi di sekitar jaringan yang meradang sehingga meredakan rasa gatal dan ketidaknyamanan.

Vaginosis bakterialis adalah infeksi yang umum, tetapi melakukan tindakan pencegahan dapat mengurangi risiko terkena kondisi ini. Meskipun terkadang dapat hilang dengan sendirinya, tetapi sangat penting untuk menghubungi dokter jika kamu mengalami vaginosis bakterialis berulang.

Referensi

"Bacterial Vaginosis Is Extremely Common — Here’s What You Need to Know." Healthline. Diakses April 2025.
"6 contributors to bacterial vaginosis." Mayo Clinic Health System. Diakses April 2025.
"What is bacterial vaginosis?" Planned Parenthood. Diakses April 2025.
"How to Stop Bacterial Vaginosis From Recurring Again." Verywell Health. Diakses April 2025.
Tessa Madden et al., “Risk of Bacterial Vaginosis in Users of the Intrauterine Device,” Sexually Transmitted Diseases 39, no. 3 (December 10, 2011): 217–22, https://doi.org/10.1097/olq.0b013e31823e68fe.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Eka Amira Yasien
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us