Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi Ungkap Faktor Penting Pencegahan Bunuh Diri di Indonesia

ilustrasi suicidal thought atau pikiran bunuh diri (unsplash.com/Stormseeker)

Bunuh diri atau memiliki pikiran ingin mati (suicidal thought) merupakan isu kesehatan serius saat ini. Sayangnya, Indonesia tidak memiliki strategi pencegahan bunuh diri resmi secara nasional.

Ini menjadi latar belakang tim peneliti Indonesia mulai mengembangkan strategi pencegahan bunuh diri pada tahun 2021. Percobaan strategi ini akhirnya berhasil diterbitkan dalam jurnal The Lancet Regional Health - Southeast Asia. Berikut beberapa temuan penting dari penelitian tersebut.

1. Beberapa aspek yang dilihat dalam penelitian

ilustrasi penelitian (unsplash.com/Scott Graham)

Upaya nasional ini dipimpin oleh komite kepemimpinan yang dinasehati oleh Kementerian Kesehatan dan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Penelitian ini menggunakan data dari berbagai sumber termasuk WHO, data polisi, survei administrasi regional, dan daftar kematian.

Selama masa analisis, tim peneliti menginvestigasi risiko, faktor pencegah, serta faktor budaya yang berkaitan dengan bunuh diri.

Mereka juga melihat berbagai aspek lain termasuk sistem dan peran perawatan kesehatan, infrastruktur dan kapasitas penelitian bunuh diri, upaya saat ini, serta bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi. 

2. Data terkait bunuh diri masih sulit ditemukan di Indonesia

ilustrasi hidup sendiri (unsplash.com/Nik Shuliahin)

Temuan menarik pertama dari penelitian ini adalah data mengenai bunuh diri di Indonesia masih sangat kurang.

Individu yang mencoba bunuh diri tidak bisa mengklaim asuransi dari BPJS. Umumnya, dokter akan menghilangkan indikasi niat bunuh diri agar pasien bisa mengakses asuransi dari BPJS. Ini akhirnya mengganggu pemantauan kasus bunuh diri berbasis data register.

Selain itu, kontinuitas, koordinasi, dan adaptasi yang ketat dari sebagian besar upaya pencegahan bunuh diri masih dinilai kurang. Pendanaan yang tidak konsisten untuk pencegahan bunuh diri juga membuat hotline bunuh diri tidak dilanjutkan.

Untuk aspek akademik, penelitian masih sedikit dan ulasan literatur lokal sulit diakses karena tidak memiliki indeks dengan benar dalam database. Oleh sebab itu, pengetahuan spesifik terkait bunuh diri di Tanah Air tidak dapat diakses.

3. Keluarga dan agama menjadi faktor pencegah orang bunuh diri

ilustrasi keluarga (IDN Times/Mardya Shakti)

Investigasi tim peneliti menemukan bahwa keluarga dan agama memiliki kaitan yang kompleks dengan bunuh diri. Individu sering kali menyebutkan bahwa keluarga menjadi penyebab bunuh diri, tetapi keluarga juga bisa menjadi pencegah seseorang melakukan bunuh diri.

Demikian pula dengan agama, beberapa individu mengatakan bahwa keyakinan yang dianut telah menghentikan mereka untuk bunuh diri dan membantu orang lain untuk mencari bantuan.

Menurut peneliti, ini berhubungan dengan moralisasi bunuh diri dari aspek agama. Karena bunuh diri dianggap sebagai dosa besar, ini menjadi penghalang tindakan tersebut untuk beberapa orang.

4. Perlunya tim pengembangan dan validasi daftar bunuh diri

ilustrasi penelitian (pexels.com/Fauxels)

Berlandaskan temuan tersebut, tim peneliti memiliki beberapa rekomendasi terkait pencegahan bunuh diri yang bisa dilakukan di Indonesia.

Yang pertama adalah pengembangan dan validasi daftar bunuh diri. Tim peneliti menyarankan untuk membentuk registri khusus baru untuk menyusun dan menyelidiki catatan dari polisi serta rumah sakit.

Kedua, tim peneliti menyarankan untuk membentuk sebuah badan yang bertanggung jawab untuk mengawasi implementasi dan evaluasi upaya pencegahan bunuh diri. Disebutkan dalam penelitian tersebut bahwa pembentukan Asosiasi Indonesia untuk Pencegahan Bunuh Diri sedang dilakukan. 

5. Peran agama dalam pencegahan bunuh diri

ilustrasi masjid (unsplash.com/Sid Balachandran)

Mengingat besarnya peran agama di Indonesia dan kaitannya yang kompleks dengan bunuh diri, tim peneliti menyarankan organisasi keagamaan untuk mengambil peran sentral dalam pencegahan bunuh diri. 

Misalnya, pendekatan agama terhadap destigmatisasi topik bunuh diri. Ini dapat dilakukan melalui pernyataan pemimpin agama dengan yang didukung dengan pembenaran teologis.

Selain itu, pemimpin agama setempat dapat menggunakan platform dan forum mereka untuk mendorong diskusi terbuka tentang kesehatan mental. Pemimpin agama juga bisa menjadi pendukung utama dalam pencegahan bunuh diri, seperti dalam pengumpulan data dan implementasi penelitian berbasis bukti lokal.

6. Rekomendasi lanjutan pencegahan bunuh diri

ilustrasi stres (unsplash.com/Christian Erfurt)

Adapun beberapa rekomendasi lain untuk strategi pencegahan bunuh diri di Indonesia. Ini meliputi:

  • Pelatihan pencegahan bunuh diri yang diadaptasi untuk dokter dan awam.
  • Mengintegrasikan perspektif pengalaman hidup ke dalam semua bidang pencegahan bunuh diri.
  • Menekankan pendekatan berbasis keluarga dan komunitas dalam mencegah bunuh diri.

Mengingat kuatnya pengaruh budaya di Indonesia, penelitian harus fokus pada pemahaman konteks unik Indonesia dan mengevaluasi upaya yang dilakukan secara lokal. 

Strategi pencegahan bunuh diri di Indonesia memiliki berbagai tantangan unik, termasuk ketersediaan data yang tidak lengkap. Diperlukan badan khusus untuk mengumpulkan dan mengevaluasi data tentang bunuh diri di Indonesia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Rifki Wuda Sudirman
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us