Kenapa Kaki Gemetar Setelah Mendaki? Ini 6 Penyebab Umumnya

Mendaki gunung memang menyenangkan, apalagi kalau berhasil mencapai puncak dengan selamat. Namun, pernah tidak, selama atau setelah perjalanan, tiba-tiba kakimu gemetar tanpa sebab yang jelas?
Lantas, sebenarnya kenapa kaki gemetar setelah mendaki? Apakah ini tanda kelelahan biasa atau ada sesuatu yang harus diwaspadai? Yuk, cari tahu penyebabnya biar kamu lebih siap di pendakian berikutnya!
Kenapa kaki gemetar setelah mendaki?
Kaki gemetar setelah mendaki sebetulnya merupakan kejadian yang sangat umum, terutama bagi pendaki pemula. Fenomena ini terkadang disebut dengan berbagai istilah unik seperti sewing machine leg, stitching, Elvis syndrome, hingga death wobbles. Berikut ini beberapa penyebab umum dan penjelasan mengapa kaki bisa gemetar saat atau setelah mendaki.
1. Kelelahan otot betis akibat posisi bertumpu pada bola kaki
Saat mendaki, terutama di posisi tertentu, kamu mungkin menumpukan berat badan di bagian depan kaki dengan tumit terangkat. Posisi ini dapat memberikan tekanan besar pada otot betis atau gastrocnemius yang berperan penting untuk menopang tubuh. Berat badan yang tertumpu di bagian tanpa penopang tumit menyebabkan otot betis bekerja terus-menerus tanpa ada kesempatan untuk beristirahat. Akibatnya, otot menjadi lelah dan mulai mengalami tremor atau getaran.
Perlu dipahami, otot betis memiliki struktur yang disebut muscle spindles atau reseptor sensor otot. Bagian ini sensitif terhadap peregangan dan kontraksi. Ketika otot terlalu aktif karena beban berat dan tidak bergantian dengan relaksasi, saraf yang mengatur kontraksi otot ini pun terlalu aktif atau mengalami overfire. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kontraksi otot yang cepat dan berulang sehingga menghasilkan getaran yang tampak seperti kaki “menjahit” atau bergerak cepat naik turun.
2. Kurangnya siklus kontraksi dan relaksasi otot

Saat berjalan biasa otot kaki bergantian berkontraksi dan relaksasi melalui fase yang disebut push-off (kontraksi) dan swing-thru (relaksasi). Siklus ini memberikan waktu istirahat pada otot sehingga tidak cepat lelah.
Namun, ketika mendaki otot betis seringkali harus terus-menerus berkontraksi tanpa jeda karena beban berat dan gerakan kurang bergantian. Ketika siklus kontraksi dan relaksasi terganggu, otot mudah mengalami kelelahan dan bergetar.
3. Tekanan pada otot dan saraf yang memicu refleks tremor
Ketika otot lelah dan tegang, saraf yang mengontrol otot juga ikut terpicu. Saraf ini mengirim sinyal terus-menerus agar otot tetap aktif. Namun, ketika sinyal yang diberikan terlalu banyak dan tanpa jeda, otot justru menjadi bergetar.
Nah, tremor yang terjadi sebenarnya adalah mekanisme tubuh untuk mencegah kerusakan otot. Namun, jika berlebihan getaran ini bisa terasa sangat mengganggu dan membuat pendaki kesulitan mengendalikan kakinya.
4. Dehidrasi

Keseimbangan elektrolit sangat penting agar saraf dan otot bisa berfungsi dengan baik. Saat pendakian, terutama pada cuaca panas, kamu bisa kehilangan banyak cairan lewat keringat. Jika cairan tubuh berkurang signifikan, kamu bisa mengalami dehidrasi.
Perlu dipahami, dehidrasi dapat menyebabkan otot menjadi rentan kram dan bergetar karena gangguan fungsi saraf. Gejala dehidrasi lain yang mungkin muncul adalah rasa haus, urine berwarna gelap, pusing, lemas, dan kebingungan. Untuk itu, pastikan selalu bawa dan konsumsi air putih yang cukup selama mendaki, ya.
5. Kadar gula darah rendah atau hipoglikemia
Otot memerlukan glukosa sebagai sumber energi saat beraktivitas. Pendakian yang intens dan lama bisa menguras cadangan glukosa di tubuh sehingga menyebabkan gula darah turun drastis. Saat glukosa rendah, otot akan kehilangan bahan bakar dan mulai bergetar.
Selain kaki gemetar, tanda-tanda hipoglikemia lainnya adalah rasa lelah, lapar, sakit kepala, pusing, bingung, mudah marah, dan jantung berdebar. Jadi, pastikan kamu mengonsumsi makanan atau camilan bergizi sebelum dan selama pendakian untuk mencegah kondisi ini.
6. Konsumsi kafein berlebihan

Minuman seperti kopi, minuman olahraga, atau suplemen pre-workout sering dikonsumsi untuk menambah energi saat berolahraga. Namun, konsumsi kafein yang berlebihan bisa menyebabkan tangan dan kaki gemetar karena sistem saraf menjadi terlalu aktif.
Efek samping lain dari kafein yang berlebihan adalah detak jantung cepat, pusing, sulit tidur, mual, dan tekanan darah tinggi. Jika kamu merasa gemetar setelah minum kafein sesaat atau setelah pendakian, coba kurangi atau hindari dulu, ya.
Itulah beberapa alasan kenapa kaki gemetar setelah mendaki terjadi. Jangan lupa untuk selalu perhatikan teknik dan istirahat yang cukup agar kaki tetap kuat sepanjang pendakian, ya.
Referensi
"Why Do Your Legs Tremble Uncontrollably Sometimes When Rock Climbing?". The Straight Dope. Diakses Juni 2025.
"5 Reasons You May Feel Shaky After Working Out". Healthline. Diakses Juni 2025.