Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gejala Herpes dari yang Tersembunyi hingga yang Paling Jelas

Ilustrasi lepuhan di area mulut.
ilustrasi herpes simpleks (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Herpes bisa hadir tanpa gejala yang jelas, seperti luka atau gatal. Virus ini bisa aktif kapan saja, bahkan tanpa pemicu yang jelas.
  • Gejala herpes genital meliputi lepuhan kecil yang gatal atau nyeri di area genital, sulit buang air kecil, dan keluhan mirip flu.
  • Herpes oral umumnya tidak seberat herpes genital. Gejalanya berupa luka lepuh di bibir atau sekitar mulut, dan virus tetap ada di dalam tubuh.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Herpes adalah infeksi virus yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). Penyakit ini cukup umum terjadi, baik pada laki-laki maupun perempuan, dan sangat mudah menular melalui kontak antarindividu.

Ada dua jenis utama virus herpes simplex, yaitu:

  • HSV-1 yang biasanya menyebabkan herpes mulut (herpes oral).
  • HSV-2 yang umumnya memicu herpes genital (herpes genital/herpes kelamin).

Meski begitu, keduanya bisa saling menimbulkan gejala, baik di mulut maupun di area genital.

Herpes menampakkan diri melalui tanda dan gejala tertentu yang bisa dikenali. Pada herpes oral, keluhan biasanya muncul di dalam atau sekitar area mulut, sedangkan pada herpes genital gejalanya terlihat di sekitar organ genital.

Walau terdengar menakutkan, tetapi herpes umumnya bukan kondisi serius. Komplikasi jarang terjadi, dan meski hingga kini belum ada obat yang bisa menyembuhkan secara tuntas, tetapi gejalanya dapat dikelola melalui pengobatan dan perawatan yang tepat.

Herpes tidak selalu menimbulkan gejala

Herpes bisa jadi hadir tanpa satu pun gejala. Kamu atau pasangan mungkin tidak melihat luka, merasakan gatal, atau bahkan sadar sedang terinfeksi. Terkadang tanda-tandanya begitu ringan, misalnya mirip jerawat, rambut tumbuh ke dalam, atau gejala flu, sehingga mudah untuk diabaikan.

Gejala herpes bisa datang dan pergi tanpa pemberitahuan. Namun, jangan terkecoh, ini bukan berarti infeksinya hilang atau kamu tidak dapat menularkannya ke orang lain. Sekali herpes masuk ke dalam tubuh, virus ini akan menetap seumur hidup, bersembunyi di saraf, lalu bisa aktif kembali kapan saja, terkadang tanpa pemicu yang jelas. Karena itu, meski gejala ringan atau tak terlihat, kamu tetap bisa menularkannya ke orang lain dan perlu mengambil langkah pencegahan.

Gejala herpes genital

Gejala yang paling sering muncul pada herpes genital adalah sekumpulan lepuhan kecil yang gatal atau nyeri. Lepuhan ini bisa muncul di vagina, vulva, leher rahim, anus, penis, skrotum (buah zakar), bokong, atau bagian dalam paha. Seiring waktu, lepuhan akan pecah dan berubah menjadi luka terbuka.

Selain itu, kamu juga bisa mengalami:

  • Rasa perih saat buang air kecil, terutama jika urine mengenai luka herpes.
  • Sulit buang air kecil karena luka dan pembengkakan menutup saluran kemih.
  • Gatal di area genital.
  • Nyeri di sekitar alat kelamin.

Jika herpes genital disebabkan oleh HSV-2, gejalanya bisa disertai keluhan mirip flu, seperti:

  • Pembengkakan kelenjar getah bening di area panggul, tenggorokan, atau ketiak.
  • Demam.
  • Menggigil.
  • Sakit kepala.
  • Tubuh pegal dan lelah.

Episode kambuh (outbreak)

Saat lepuhan dan gejala herpes muncul, kondisi ini disebut outbreak. Episode pertama (disebut juga first episode atau initial herpes) biasanya terjadi 2–20 hari setelah terinfeksi, meski pada sebagian orang bisa saja baru muncul bertahun-tahun kemudian.

  • Outbreak pertama biasanya berlangsung 2–4 minggu.
  • Meski lepuhan sembuh, tetapi virus tetap tinggal di dalam tubuh dan bisa memicu luka baru.
  • Sangat umum mengalami outbreak berulang, terutama pada tahun pertama setelah terinfeksi.
  • Beberapa orang merasakan tanda peringatan sebelum outbreak muncul, seperti gatal, rasa terbakar, atau sensasi kesemutan di area genital.

Episode herpes kambuh memang tidak menyenangkan, dan biasanya episode pertama adalah yang paling berat. Kekambuhan berikutnya cenderung lebih singkat dan tidak terlalu nyeri. Seiring waktu, banyak orang makin jarang mengalami episode kambuh, bahkan ada yang terhenti sama sekali. Namun, pada orang dengan kondisi medis yang melemahkan sistem imun, seperti leukemia atau HIV, gejala herpes bisa lebih berat dan berlangsung lebih lama.

Gejala herpes oral

Seorang perempuan mengalami kekambuhan luka herpes di area bibir bagian atas.
ilustrasi herpes di mulut, herpes oral, atau herpes labialis (commons.wikimedia.org/Jojo)

Herpes oral umumnya tidak seberat herpes genital. Rasa nyerinya lebih ringan dan jarang membuat tubuh terasa sakit parah.

Gejala khasnya adalah luka lepuh di bibir atau sekitar mulut, yang dikenal sebagai cold sore, fever blister, atau herpes labialis. Kadang luka juga bisa muncul di dalam mulut, tetapi ini biasanya hanya terjadi pada episode-episode awal.

Luka herpes di mulut biasanya bertahan beberapa minggu, lalu sembuh dengan sendirinya. Namun, virus tetap ada di dalam tubuh, sehingga luka bisa muncul kembali setelah minggu, bulan, atau bahkan bertahun-tahun.

Cold sore memang mengganggu, tet api pada anak-anak maupun orang dewasa umumnya tidak berbahaya. Yang perlu diwaspadai, pada bayi baru lahir, infeksi herpes oral bisa sangat berbahaya dan membutuhkan perhatian medis segera.

Gejala yang kurang umum

Secara umum, infeksi herpes simpleks menyebabkan kekambuhan luka secara sporadis, sering kali dengan pemicu sebelumnya, seperti pilek, demam, atau stres, dan terkadang tanpa pemicu sama sekali.

Selain luka di kulit, infeksi herpes juga dapat menimbulkan gejala internal yang lebih jarang, antara lain:

  • Nyeri hebat di area luka: Luka herpes bisa menimbulkan rasa sakit yang intens, biasanya akibat gesekan berulang.
    • Pada HSV-1, luka bisa muncul di lidah dekat gigi, sehingga mudah teriritasi.
    • Pada HSV-2, luka bisa muncul di area yang sering bergesekan dengan pakaian, atau di bagian tubuh yang tertekan saat berjalan atau duduk, sehingga gejalanya terasa lebih berat.
  • Pembesaran dan nyeri kelenjar getah bening: Saat infeksi aktif, kelenjar di sekitar area terinfeksi bisa membengkak dan terasa sakit.
    • Kelenjar yang sering terlibat termasuk di leher, ketiak, dan lipat paha.
  • Gejala mirip flu: Infeksi herpes juga bisa memicu demam, nyeri otot, dan rasa lelah. Ini terjadi karena respons sistem imun tubuh terhadap virus HSV.

Gejala di area tubuh lain

Meski umumnya dikenal berbeda, HSV-1 (yang sering menyebabkan herpes di mulut) juga bisa muncul di area genital, sementara HSV-2 (yang biasanya menyebabkan herpes genital) bisa muncul di mulut. Kondisi ini biasanya terjadi akibat penularan melalui seks oral.

Kamu tidak akan bisa membedakan jenis virus herpes hanya dengan melihat lukanya, karena luka atau lepuh yang ditimbulkan oleh HSV-1 maupun HSV-2 tampak serupa.

Selain mulut dan genital, HSV-1 juga dapat menyerang bagian tubuh lain, seperti leher, lengan, atau dada. Gejalanya meliputi nyeri, gatal, serta munculnya lepuhan atau luka. Kondisi ini paling sering ditemukan pada atlet gulat, sehingga dikenal dengan istilah herpes gladiatorum.

Herpes di tenggorokan

Seorang perempuan memegang leher bagian depan dengan satu tangan.
ilustrasi sakit tenggorokan (freepik.com/kroshka__nastya)

HSV-1 maupun HSV-2 juga bisa mengenai tenggorokan, dikenal sebagai herpes esofagitis.

Berbeda dengan herpes di kulit, herpes esofagitis biasanya tidak menimbulkan tanda luar yang terlihat, tetapi dapat menyebabkan gejala seperti:

  • Sakit tenggorokan.
  • Nyeri dada.
  • Rasa perih atau iritasi saat menelan.

Kondisi ini kadang menjadi tanda bahwa sistem imun seseorang sedang lemah, misalnya akibat penyakit serius seperti diabetes, kanker, atau HIV.

Herpes di mata

Virus herpes simpleks, biasanya HSV-1, dalam beberapa kasus dapat menyebar ke mata dan menyebabkan infeksi mata. Kondisi ini sering muncul ketika virus yang sudah ada di tubuh aktif kembali setelah infeksi awal. Pemicu reaktivasi bisa terjadi secara acak, atau dipengaruhi oleh faktor seperti:

  • Penyakit lain yang sedang dialami.
  • Cedera pada mata.
  • Stres.

Gejala herpes pada mata di antaranya:

  • Mata merah.
  • Bengkak di sekitar mata.
  • Mata berair.
  • Nyeri pada mata.
  • Sensitivitas terhadap cahaya.
  • Penglihatan kabur.

Infeksi ini biasanya hanya menyerang satu mata, meskipun dalam kasus tertentu bisa mengenai keduanya.

Jika muncul tanda-tanda herpes pada mata, segera temui dokter. Tanpa penanganan yang tepat, komplikasi serius bisa terjadi, seperti:

  • Jaringan parut pada kornea.
  • Glaukoma, yang dapat merusak saraf optik dan berisiko menyebabkan kebutaan.
  • Kehilangan penglihatan, meski jarang terjadi.

Adakah perbedaan gejala herpes pada perempuan dan laki-laki?

Secara umum, tanda dan gejala herpes pada perempuan dan laki-laki hampir sama. Namun, khusus untuk herpes genital, lokasi munculnya lepuhan atau luka bisa berbeda.

Baik pada perempuan dan laki-laki dapat mengalami lepuhan atau luka di bokong, paha, dan anus.

Pada laki, gejala juga bisa muncul di penis dan buah zakar.

Pada perempuan, gejala bisa muncul di vagina, vulva, dan serviks.

Dalam kasus yang jarang, apabila luka di serviks terinfeksi, bisa terjadi servisitis, yaitu peradangan pada serviks.

Herpes pada ibu hamil dan bayi baru lahir

Ilustrasi ibu hamil sedang memegang perutnya.
ilustrasi ibu hamil (IDN Times/Novaya Siantita)

Jika perempuan terinfeksi HSV selama kehamilan, virus ini bisa menular ke bayi baru lahir, biasanya saat proses persalinan. Walaupun kasus ini jarang, tetapi herpes pada bayi baru lahir (herpes neonatal) dapat menimbulkan risiko serius bagi bayi.

Tanda-tanda infeksi herpes pada ibu hamil sama seperti pada orang yang tidak hamil. Risiko penularan ke bayi paling tinggi jika ibu baru pertama kali terinfeksi herpes pada akhir masa kehamilan, karena tubuh belum sempat membentuk antibodi untuk melawan virus.

Sebaliknya, perempuan yang sudah pernah terinfeksi sebelumnya (virus dalam keadaan laten tanpa kekambuhan) memiliki risiko yang sangat rendah menularkan virus ke bayinya.

Perlu diketahui, jika perempuan hamil mengalami infeksi herpes aktif menjelang waktu persalinan, biasanya dokter akan menyarankan operasi sesar sebelum ketuban pecah, untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi.

Tanda-tanda herpes pada bayi baru lahir yang harus diwaspadai dapat meliputi:

  • Bayi tampak lemas atau kurang bertenaga.
  • Mudah lelah.
  • Tubuh terasa lunglai (otot lemah).
  • Demam tinggi.
  • Tangisan bernada tinggi.
  • Sulit bernapas atau terdengar bunyi "grok-grok" saat bernapas.
  • Napas cepat.
  • Kulit dan lidah tampak kebiruan.
  • Ruam pada kulit.

Jika ada kecurigaan bayi mengalami herpes, segera bawa bayi ke dokter anak. Penanganan biasanya melibatkan obat antivirus yang diberikan melalui infus selama beberapa minggu.

Awal gejala muncul dan tanda peringatan

Episode pertama herpes biasanya muncul dalam rentang 2 hingga 20 hari setelah seseorang terinfeksi. Namun, tidak semua orang mengalami gejala. Faktanya, sebagian besar infeksi HSV bersifat asimtomatik (tanpa gejala) atau tidak dikenali.

Kesamaan gejala HSV-1 dan HSV-2

  • Tingkat keparahan: Luka herpes di mulut maupun herpes genital biasanya menimbulkan gejala yang lebih jelas dan berat pada infeksi pertama. Kekambuhan berikutnya umumnya lebih ringan.
  • Masa tanpa gejala: Setelah masuk melalui kulit, virus akan bergerak ke saraf dan “tidur” (dorman) sebelum aktif kembali. Masa tanpa gejala ini bisa berlangsung dalam hitungan minggu, bulan, bahkan bertahun-tahun.
  • Tanda peringatan reaktivasi: Sebelum kambuh, sering muncul nyeri, rasa terbakar, atau kesemutan di area yang terinfeksi. Gejala awal ini disebut gejala prodromal. Pada fase ini, seseorang sudah sangat menular, meski belum ada luka yang terlihat.

Lama gejala

  • Gejala herpes biasanya berlangsung 10–21 hari.
  • Episode pertama sering kali paling berat, bisa bertahan 2–4 minggu.
  • Kekambuhan berikutnya biasanya muncul di area yang sama, tetapi lebih ringan dan lebih singkat.
  • Sebagian orang bisa merasakan tanda-tanda kambuh beberapa jam hingga beberapa hari sebelumnya, seperti gatal, rasa terbakar, atau kesemutan di area genital.

Seberapa sering herpes bisa kambuh?

Jumlah kekambuhan herpes berbeda-beda pada setiap orang.

  • Rata-rata, herpes genital akibat HSV-2 mengalami 4–5 kali kambuh per tahun.
  • Pada herpes genital akibat HSV-1 rata-rata frekuensi kekambuhannya kurang dari satu kali per tahun.

Biasanya, tahun pertama setelah terinfeksi adalah periode dengan kambuh paling sering. Seiring waktu, banyak orang mendapati bahwa kekambuhan menjadi lebih jarang dan lebih ringan.

Faktor pemicu kekambuhan

Pemicu kambuhnya herpes sangat individual. Namun, seiring waktu, banyak orang belajar mengenali hal-hal yang membuat virus aktif kembali. Beberapa faktor yang bisa memicu episode kambuh antara lain:

  • Penyakit lain yang sedang dialami.
  • Pola makan buruk.
  • Stres emosional atau fisik.
  • Gesekan di area genital.
  • Paparan sinar ultraviolet berlebihan (misalnya saat liburan di pantai atau bermain ski sering memicu herpes oral).
  • Trauma pembedahan.
  • Penggunaan obat steroid (misalnya untuk asma).

Kabar baiknya, frekuensi kekambuhan bisa dikendalikan. Caranya:

  • Belajar mengelola stres dengan baik.
  • Istirahat cukup.
  • Menjaga pola makan sehat.
  • Rutin berolahraga.

Bagi orang yang mengalami kekambuhan sering, terapi supresif (obat antivirus yang diminum setiap hari) dapat menurunkan frekuensi kambuh hingga 80 persen.

Tidak semua orang dengan herpes akan menunjukkan gejala. Gejala eksternal biasanya berupa luka atau lepuhan di kulit/mukosa yang lebih mudah terlihat, sedangkan gejala internal sering kali tidak begitu jelas, tetapi bisa berupa nyeri di area yang terdampak, gejala mirip flu, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Temui dokter jika kamu merasa terpapar HSV atau curiga pasangan memilikinya. Lakukan tes untuk mengetahui apakah kamu terinfeksi herpes dan jenisnya. Diagnosis bukanlah akhir dari segalanya karena perawatan yang tepat dapat mengendalikan gejalanya.

Referensi

"Signs of Herpes." Ada Health. Diakses September 2025.

"What are the symptoms of herpes?" Planned Parenthood. Diakses September 2025.

"Herpes Simplex Virus." World Health Organization. Diakses September 2025.

Christine Johnston and Lawrence Corey, “Current Concepts for Genital Herpes Simplex Virus Infection: Diagnostics and Pathogenesis of Genital Tract Shedding,” Clinical Microbiology Reviews 29, no. 1 (November 12, 2015): 149–61, https://doi.org/10.1128/cmr.00043-15.

A. Sauerbrei, “Herpes Genitalis: Diagnosis, Treatment and Prevention,” Geburtshilfe Und Frauenheilkunde 76, no. 12 (October 18, 2016): 1310–17, https://doi.org/10.1055/s-0042-116494.

"How to Spot Herpes Symptoms." Verywell Health. Diakses September 2025.

"Patient education: Genital herpes (Beyond the Basics)" UpToDate. Diakses September 2025.

"Herpes Signs and Symptoms." American Sexual Health Association. Diakses September 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bayu D. Wicaksono
Nuruliar F
3+
Bayu D. Wicaksono
EditorBayu D. Wicaksono
Follow Us

Latest in Health

See More

7 Cara Melindungi Jantung dari Cuaca Panas

31 Okt 2025, 07:17 WIBHealth
ilustrasi batuk (freepik.com/Racool_studio)

Bolehkah Dahak Ditelan?

30 Okt 2025, 19:02 WIBHealth