Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

12 Penyebab Ingus Cair seperti Air, Normalkah?

ilustrasi penyebab ingus cair seperti air (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi penyebab ingus cair seperti air (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Intinya sih...
  • Pilek, alergi, dan infeksi virus adalah penyebab umum ingus cair seperti air.
  • Beberapa kondisi kesehatan lainnya, seperti rinitis kehamilan, makanan pedas, obat-obatan, dan COVID-19 juga dapat menyebabkan hidung meler.
  • Selain itu, menangis, sinusitis kronis, polip sinus, dan deviasi septum juga bisa menjadi penyebab hidung meler yang perlu diwaspadai.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap orang pasti pernah mengalami hidung meler (rhinorrhea). Paling sering ini disebabkan oleh pilek. Hidung meler ini mungkin hanya berlangsung singkat pada beberapa orang. Sementara pada orang lainnya, ini bisa berlangsung dalam waktu lama. Warna dan tekstur ingus yang keluar pun bisa bervariasi.

Dalam banyak kasus, ingus mungkin tampak kental dan berwarna putih, kekuningan, atau sedikit hijau. Namun, terkadang ingus tampak bening dan cair seperti air serta keluar terus-menerus.

Di bawah ini dipaparkan beberapa penyebab ingus cair seperti air dan kapan perlu waspada.

1. Pilek

Pilek adalah salah satu penyebab pilek yang paling sering. Terdapat lebih dari 200 jenis virus yang dapat menyebabkan pilek, tetapi paling sering adalah rhinovirus.

Saat pilek, cairan akan mengalir lebih mudah dari biasanya keluar dari pembuluh darah dan masuk ke hidung. Hidung meler biasanya dimulai dalam dua hingga tiga hari pertama setelah terpapar virus.

Lendir hidung biasanya dimulai encer dengan warna yang jernih, dan dapat berubah menjadi putih, kuning, atau bahkan hijau setelah beberapa hari.

Untuk merawatnya, cobalah membilas hidung dengan air untuk membersihkan lendir. Menggunakan dekongestan juga membantu meringankan rasa tersumbat.

2. Alergi

Alergi dapat memengaruhi banyak bagian tubuh. Alergi yang memengaruhi hidung disebut rinitis alergi. Diterangkan laman Healthline, pada rinitis alergi, sistem kekebalan bereaksi berlebihan terhadap sesuatu yang biasanya tidak berbahaya, seperti serbuk sari, jamur, atau bulu hewan peliharaan. 

Hal tersebut menyebabkan peradangan pada saluran hidung dan peningkatan produksi lendir. Ingus yang disebabkan oleh rinitis alergi sering kali encer dan bening. Ini bisa berlangsung selama pemicu alergi berada ada di lingkunganmu.

Selain pilek, gejala lain dari rinitis alergi, meliputi:

  • Bersin.
  • Hidung tersumbat.
  • Gatal, yang memengaruhi mata, hidung, dan tenggorokan.
  • Mata merah atau berair.
  • Kelopak mata tampak bengkak.
  • Batuk.
  • Lekas marah, terutama pada anak-anak.

3. Infeksi virus

ilustrasi hidung meler (pexels.com/Cottonbro Studio)
ilustrasi hidung meler (pexels.com/Cottonbro Studio)

Infeksi virus dapat menyerang jaringan hidung dan tenggorokan. Hidung bereaksi dengan menghasilkan lebih banyak lendir untuk membantu menjebak dan membersihkan partikel virus. Ini dapat menyebabkan hidung terus-menerus mengeluarkan ingus yang bening dan encer.

Beberapa gejala umum dari infeksi virus pernapasan, meliputi:

  • Hidung berair.

  • Batuk.

  • Bersin.

  • Demam.

  • Kelelahan.

  • Sakit tenggorokan.

  • Badan terasa sakit dan nyeri.

Jenis dan frekuensi gejala dapat bergantung pada virus penyebab infeksi. Misalnya, pilek yang disebabkan oleh flu biasa dapat berlangsung antara 10 hingga 14 hari.

4. Rinitis nonalergi

Ingus adalah bentuk mekanisme pertahanan hidung yang berusaha melindungi tubuh dari pemicunya, entah itu alergen atau virus. Sel-sel kecil seperti rambut di lapisan sinus dan hidung menggerakkan lendir untuk menangkap dan membersihkan penyerbu ini.

Rinitis non alergi adalah istilah luas yang digunakan untuk mendeskripsikan semua jenis rinitis yang tidak disebabkan oleh alergi. Pembedaan ini penting, karena alergi melibatkan sistem kekebalan tubuh, sementara rinitis nonalergi tidak.

Jika kamu memiliki gejala seperti alergi, tetapi tes alergi menunjukkan hasil negatif, kemungkinan besar kamu mengalami rinitis nonalergi.

Ada banyak penyebab rinitis nonalergi. Berikut beberapa penyebabnya yang paling umum:

  • Cuaca dingin.

  • Olahraga.

  • Efek samping obat.

  • Perubahan hormon.

  • Makan makanan pedas.

  • Polusi atau asap.

5. Rinitis kehamilan

Perempuan yang sedang hamil mungkin mengalami pilek yang muncul tanpa adanya riwayat infeksi, alergi, atau kondisi hidung lainnya sebelumnya. Selain pilek, gejala lain dari rinitis kehamilan bisa berupa hidung tersumbat dan bersin.

Dipercaya bahwa perubahan hormon, seperti estrogen dan progesteron, dapat menyebabkan rinitis kehamilan. Perubahan ini dapat menyebabkan peningkatan aliran darah di hidung, mengakibatkan peradangan dan kelebihan lendir.

Menurut laporan dalam Pakistan Journal of Medical Sciences tahun 2016, gejala rinitis kehamilan dapat dimulai kapan saja selama kehamilan, tetapi gejala lebih sering dilaporkan selama trimester ketiga. Gejala biasanya hilang segera setelah persalinan.

6. Makanan pedas

ilustrasi makanan pedas (pixabay.com/ewhity)
ilustrasi makanan pedas (pixabay.com/ewhity)

Makan makanan pedas sangat mungkin membuat hidung berair jika kamu memiliki rinitis gustatory, suatu bentuk rinitis nonalergi. Pemicu umumnya meliputi lada hitam, kari, bawang putih, saus pedas, salsa, jahe, dan bubuk cabai.

Para ilmuwan masih mencoba mencari tahu mengapa makanan tertentu membuat beberapa orang mengalami hidung meler. Yang pasti, itu sebenarnya bukan respons kekebalan. Ini lebih mungkin terkait dengan stimulasi saraf trigeminal dan mungkin terkait dengan respon parasimpatis, yang terlibat dalam pencernaan.

Menghindari makanan adalah garis pertahanan pertama dalam melawan gejala ini. Perawatan lain juga tersedia, seperti antikolinergik intranasal, kortikosteroid intranasal, semprotan hidung kapsaisin, dan suntik Botox. Upaya terakhir, operasi mungkin diperlukan.

7. Obat

Hidung berair adalah salah satu efek samping yang mungkin ditimbulkan dari beberapa obat. Berikut beberapa obat yang diketahui menyebabkan hidung meler:

  • Peradangan, nyeri.

  • Hipertensi.

  • Penyakit kardiovaskular.

  • Pembesaran prostat.

  • Disfungsi ereksi.

  • Penyakit mental.

  • Kontrasepsi.

8. COVID-19

Hidung meler adalah salah satu gejala dari COVID-19. Gejala lainnya yang perlu diperhatikan meliputi:

  • Demam atau menggigil.

  • Sakit tenggorokan.

  • Hidung tersumbat.

  • Batuk.

  • Sesak napas.

  • Kelelahan.

  • Nyeri otot atau tubuh.

  • Sakit kepala.

  • Kehilangan rasa dan/atau bau.

  • Mual atau muntah.

  • Diare.

Kalau kamu curiga ingus cair seperti air dan gejala lainnya disebabkan oleh COVID-19, segera lakukan tes, terutama jika kamu berisiko lebih tinggi mengalami gejala yang parah.

Kamu bisa mencegah infeksi COVID-19 atau menurunkan keparahan gejala dengan mendapatkan vaksinasi sesuai arahan dari otoritas kesehatan setempat.

9. Menangis

ilustrasi menangis (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi menangis (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Secara alami menangis bisa membuat kamu mengeluarkan ingus cair seperti air karena:

  • Air mata mengalir dari mata melalui lubang kecil di kelopak mata bawah yang disebut punctum lakrimal.

  • Mereka kemudian memasuki tabung yang disebut saluran nasolakrimalis.

  • Saluran itu mengalir langsung ke hidung.

Begitu kamu berhenti menangis, hidung meler akan hilang dengan cepat.

10. Sinusitis kronis

Sinus adalah empat rongga di kepala yang dihubungkan oleh lorong-lorong. Sinus bertugas membuat lendir yang mengalir dari saluran hidung ke hidung.

Lendir mengeluarkan bakteri dan kotoran dari saluran hidung dan masuk ke bagian belakang tenggorokan sehingga kamu bisa menelannya. Ini mencegah bakteri terperangkap di hidung dan menyebabkan infeksi.

Saat mengalami hidung tersumbat sesak, bakteri tetap berada di sana dan dapat menyebabkan sinusitis (infeksi sinus). Bila berlangsung selama 12 minggu atau lebih, ini disebut sinusitis kronis.

Selain hidung meler, gejalanya meliputi:

  • Drainase sinus di bagian belakang tenggorokan.

  • Tekanan dan rasa sakit pada wajah.

  • Hidung tersumbat.

  • Berkurangnya indra pengecap atau penciuman.

11. Polip sinus

Polip sinus atau polip hidung adalah pertumbuhan jaringan lunak di dalam hidung dan sinus. Ini bisa membuat seseorang sulit bernapas. Polip hidung sering terjadi pada orang yang juga memiliki:

  • Asma.

  • Rinitis alergi.

  • Sinusitis kronis.

  • Sensitivitas terhadap aspirin.

  • Fibrosis kistik.

Hidung meler hanyalah salah satu gejala polip sinus. Gejala lainnya yang mungkin dialami dapat termasuk:

  • Hidung tersumbat.

  • Tekanan wajah.

  • Kehilangan bau dan rasa.

  • Sakit kepala.

  • Drainase sinus.

  • Pernapasan mulut.

12. Deviasi septum

ilustrasi deviasi septum (freepik.com/stockking)
ilustrasi deviasi septum (freepik.com/stockking)

Septum adalah tulang dan tulang rawan di antara lubang hidung. Ketika condong ke satu sisi rongga hidung, itu disebut deviasi septum. Penyimpangan ini bisa menyebabkan masalah pernapasan, termasuk hidung meler.

Gejala lainnya dapat meliputi:

  • Hidung tersumbat.
  • Kesulitan bernapas melalui salah satu atau kedua lubang hidung.
  • Infeksi sinus berulang.
  • Pernapasan berisik (pada bayi dan anak-anak).
  • Bernapas melalui mulut saat tidur (pada orang dewasa).

Beberapa orang dilahirkan dengan deviasi septum. Kondisi ini juga bisa terjadi akibat cedera seperti hidung patah.

Jika gejalanya ringan, deviasi septum tidak memerlukan pengobatan. Jika gejalanya lebih serius, operasi bisa memperbaikinya.

Ingus yang cair seperti air sering kali bukanlah masalah serius. Akan tetapi, jika kamu mengalami hidung meler dengan karakteristik itu selama lebih dari 10 hari atau diikuti gejala yang parah atau tidak biasa, segera periksakan diri ke dokter, ya.

Referensi

"Why Is My Nose Running? 19 Possible Reasons." Verywell Health. Diakses Agustus 2025.

"Causes of a Runny Nose & How to Stop a Runny Nose." Buoy Health. Diakses Agustus 2025.

Burak Ulkumen et al., “PREGNANCY RHINITIS IN TURKISH WOMEN: DO GESTATIONAL WEEK, BMI AND PARITY AFFECT NASAL CONGESTION?,” Pakistan Journal of Medical Sciences 32, no. 4 (December 31, 1969), https://doi.org/10.12669/pjms.324.10164.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Eka Amira Yasien
3+
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us