Adakah Panduan Intermittent Fasting Sesuai Usia?

- Puasa intermiten adalah metode puasa yang populer untuk menurunkan berat badan.
- Jadwal puasa sebaiknya diukur oleh kemampuan individu, bukan usia. Tidak direkomendasikan untuk anak-anak, ibu hamil, dan lansia dengan kondisi tertentu.
- Ada beberapa metode puasa intermiten yang aman dan dapat ditoleransi oleh banyak orang.
Puasa intermiten (intermittent fasting) menjadi salah satu metode populer untuk menurunkan berat badan. Ini merupakan puasa yang dilakukan dengan makan seperti biasa selama beberapa hari dalam satu minggu, dan berpuasa pada hari lainya. Jenis puasa ini bisa dilakukan dengan sama sekali tidak makan selama jangka waktu tertentu atau sekadar mengurangi asupan kalori.
Metode yang umum digunakan adalah 16 jam puasa dan 8 jam untuk makan. Lalu, untuk menjalankan puasa intermiten apakah ada panduan sesuai usia? Simak penjelasannya di bawah ini.
Sesuaikan dengan kemampuan
Sebenarnya, kamu tidak perlu menentukan jadwal puasa berdasarkan usia. Puasa intermiten berdasarkan usia tidaklah tepat. Jadwal seharusnya diukur oleh kemampuan dari masing-masing individu.
"Tidak ada (panduan puasa berdasarkan usia) jika untuk orang yang dalam keadaan sehat," jelas Ahli Gizi Dr. Arif Sabta Aji, S.Gz., MQM kepada IDN Times.
Namun, metode diet ini tidak direkomendasikan pada anak-anak, ibu hamil dan orang lanjut usia dengan penyakit tertentu atau dalam masa pengobatan.
Beberapa penelitian telah dilakukan tentang puasa intermiten pada orang-orang dari segala usia, tetapi sulit untuk mendapatkan kesimpulan jenis puasa mana yang cocok untuk setiap usia. Namun, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar metode puasa intermiten aman dan dapat ditoleransi oleh orang-orang dari segala usia
Jadwal intermittent fasting yang populer

Ada beberapa metode puasa intermiten yang diketahui:
- Puasa 12 jam sehari: Aturannya sederhana, kamu perlu memutuskan dan mematuhi jangka waktu puasa 12 jam setiap hari. Cara termudah adalah dengan dengan memasukkan periode tidur ke dalam jendela puasa. Misalnya, kamu bisa memilih untuk berpuasa antara jam 7 malam sampai jam 7 pagi.
- Puasa 16 jam (metode 16:8 atau diet Leangains): Puasa selama 16 jam sehari dengan menyisakan jendela makan 8 jam. Jenis puasa intermiten ini mungkin bermanfaat bagi seseorang yang sudah mencoba puasa 12 jam namun tidak merasakan manfaat apa pun.
- Puasa selama 2 hari dalam seminggu (metode 5:2): Dengan pendekatan ini, kamu makan dalam jumlah standar selama 5 hari dan mengurangi asupan kalori pada 2 hari lainnya. Batasan kalorinya 25 persen dari kebutuhan kalori total harian. Banyak orang puasa pada hari Senin dan Kamis dan makan seperti biasa pada hari-hari lainnya—setidaknya harus ada 1 hari non puasa di antara hari-hari puasa.
- Alternate day fasting: Metode ini memerlukan waktu berpuasa selama 24 jam. Setelah 24 jam, kamu bisa makan seperti biasa. Umumnya batasan kalorinya 25 persen dari kebutuhan kalori total harian. Pada hari makan, orang sering kali memilih untuk makan sebanyak yang mereka mau. Ini adalah bentuk puasa intermiten yang ekstrem, dan mungkin tidak cocok untuk pemula atau mereka yang memiliki kondisi medis tertentu. Juga, mungkin sulit untuk mempertahankan jenis puasa ini dalam jangka panjang.
- Puasa 24 jam seminggu sekali (eat-stop-eat): Kamu berpuasa selama 24 jam dalam 1 hari, tetapi masih diperbolehkan untuk minum. Kemudian, pada hari selanjutnya kamu bisa mengonsumsi makanan atau minuman seperti biasa dalam 24 jam. Kamu bisa mengatur waktu kapan akan berpuasa dalam seminggu, misalnya berpuasa seharian penuh ini dalam 2 atau 3 kali seminggu.
- Warrior Diet: Merupakan bentuk puasa intermiten yang relatif ekstrem, yaitu dengan berpuasa selama 20 jam, dan 4 jam untuk makan. Metode puasa ini mungkin yang terbaik bagi orang yang sudah mencoba bentuk puasa intermiten lainnya.
Kiat sukses intermittent fasting
Agar puasa intermiten yang kamu jalankan berhasil, kamu bisa mencoba tips ini:
- Mulai secara bertahap: Jika baru mengenal puasa intermiten, mulailah dengan meningkatkan durasi puasa secara bertahap.
- Tetap terhidrasi: Minumlah banyak air selama periode puasa untuk tetap terhidrasi dan membantu menahan rasa lapar.
- Makanlah makanan padat nutrisi: Fokuslah untuk mengonsumsi makanan utuh dan padat nutrisi selama waktu makan untuk mendukung kesehatan yang optimal.
- Dengarkan tubuh: Perhatikan bagaimana kondisi tubuh selama periode puasa. Jika mengalami ketidaknyamanan yang ekstrem atau masalah kesehatan, pertimbangkan untuk menyesuaikan jadwal puasa atau mencari panduan dari ahli kesehatan.
- Jalani gaya hidup yang seimbang: Puasa intermiten menjadi salah satu komponen dari gaya hidup seimbang yang mencakup konsumsi makanan bernutrisi, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan manajemen stres.
Jadi, tidak ada panduan khusus puasa intermiten berdasarkan usia. Respons tubuh terhadap puasa intermiten sangat bervariasi, tergantung pada kondisi kesehatan, gaya hidup, dan kebutuhan nutrisi setiap individu.
Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan dengan ahli gizi atau tenaga medis sebelum memulai puasa intermiten, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu atau berada dalam tahap perkembangan seperti remaja, atau lansia.
Referensi
"Intermittent Fasting By Age Chart: Is It Real? How Does It Work?". BetterMe. Diakses pada November 2024.
"Unveiling the Intermittent Fasting by Age Chart: A Breakthrough Approach Explained". Fitness Volt. Diakses pada November 2024.
Rynders, Corey A., Elizabeth A. Thomas, Adnin Zaman, Zhaoxing Pan, Victoria A. Catenacci, and Edward L. Melanson. “Effectiveness of Intermittent Fasting and Time-Restricted Feeding Compared to Continuous Energy Restriction for Weight Loss.” Nutrients 11, no. 10 (October 14, 2019): 2442.
"Intermittent Fasting by Age Chart: A Comprehensive Guide". BodySpec. Diakses pada November 2024.