Studi: Perjalanan Panjang ke Tempat Kerja Tingkatkan Risiko Depresi

Commuting lebih dari 1 jam lebih mungkin menyebabkan depresi

Perjalanan menuju tempat kerja atau commuting bisa sangat menguras waktu bagi beberapa orang, terlebih jika sampai terjebak kemacetan. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa bahwa terjebak macet bisa meningkatkan stres dan tekanan darah. 

Penelitian baru menemukan bahwa commuting berkaitan dengan kesehatan mental yang buruk. Studi ini diterbitkan dalam Journal of Transport & Health edisi Januari 2024. 

Menurut studi tersebut, orang yang melakukan perjalanan ke tempat kerja lebih dari satu jam lebih mungkin mengalami depresi.

1. Menggunakan lima poin indeks kesejahteraan dari WHO

Studi: Perjalanan Panjang ke Tempat Kerja Tingkatkan Risiko Depresiilustrasi pekerja (unsplash.com/ Alex Kotliarskyi)

Peneliti menggunakan data Korean Working Conditions Survey. Ini merupakan sebuah survei cross-sectional representatif secara nasional terhadap 23.415 pekerja berusia antara 20 dan 59 tahun. 

Peserta survei diminta menjawab pertanyaan berdasarkan lima poin indeks kesejahteraan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Indeks ini digunakan para peneliti untuk menilai kesehatan mental mereka. 

Pasien dengan skor di bawah 13 didefinisikan memiliki gejala depresi. Peneliti juga melihat faktor-faktor lain, seperti hubungan antara waktu commuting, gejala depresi, jam kerja mingguan, usia, dan jenis kelamin. 

2. Perjalanan lebih dari 1 jam dikaitkan dengan gejala depresi

Studi: Perjalanan Panjang ke Tempat Kerja Tingkatkan Risiko Depresiilustrasi macet (pexels.com/Life Of Pix)

Saat dibandingkan dengan waktu perjalanan yang singkat (di bawah 30 menit), waktu perjalanan yang lebih dari 60 menit dikaitkan dengan gejala depresi. Rata-rata waktu perjalanan harian partisipan adalah 47 menit. Ini setara dengan hampir 4 jam perjalanan per minggu jika seseorang bekerja selama 5 hari.

Mengacu pada skor indeks partisipan, seperempat dari 23.415 responden melaporkan mengalami gejala depresi. 

Hubungan yang signifikan antara waktu perjalanan ke tempat kerja yang lama dan gejala depresi ditemukan pada pria berusia 40–49 tahun dan perempuan berusia 20–29 tahun.

Baca Juga: Studi: Berkumur Air Garam Bantu Cegah Infeksi COVID-19 Parah

3. Pria lajang paling terdampak

Studi: Perjalanan Panjang ke Tempat Kerja Tingkatkan Risiko Depresiilustrasi stres (unsplash.com/elcuervo)

Meskipun penelitian ini tidak menunjukkan hubungan sebab dan akibat, tetapi hubungan antara perjalanan panjang dan buruknya kesehatan mental dapat dilihat pada kelompok tertentu.

Pada kalangan pria, hubungan ini paling kuat terjadi pada mereka yang belum menikah, bekerja lebih dari 52 jam per minggu, dan tidak memiliki anak.

Pada kalangan perempuan, waktu commuting yang lama paling erat kaitannya dengan gejala depresi untuk pekerja berpenghasilan rendah, pekerja shift, dan mereka yang memiliki anak. 

"Dengan lebih sedikit waktu luang, orang mungkin kekurangan waktu untuk menghilangkan stres dan melawan kelelahan fisik melalui tidur, hobi, dan aktivitas lainnya,” ucap para peneliti tersebut kepada Korean Biomedical Review.

Studi menemukan bahwa perjalanan panjang menuju tempat kerja berkaitan dengan kondisi kesehatan mental yang buruk. Banyaknya waktu yang terbuang dalam perjalanan berkontribusi pada kelelahan fisik dan manajemen stres yang kurang baik.

Baca Juga: Studi Konfirmasi Pencegahan HIV dengan PrEP Efektivitasnya 99 Persen

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya