Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi: 6 Pemanis Buatan Berkaitan dengan Penurunan Fungsi Otak

ilustrasi pemanis buatan (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)
ilustrasi pemanis buatan (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)
Intinya sih...
  • Studi terbaru menemukan kaitan antara makin banyaknya konsumsi pemanis buatan dengan penurunan fungsi kognitif.
  • Kemungkinan pemanis buatan memicu peradangan dan mengganggu keseimbangan mikrobioma usus yang berdampak buruk pada otak.
  • Temuan ini memberi pesan penting bahwa tidak semua alternatif gula otomatis lebih sehat, terutama bagi kesehatan otak.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak orang percaya bahwa mengganti gula dengan pemanis rendah atau tanpa kalori adalah langkah cerdas untuk menjaga berat badan. Minuman soda diet atau makanan “sugar-free” sering dipandang sebagai pilihan yang lebih sehat. Namun, sains terbaru justru memberi peringatan berbeda.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada 3 September dalam jurnal Neurology mengungkap temuan mengejutkan, bahwa konsumsi tinggi enam jenis pemanis buatan tertentu berkaitan dengan penurunan fungsi berpikir. Mengkhawatirkannya, penurunan ini setara dengan percepatan penuaan otak sekitar 1,6 tahun!

Temuan penelitian ini berpesan bahwa konsumsi rutin pemanis buatan dalam jumlah besar bisa mempercepat proses penuaan otak, sehingga meningkatkan risiko munculnya gangguan kognitif lebih cepat dari yang seharusnya.

1. Penelitian melibatkan lebih dari 12 ribu peserta

Penelitian ini menganalisis data dari 12.772 orang dewasa di Brasil dengan usia rata-rata 52 tahun. Pada awal studi, para peserta diminta mengisi kuesioner tentang pola makan dan minum mereka selama satu tahun terakhir.

Tim peneliti kemudian secara khusus melacak konsumsi tujuh jenis pemanis rendah atau tanpa kalori yang banyak ditemui dalam produk sehari-hari, mulai dari soda hingga pemanis kemasan. Jenis-jenisnya meliputi:

  • Aspartam.
  • Sakarin.
  • Xylitol.
  • Erythritol.
  • Sorbitol.
  • Tagatose.
  • Acesulfame K.

Untuk melihat perbedaan dampak konsumsi, para peserta dibagi ke dalam tiga kelompok:

  • Rendah: sekitar 20 mg per hari.
  • Sedang: sekitar 66 mg per hari.
  • Tinggi: sekitar 191 mg per hari (setara dengan satu kaleng soda diet).

2. Penurunan fungsi otak terlihat nyata

ilustrasi fungsi otak (pixabay.com/hainguyenrp)
ilustrasi fungsi otak (pixabay.com/hainguyenrp)

Selama delapan tahun masa penelitian, para peserta menjalani serangkaian tes kognitif, termasuk kelancaran berbicara, daya ingat kata, memori, serta kecepatan memproses informasi.

Hasilnya menunjukkan bahwa dibandingkan dengan peserta yang hampir tidak mengonsumsi pemanis rendah kalori, mereka yang mengonsumsinya dalam jumlah sedang maupun tinggi mengalami penurunan fungsi otak yang lebih signifikan:

  • Kelompok konsumsi sedang: Laju penurunan memori dan kemampuan berpikir 35 persen lebih cepat, serta penurunan kelancaran berbicara 110 persen lebih cepat.
  • Kelompok konsumsi tinggi: Laju penurunan memori dan kemampuan berpikir 62 persen lebih cepat, serta penurunan kelancaran berbicara 173 persen lebih cepat.

Menariknya, hubungan antara konsumsi pemanis buatan dengan memburuknya fungsi kognitif ini hanya ditemukan pada peserta berusia di bawah 60 tahun. Data menunjukkan tagatose tidak berhubungan dengan penurunan kognitif sama sekali, tetapi enam pemanis lainnya berhubungan.

3. Mengapa pemanis buatan bisa memengaruhi otak?

Para peneliti menekankan bahwa temuan ini belum membuktikan pemanis buatan secara langsung menyebabkan penurunan kognitif. Namun, ada beberapa teori yang bisa menjelaskan kaitannya.

Pola makan merupakan faktor utama yang membentuk mikrobioma usus, yaitu komunitas mikroba yang hidup di saluran pencernaan. Mengonsumsi pemanis rendah atau tanpa kalori dalam jumlah besar diduga bisa mengubah komposisi mikrobioma sehingga memicu peradangan.

Selain itu, bisa jadi orang yang banyak mengonsumsi pemanis buatan juga memiliki pola makan kurang sehat, misalnya, rendah serat. Hal ini membuat keseimbangan mikrobioma terganggu. Perubahan ini pada akhirnya bisa memengaruhi kerja sel kekebalan otak (microglia), yang berpotensi mempercepat penuaan otak dan menurunkan fungsi kognitif.

Temuan ini memberi pesan penting bahwa tidak semua alternatif gula otomatis lebih sehat, terutama bagi kesehatan otak. Meski masih dibutuhkan penelitian lanjutan, tetapi membatasi konsumsi pemanis buatan sambil menjaga pola makan seimbang tetap menjadi langkah bijak.

Referensi

Gonçalves, Natalia Gomes, Euridice Martinez-Steele, Paulo A. Lotufo, Isabela Bensenor, Alessandra C. Goulart, Sandhi Maria Barreto, Luana Giatti, et al. “Association Between Consumption of Low- and No-Calorie Artificial Sweeteners and Cognitive Decline.” Neurology 105, no. 7 (September 3, 2025).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Setelah Olahraga Lebih Baik Mandi Air Hangat atau Air Dingin?

15 Sep 2025, 06:43 WIBHealth